BAB 15 - Gian

1.7K 198 17
                                    

BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA DAN KOMEN SETELAH MEMBACA

Music on : Garis Terdepan - Fiersa Besari.
Recomended banget lagu-lagunya bung Fiersa ❤

🎶Bila kau butuh telinga tuk mendengar
Bahu tuk bersandar
Raga tuk berlindung
Akulah orang yang selalu ada untukmu
Meski hanya sebatas teman
Bertepuk dengan sebelah tangan.🎶

WOI TEAM FRIENDZONE MANA NIH? :V HAHAHA
COCOK BANGET LAGUNYA KAN :V

°°°

Adamu adalah kuatku.
Jangan pergi, temani aku lewati banyak musim.

°°°

"Jangan nangis lagi. Aku sakit liatnya."

Gian ingin sekali mengucapkan kalimat itu namun Gian rasa ini bukan waktu yang tepat. Gisya sedang kacau, Gian tak ingin menambah beban pikiran Gisya dengan perasaannya yang sangat menyusahkan ini. Begitulah mereka. Saling mencintai namun tak mampu saling menyatakan. Akhirnya kalimat yang keluar adalah,

"Kamu kenapa? Cerita sama aku."

"Vita,,,"

"Billo apa Vita?"

"Vita,,,"

"Vita? Kenapa?"

"Vita hamil anak Billo."

Gian cukup terkejut mendengarnya. Bagaimana mungkin, orang yang Gian kira sangat mendukung Gisya dan Billo kini berkhianat. Gisya kembali terisak dan lagi-lagi kebencian Gian pada lelaki bernama Billo itu semakin menjadi.

"Aku boleh lakuin sesuatu?"

Gisya menggerenyit. "Apa?"

"Hajar Billo."

Dengan cepat Gisya menggeleng membuat Gian benar-benar kesal. "Ian, aku lebih suka kamu di sini. Jangan pergi, dan biarin Billo jalani hidup yang seharusnya. Aku cuma perlu mengikhlaskan. Jadi, jangan pergi."

Gian merengkuh tubuh Gisya hingga kepala Gisya bersandar didada bidang Gian. "Iya. Aku gak akan pergi."

Kemudian hening, Gian mengelus rambut Gisya dan Gisya memejamkan mata dengan air mata yang terus mengalir. Sesekali, Gian mengusap air mata itu. "Sayang air matanya kalo dibuang buat cowok berengsek itu."

Gisya melepaskan pelukan itu kemudian mengusap air matanya. Gisya mendongak menatap wajah Gian yang begitu tampan terlebih pakaiannya yang dibalut jas putih khas seorang Dokter.

Tuhan, lelaki ini begitu baik. Aku ingin dia mendapat yang terbaik pula. Siapapun wanita yang kau ciptakan untuknya, dan siapapun wanita yang ada di hati lelaki ini adalah orang yang sangat beruntung. Aku ingin di sana, tapi aku sadar. Aku tidak akan pantas. -Batin Gisya.

"Hei, kok nangis lagi." ucap Gian seraya menghapus air mata yang semula sudah bersih namun kini tiba-tiba basah kembali. Apa yang wanita  itu pikirkan, Gian sangat ingin tahu.

"Kali ini bukan untuk orang yang berengsek."

"Terus? Untuk siapa?"

"Kamu."

Gian menaikkan alisnya heran. Apa ia salah dengar? Jika tidak, hal apa yang membuat Gisya menangis karenanya.

"Aku?"

Gisya mengerjap kemudian mengalihkan tatapannya. Apa yang telah ia katakan? Sungguh memalukan.

"Nggak nggak, lupain aja." ucap Gisya seraya mengusap air matanya.

After INTUISI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang