BAB 06 - Buka Hati

1.8K 162 0
                                    

London Eye. Aku yakin kau tahu tempat ini. Sebuah kincir ria berukuran besar, terletak di ujung barat taman Jubilee, kau bisa melihat bangunan-bangunan dan keramaian kota London dari ketinggian kincir ria tersebut, mungkin itu juga alasan kincir ria itu di sebut London Eye. Gian benar, di jam sekolah dan jam kerja seperti sekarang memang membuat antrean tak sepanjang biasanya. Aku dan Gian memasuki ruangan berbentuk kapsul.

"Gian, kenapa kamu pengen naik ini lagi?"

"Kamu mau denger ceritanya?"

"Iya."

"Jadi, waktu pertama aku ke sini itu pas awal kuliah. Waktu itu belum terlalu sibuk sama tugas, karena kan masih mahasiswa baru. Nah aku ke sini bawa kamera buat foto pemandangan, dan ternyata di dalamnya banyak banget orang pacaran atau istilahnya mereka bawa pasangan sedangkan aku sendirian. Di situ aku ngerasa bener-bener jomlo tapi aku berlagak seperti foto grafer gitu."

Aku terkekeh mendengar ceritanya. Kasihan sekali nasibnya saat itu, pasti orang-orang menatapnya penuh belas kasihan karena dia berada di antara orang-orang yang datang dengan pasangannya.

"Tuh kan ngetawain."

"Sorry, cerita kamu menarik sih buat di ketawain."

"Dasar." ucapnya seraya mengacak puncak kepalaku, aku semakin terkekeh.

"Jadi itu alasan kamu ajak aku?"

"Iya."

"Aku juga punya pengalaman gitu. Waktu itu aku pernah ke Istana Hamptown Court sendirian karena ngisi waktu luang."

"Vita kemana hari itu?"

"Pacaran."

"Kasihan ya kamu."

"Is, balas dendam.

Gian tertawa pelan, "Lanjut tadi gimana lagi?"

"Selanjutnya, tiba-tiba ada yang pacaran dan minta tolong fotoin. Pas di foto, posenya si cowok lagi cium kening ceweknya. Ngeselin banget." ya aku ingat sekali betapa mirisnya diriku saat itu.

Gian tertawa melihat kekesalanku dan aku mencubit lengannya. "Gian." tegurku.

"Aduh, iya iya maaf. Lucu sih."

"Sesama jomlo jangan ngatain."

"Harus saling sayang ya?"

Aku mengangguk tanpa ragu. Gian ikut tersenyum kemudian merangkul pundakku untuk lebih menempel dengan tubuhnya. Aku menyandarkan kepalaku di pundaknya, mataku menyapu pemandangan London dari ketinggian. Indah. Semoga saja, skenario hidupku akan jauh lebih indah.

Puas menikmati pemandangan, Gian menghentikan mobilnya kemudian turun dan berjalan menuju halaman Istana Hamptown Court.

"Sekarang, gak akan ada yang minta tolong fotoin lagi kok."

"Karena sama kamu?"

"Iya."

Aku tersenyum, kemudian Aku dan Gian berjalan-jalan di halaman depan Istana Hamptown Court. Keadaan cukup sepi karena sedang jam kerja dan jam sekolah. Aku berjalan di depan Gian seraya memperhatikan bangunan bersejarah itu. Tiba-tiba kuciran rambutku terlepas, aku menoleh mendapatkan Gian tersenyum melihatku.

"Gian, kok di tarik sih." ucapku kesal.

"Kamu itu lebih cantik di urai."

"Risih tau kalo kena angin. Sini." Aku berniat mengambil tali rambutku namun gian mengangkatnya tinggi hingga aku tak dapat mengambilnya.

"Gian."

"Aku serius, Gisya. Kamu itu lebih cantik di urai." ucapnya dengan senyuman yang begitu menenangkan. Sungguh, aku tak bisa berbohong. Dia begitu tampan.

After INTUISI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang