# -Aku, Kau dan Isi Duniawi

160 5 0
                                    

Aku yang sempurna namun ia yang istimewa.

Katamu, hendak hati ingin memintai lebih apa yang telah tersirat Jawab atas uju diri yang tak pantas berhasrat. Bukan mau memperkarakan, hanya melipirkan tanda tanya tentang apa tak cukup senang kau kuangkat diatas segala sanjungan.

Dada merangkam lapang merangkuh senyum, memaksa rasa cemburu menerima ketentuan Tuhan.

Aku yang jadi penanti namun ia yang bertajuk segalanya. Jika bukan karena dirimu, tak akan aku sisihkan banyak waktu hanya sekedar berbimbang dengan pulangmu. Untukmu yang kudamba dengan segala kalimat kepujian. Jiwa ku terpecah terbelah, waktuku yang tlah hilang tak lagi mampu kubeli, harum tanganmu jua tak bisa dimintai untuk tak pergi. Bahkan tentang sesiapa yang bersalah diatas menderitanya penantian aku juga sudah tak ingin perduli.

Aku yang dideru panjang dalam lamunan, kau yang berderai bahagia di atas pelataran. Tahukah kau, hari-hari yang akan kulalui tanpamu kini mungkin akan terasa lebih menyakitkan, namun aku percaya tak ada yg lebih menyiksa ketimbang harus menyaksikan kau tak bahagia karena masih merasa bersalah terhadap ingkarmu padaku. Tak apa, aku sudah rela. Bahagia mu itu jauh lebih penting ketimbang angan bodohku yang tak tersampaikan. Tentang impian hidup bersamamu yang kini akan sirna berantakan bersamaan dengan keikhlasan.

Jutaan kembang api menghiasi harimu yang bahagia, lantunan doa juga tak hentinya mendayu menyapa.

Aku yang berlapang dada atas dirinya yang memenangkanmu. Kata selamat dariku mungkin terdengar biasa saja, namun isak tangis dalam pejamku tak akan mungkin bisa membohongi intuisimu. Untukmu hal baik yang kini menjadi istimewa bagi seseorang yang lebih baik. Selamat berbahagia, sebagai satu-satunya manusia yang bermimpi bisa melihat senja menua bersamamu aku selalu dan akan terus menyayangimu. Walau tak akan lagi kita bercanda tawa, tak kan lagi menaiki motor usang bersama, tak ada lagi alunan bicara di larut malam yang sendu, menghitung jejak bintang, meramu warna pelangi, menebak nama bis kota, menari di bawah sang hujan, melukis di bahu langit, dan semua hal lain yang akan begitu kau rindukan.

Ingatlah selalu, bagiku kau tetaplah istimewa. Sekalipun harus menjemputmu di surga lewat neraka, aku bersedia. Untukmu yang ku cintai dengan segenap nyawaku. Jangan khawatir tentang keberadaanku, tak akan ku ganggu hidupmu sekalipun rindu ingin sekali memenggal kepalaku. Biarlah dari hal merelakanmu aku belajar, bahwa meng-ikhlaskanmu adalah sebuah pengharapan dan melupakanmu adalah sebuah ketidakberdayaan yang akhirnya menjadi jawaban.

Piagra Langit SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang