Hari masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Namun diruang keluarga, dilantai dua, empat orang gadis, Ibu Anjani dan dua petugas Polisi tengah serius berbicara. Kedua Polisi itu gencar melontarkan pertanyaan.
Naina, yang merupakan saksi utama, lebih banyak memberi jawaban para polisi.
Hasil penyidikan sudah diputuskan, bahwa ketiga pria tersebut adalah para pencuri, dan bertujuan benar-benar hanya untuk mencuri. Dan kini, pengejaran para pencuri itu sudah ditangan Polisi.Naina dan ketiga sahabatnya menghela napas lega, ketika Polisi menyatakan jika mereka telah selesai dengan tugasnya.
"Nanti siang, aku akan meminta tukang untuk membetulkan jendela kamarmu yang rusak Nai," Ujar Bu Anjani. Perempuan sintal dengan usia mungkin sudah berkepala empat yang masih nampak muda sekali itu sembari menepuk bahu Naina.
Nai mengangguk dan membalas senyumnya.Bu Anjani pergi, menuruni anak tangga setelah memberi beberapa nasihat kepada ke empat penghuni rumahnya, agar berhati-hati.
"Bu, tunggu..." Naina mengejar Bu Anjani yang hampir masuk ke dalam mobilnya. Bu Anjani menoleh kepadanya.
"Ada apa lagi, Naina?" Tanyanya. Menatap Nai yang berusaha sedang menenangkan diri.
"Mmm anu... Itu... Aku hanya ingin bilang, hati-hati dijalan," Jawab Naina.
Jawabannya membuat Bu Anjani mengernyit bingung, tapi kemudian senyumnya mengembang dan ia menepuk bahu Nai pelan."Tentu saja. Ah kupikir ada apa... Terimakasih, Naina. Ya sudah, saya pergi. Jaga dirimu baik-baik..." Terakhir, Bu Anjani berbisik padanya.
Naina mengangguk. Menatap Bu Anjani hingga ia menutup kembali pintu mobilnya dan menghidupkan mesin. Kemudian mobil merah itu merangkak meninggalkan Naina yang masih berdiri mematung.
Jaga dirimu baik-baik...
Apa maksudnya ya?
Ah pasti bukan apa-apa!
Hanya pengingat seorang Ibu Kost pada anak huni nya. Itu saja barangkali.Tapi apa benar?
Kenapa Bu Anjani harus mengucapkannya dengan berbisik?
Aku memang harus menyelidikinya lebih jauh lagi, soal pensil dan penghuninya bernama Joliie itu!*
Naina memperhatikan tukang yang sedang bekerja membetulkan kaca kamarnya yang retak. Sesekali gadis itu mendengarkan kedua orang tukang tersebut yang mengobrol, sambil memeluk boneka Olive nya.
Naina tak mempedulikan kehadiran Jollie, yang sudah sejak tadi berdiri dipintu kamar.
Nai mencoba menjaga jarak, berhubungan dengannya sama saja mencari masalah.Sebetulnya banyak sekali yang ingin Nai bicarakan dengan hantu tersebut, tapi jika sekali saja Nai membuka pembicaraan, sama saja dengan membuka kesempatan bagi Jollie untuk semakin mendekati dirinya.
Ujung matanya melirik ke arah Jollie, kemudian beralih kembali ke para tukang. Begitu seterusnya hingga beberapa jam kemudian tukang selesai memperbaiki kerusakan. Sementara itu Jollie menghilang entah kemana, Naina tak peduli sama sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pensil Kutukan
HorrorAku hanya butuh waktu Lima menit untuk menangis, serta menumpahkan segala kekesalanku. Setelah itu, semua akan kembali baik - baik saja ....