BAB 12 - Surprise

1.5K 156 37
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA  DAN KOMENTAR SETELAH MEMBACA♥

°°°

Sesampainya di restoran, aku dan Billo memesan beberapa makanan. Billo menatapku yang sedari tadi tak banyak bersuara.

"Sya."

"Iya?"

"Kenapa? Kamu sakit? Kok diam aja?"

"Nggak kok." ucapku memaksakan bibirku untuk tersenyum.

"Sayang, kalo ada apa-apa cerita sama aku."

"Iya, Billo."

Billo tersenyum hangat. Beberapa menit kemudian, pesanan sampai dan kami mulai memakannya dengan tenang.

"Oh iya, kamu sama Gian ada hubungan apa emang? Kok kaya gak akrab tadi."

Uhuk uhuk.
Aku tersedak makanan ketika pertanyaan itu terlontar.

"Sya, pelan-pelan dong." ucapnya seraya mendekatkan minumanku.

Apa yang harus aku jawab? Apa hubunganku dengan Gian? Terlalu asing di sebut teman, terlalu jauh di sebut kekasih. Lalu apa? Apa aku harus menceritakan semua sejujurnya? Aku yakin Billo tak akan marah, sebab kini aku bersamanya. Untuk apa dia marah pada kejadian yang sudah berlalu.

"Aku sama Gian,"

"Kenapa?"

"Dijodohin. Tapi, Gian nolak."

"Kamu gak nolak?"

"Aku gak tau kalo pertemuan hari itu adalah perjodohan. Gian yang tau, dan dia yang nolak. Dia mau aku sama dia deket dulu, baru menentukan mau atau nggak kita dijodohkan."

"Lalu?"

"Sebulan terakhir ini, aku sama Gian sering jalan."

Billo menyimpan pisau dan garpunya hingga bunyi berdenting.

"Bill--"

"Lanjutin!"

"Aku berniat buka hati aku untuk Gian, sebab kamu gak juga datang waktu itu."

"Perasaan kamu sekarang untuk siapa?"

Pertanyaan tegasnya membuat suaraku melirih. "Kamu."

"Bohong." ucapnya seraya berdiri. Aku ikut berdiri dan menggenggam lengannya.

"Billo"

"Aku mau--"

Entah keberanian dari mana aku mencium bibirnya. Dia melingkarkan lengannya di pinggangku. Saat itu keadaan restoran sangat sepi, terlebih di ruang VIP lantai atas. Hanya ada aku dan Billo. Air mataku luruh, aku merasa sakit yang begitu menghujam. Beberapa detik kemudian, aku melepaskan ciuman tersebut kemudian menunduk. Billo menarik daguku untuk menatapnya.

"Maaf, aku buat kamu nangis. Aku cuma cemburu." ucapnya seraya menghapus air mataku.

Aku mengangguk paham.

"Ya udah, kamu lanjutin makan. Aku mau ke toilet dulu."

"Loh, jadi tadi kamu berdiri mau ke toilet?"

"Iya." ucapnya dengan senyum menyebalkan.

"Billo Bagaskara, aku kira kamu mau pergi." Geramku seraya mencubit lengannya yang kemudian membuat dia mengaduh.

"Siapa suruh gak nanya."

"Tau ah, nyebelin."

Billo mendekat dan membisikan sesuatu di telingaku. "Tapi aku hoki, mau ke toilet aja dapet ciuman dulu."

After INTUISI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang