BAB 03 - Hari Bersama Gian

2K 185 2
                                    

Aku melihat ponselku yang berdering ternyata panggilan dari Gian. Semalam, Gian meminta kontakku untuk sekadar berkomunikasi dan karena aku dan dia akan keluar untuk mengobrol. Semalam, Gian sempat ingin menceritakan tentang masalalunya namun karena sudah terlalu larut, Gian memutuskan untuk mencari waktu lain.

"Halo."

"Hai Sya, hari ini bisa?."

"Bisa kok, ketemu di mana?"

"Nanti aku ke apartemen kamu. Semalam papah ngasih alamatnya."

"Oh gitu, yaudah aku tunggu ya."

"Oke, bye."

"Bye.

Aku menyimpan kembali ponselku namun tatapannya jatuh pada buku kecil. Billo. Ya, orang itu yang memenuhi coretan-coretan di buku itu.

'Ini saatnya Bill, aku ikuti jalannya takdir. Kita memang tak pernah menjadi akhir. Kisah kita hanya hanya ukiran kecil untuk menambah kesan manis pada perjalanan hidupku.' -Gisya.

Buku itu masih cukup tebal kemudian aku membuka lembaran kosong yang sedikit jauh dengan catatan terakhir tentang Billo. Aku menuliskan sesuatu di sana,

London, Inggris.
SELAMAT DATANG KISAH BARU.
GIAN.
Kau bilang, kita di pertemukan bukan tanpa alasan. Semoga kaulah yang di kirim Tuhan untuk mengobati bebat luka di hatiku.

Mudah saja jika orang menyuruh kita untuk lupakan masalalu namun diri kita sendiri selalu saja sulit untuk melupakan masa itu. Banyak alasannya, seperti luka yang terlalu dalam, kenangan yang terlalu manis, dan dia yang terlalu kita cintai. Tidak harus sebenarnya untuk kita lupakan, biarlah dia singgah di kepala maupun hati. Sebab suatu hari nanti, dia perlahan menghilang jika kita terus berjalan dan terus melangkah. Jangan sibuk memikirkan masa yang telah berlalu, seindah apapun itu percayalah Tuhan telah menyiapkan masa yang lebih indah dari masa itu.

°°°

"Kamu nggak tugas?" tanyaku pada Gian.

"Nggak. Hari ini cuti."

"Oh gitu. Terus sekarang kita mau kemana?"

"Kamu maunya ke mana?"

"Kafe. Aku pengen coklat panas, hari ini London cukup dingin."

"Oke."

Gian melajukan mobilnya menuju kafe. Dia sama sekali tidak bertanya ataupun memberitahu akan ke kafe mana karena aku percaya, dia lebih hafal.

"Oh iya, aku belum tahu tentang kisahmu. Mau bercerita?"

"Boleh. Dari mana?"

"Kenapa berpisah?"

"Dia pindah ke Lombok."

"Lombok? Itu di Indonesia."

"Siapa bilang di Inggris." kekehnya.

"Bukan, maksudku kalo cuma di Indonesia kenapa gak kamu kejar?"

"Oh begitu" kekehnya. Entahlah akupun bingung mengapa dia seperti mendengar lelucon.

"Gian kamu serius gak sih ceritanya."

"Oke oke maaf. Gini, saat itu dia ikut pindah ke Lombok karena papanya emang asal daerah itu. Kemudian papanya mencalonkan diri jadi gubernur atau apalah itu aku lupa. Hingga terpilih dan mengharuskan pindah ke sana. Sedangkan aku masih harus melanjutkan kuliah terutama dengan tes kedokteran yang aku ikuti di universitas London ternyata berhasil. Aku dan dia memutuskan untuk menjalani hubungan jarak jauh namun memang sangat sulit hingga suatu hari dia bilang dia akan di lamar. Dia menyuruhku untuk datang sedangkan di sini, aku baru akan wisuda. Akhirnya kita berakhir dan dia mungkin sudah menikah sekarang atau bahkan mempunyai anak."

After INTUISI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang