Selaput runtuh helai bunga
Sempatkah tuan meminta jelas
Bertabirkan rupa air mata
Yang salah justru yang berjuang,
Yang pergi justru ia yang sempat ditangisi.Berhamburan diam cela
Untuk sekelopak indah purnama
Berdesakkan kepalsuan sudi terima
Kembali duduk menatap diri,
Kembali mengutip doa-doa yang tak di kabuli.Menjabarkan seluruh benci dan sesal
Berbuaskan caci dalam cermin dua dimensi
Untukmu pernah ada nanti yang kau bisukan,
Untukmu pernah ada tunggu yang engkau tanggalkan.Cepat nan cepat kau luruh lepaskan
Aku yang menggenggam tak kunjung mau kau hiraukan
Pergi menjauh telah lama di rapalkan lekuk bibirmu
Merasa tidak tahan melebur menjadi setengah dariku
Aku halu dengan senyum itu, berhadir dalam buaian cerita yang baru
Aku ragu berbaur dengan cinta yang lain, sebab matamu masih jadi mataku kala aku berpejam kalbu.Hati kini serupa bara api
Menjelaskan panas tapi tak mau menampakkan dirinya
Berkobar laksana jerit neraka,
Disana sini terdengar teriakan
Aku tidak mau terbebas dari sini
Sebelum menatapmu cukup untuk memulihkannya
Atau menjadi satu dengan nya
Sebagai jalan keluar dari wujud sepi
Aku tahu selalu tidak mungkin
Aku tahu aku terlalu memaksa
Tapi aku sudi kau lupakan
Aku sudi kau tinggalkan demi bahagiamu yang seharusnya
Namun jangan berfikir aku rela
Melepasmu dari tubuhku adalah sebuah keharusan
Dari hati dan kepalaku, kau tetap lestari. Bermekar, menjadi bunga-bunga yang akan selalu ku hirup.Tenanglah, aku tetap manusia
Tidak akan aku hidup tanpa cinta dari sesiapa yang lain
Namun bila kau kembali, perasaanku masih sama, alasannya masih dirimu, dan semua ku tetap semua mu hingga waktu tak dapat menjelaskan bagaimana kau dan aku pernah bersama dan berpisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piagra Langit Senja
PoesiaAku tak mengenal siapa dikau, namun aku mencintaimu dengan segala rasa ingin tahu- Mencintaimu adalah nasib yang kupilih sendiri, sederet luka yang kuterima adalah resikonya. Sekalipun aku tak dianggap ada dalam kepalamu, bagiku kau tetap istimewa...