Pesanku,
Untuk kita berdua, manusia yang selalu ingin menang atas egonya masing-masing. Bukan perjalanan panjang namanya bila tidak menemui rintangan besar di jalanan setapak. Kadang kita berdua harus tersesat dahulu baru kembali memacu langkah bersama. Kadang ada patahan kayu atau tebing karang yang menghalangi langkah kita. Karenanya, amarahmu sesekali terpancing dan membuat kita kadang harus berhenti dan bertengkar dahulu. Seiring dengan waktu yang berguling kita terus beradu kepentingan tentang arah yang ingin dipilih. Mungkin saja akan ada pemikiran tentang meninggalkan perasaan kita diantara jalan yang berbeda. Kau memilih jalanmu maka aku juga akan begitu. Namun aku tak boleh memaksakan kehendak ku yang seperti itu, jika kupaksakan maka resiko yang kuterima adalah kehilanganmu. Lebih baik aku kehilangan diriku sendiri yang melebur kedalam dirimu daripada harus kehilanganmu beserta diriku sendiri setelahnya.Acap waktu bukit besar menggoyahkan keyakinanmu, kau mengeluh lelah dan sakit lalu menyalahkan perjalanan kita yang terlampau sudah terlalu kejauhan. Kau mulai berulah dan menyuruhku berjalan terlebih dahulu agar tak merepotkanku. Ku genggam tanganmu, kurangkul lalu kuangkat ke pundakku. Sudah sejauh langkah kita berjalan, aku tak akan mau berjalan sendirian tanpamu. Bila ada rasa sakit, bila ada rasa lelah, bila ada hal yang salah maka kita butuh ruang yang disebut istirahat. Rasa bosan sebab berjalan yang tanpa henti adalah sebuah kewajaran. Kita berdua manusia, punya batasan dan rasa tidak sanggup. Bila sakit maka keduanya saling mengobati, bila jatuh maka keduanya saling mengoreksi, bila lelah maka tubuh yang satu juga harus paham dan saling mengerti. Namun satu hal yang pasti jangan pernah untuk berfikir pergi. Kita adalah sebuah arah, tanpamu aku tak punya tujuan dan tanpaku kau tak tahu harus melangkah kemana.
Seringkali rutinitas seperti tidak mau kalah dengan realitas yang kita punya. Memasung apa yang ingin kita coba ikatkan, memotong apa yang ingin kita coba satukan.
Jangan menangis, cintaku..
Suatu hari dimana ombak ini akan berhenti maka kita bisa saling memeluk diri. Mewujudkan mimpi-mimpi kita yang mungkin saat ini tengah terkurung oleh proses menjadi dewasa.
Aku tahu, di hati kecil kita ada harapan ingin selalu melewatinya bersama. Sedih yang kau rasakan maka aku juga ingin mencicipi luka nya, derita yang memaku pipimu aku juga mau memalu nya di wajahku. Begitu juga deras air matamu yang tak kau biarkan aku mengetahuinya. Jika saja aku diberi kesempatan untuk berada dibawah jantung hatimu itu aku juga akan membangun sebuah tombol rahasia jarak jauh. Agar saat ia merasa terluka aku sudah siap sedia untuk melukis tawa indah di parasmu yang ingin berhujan air mata.Namun bila suatu hari badai melukaiku, mau kah kau mengajakku berlabuh. Kau harus tahu aku tak pernah menuntut apapun darimu, setiap jawaban dan arah tujuan yang harus kita pilih semuanya kuserahkan kepadamu. Tapi aku juga tidak memungkiri bahwa aku lemah, bila hanya menguatkanmu bagaimana dengan nasibku. Bila hanya mengandalkanku bagaimana bila suatu hari otakmu mencoba bunuh diri disaat aku sedang tak disampingmu. Kau harus ingat, kita itu adalah sepasang. Tak akan bisa kita terbang bila hanya mengandalkan sebelah sayap. Mungkin bila kau terjatuh maka aku siap jadi bantalan yang menopangmu dari bawah, namun sakit yang dirasakan justru milik berdua sebab kita adalah satu yang setubuh. Bila kau sakit maka aku juga akan begitu. Sikap keras kepala hanya akan membuat kita menemui jalan buntu. Padahal di depan sana masih banyak rintangan dan tantangan yang belum kita temui, tapi dengan beriringan seraya rasa saling percaya maka kita akan bisa melewatinya bersama.
Mungkin suatu nanti caraku mengertimu terlalu egois, atau malah membuatmu tambah kesal lalu kemudian kembali menangis. Tapi diantara kesalahan ditiap langkah kita yang menuai pertengkaran tolong jangan ada yang ragu untuk berucap maaf. Sekalipun bukan kita yang salah, sekalipun harus kita yang mengalah demi tujan kita yang masih separuh indah..
KAMU SEDANG MEMBACA
Piagra Langit Senja
PoetryAku tak mengenal siapa dikau, namun aku mencintaimu dengan segala rasa ingin tahu- Mencintaimu adalah nasib yang kupilih sendiri, sederet luka yang kuterima adalah resikonya. Sekalipun aku tak dianggap ada dalam kepalamu, bagiku kau tetap istimewa...