BAB 11 - Pertama

1.6K 160 15
                                    

VOTE DAN KOMENTAR JANGAN LUPA YAAA SAYANG²NYA AKOOOHHH ❤

°°°
Kau pantas menyukai permen warna warni itu
Karena kaulah pemberi warna hidupku.
°°°

Siang yang cukup hangat di kota London. Apartemen terlihat sepi ketika jam kerja seperti sekarang. Aku berjalan menuju halaman apartemen, beberapa waktu lalu Billo telah menghubungiku bahwa dirinya telah sampai di depan apartemen. Benar, lelaki dengan celana jeans dan jaket musim gugurnya kini berdiri bersandar di mobil mewahnya. Dia masih menunduk memainkan ponsel hingga aku berada di depannya baru dia mendongak kemudian tersenyum hangat. Dia masih cahaya matahariku, tapi akankah dia tergenggam.

"Yuk, langsung aja."

"Ke mana?"

"Ada deh."

Aku hanya mengangguk kemudian dia membuka pintu kursi samping kemudi. Aku masuk, dia berlari kecil menuju kursi kemudi. Mobil mulai berjalan, meninggalkan area halaman apartemen.

"Bill."

"Hm?"

"Waktu kamu ketemu Johan, kenapa kamu gak nanyain aku?"

"Oh, itu... aku... Aku lagi... Lagi buru-buru."

Aku mengangguk paham. "Johan juga bilang gitu sih."

Kemudian hening, tidak ada obrolan apapun selain musik yang mengalun pelan memenuhi ruangan mobil. Aku memperhatikan jalanan sesekali melihat awan dan cahaya matahari.

Aku menoleh ke samping, mendapati Billo yang fokus menatap ke depan. Aku tersenyum. Cahaya matahari itu kembali, kepergiannya telah aku anggap seperti pergantian musim. Dan sekarang, aku harap tak ada lagi kepergian. Tidak ada skenario yang aku sesali, semua ini skenario yang indah. Terima kasih, Tuhan.

"Udah belum natap akunya?"

Aku mengerjapkan mataku dan memalingkan wajahku menatap luar jendela. "Udah." ucapku seraya tersenyum.

Dia terkekeh kemudian menarik salah satu lenganku untuk ia genggam lalu mencium punggung tanganku kemudian ia simpan di pahanya. Aku tersenyum dan diapun sama.

"Bill, kata orang sesuatu yang diulang itu gak akan seindah saat di awal."

"Aku akan buktiin kalo omongan itu gak selamanya bener."

Aku tersenyum kemudian menyandarkan kepalaku di pundaknya. "Aku pengen marah sama kamu, karena kepergian kamu terlalu lama."

"Yang penting kan sekarang aku di sini, sama kamu."

Aku mengangguk dan tersenyum. Mobil berhenti di sebuah gedung cukup tinggi. Aku keluar dari mobil seraya menatap heran. Untuk apa Billo mengajakku ke gedung perkantoran seperti ini?

"Ngapain ke sini?"

"Ikut aja."

Billo menggenggam lenganku dan aku hanya mengikutinya saja. Dia menekan lantai teratas gedung ini. Kemudian setelah sampai, dia mengajakku ke tangga darurat bertuliskan "rooftop" ah sekarang aku paham.

"Liftnya cuma sampai lantai ini, kalo ke rooftop harus naik tangga." jelasnya.

"Ini kantor siapa?"

"Rekan kerja."

"Oh. Ya udah, yuk." ajakku. Mendengar kata rooftop di gedung setinggi ini membuatku bersemangat.

"Eh, sebentar." ucap Billo ketika aku telah berada satu tangga lebih tinggi dibanding dia.

After INTUISI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang