Chapter 3

18K 1.4K 111
                                    

Sejak malam itu.

Malam dimana Taehyung pergi menemui Yeri dan meninggalkanku begitu saja diruang makan sendirian,tanpa babibu ia menyambar jaket tebal,kunci mobil,dan sebuah berkas yang entah isinya apa.

Ia hanya mencium sekilas ujung bibirku dan mengusap lembut kepalaku,tidak peduli bahwa aku sebenarnya sangat hancur saat itu juga,ia membawaku terbang dan dengan seketika menjatuhkanku kedasar jurang.

Begitulah Taehyung saat ini.

Sudah 3 hari lamanya ia tidak pulang ke apartemen,ia hanya mengirimku sebuah pesan singkat agar aku dan Taehyun tidak lupa makan serta menyuruhku untuk selalu disamping Taehyun setiap hari,padahal Taehyun sangat ingin bersamanya.

Dia hanya mementingkan Yeri,mungkin ia sedang merindukan mantan kekasihnya.

Aku selalu berfikiran bahwa Taehyung telah menduakanku,namun hati ini selalu berkata bahwa tidak ada bukti yang jelas tentang hal itu,aku hanya perlu percaya pada Taehyung bukan?

Tapi bagaimana caranya?

Aku berjalan gontai menyusuri jalanan Seoul yang selalu ramai,aku baru saja menghantarkan Taehyun kerumah Kakek dan Neneknya,mereka menghubungiku dipagi buta,memberi tahuku bahwa mereka sudah ada dirumah. Itu artinya mereka meminta Taehyun untuk berkunjung kerumahnya.

Tak apa,Taehyun juga sangat merindukan mereka.

Sedari tadi aky berjalan membuat kerongkonganku gersang seketika,aku mendekati mesin minuman dan memasukan koin untuk mendapatkan minuman yang ingin aku minum hari ini.

Klontang!

Belum aku menyentuh permukaan dingin kaleng itu,sebuah tangan kekar langsung mengambilnya begitu saja tanpa seizinku.

"Gomawo"

Suara yang sangat kukenal ini membuat emosi yang hampir saja meledak kini hilang begitu saja,kulihat pria yang memiliki wajah tampan dengan senyum menyeringai dan gigi kelinci yang sangat menggemaskan itu berdiri disampingku sambil menenteng sebuah ransel berwarna maroon.

"Ya Jungkook-ah kau selalu mengagetkanku saja!" pekikku,kupukul juga dada bidangnya.

Ia hanya terkekeh dan menyodorkanku sebuah botol air mineral yang ia ambil dari dalam tasnya.

"Kau sendirian? Dimana Taehyun? Apa dia tidak paman tampannya ini?" ujarnya,ia memajukan bibir mungilnya itu beberapa centi.

Aku memandangnya sejenak,dia lebih tua dariku tapi masih seperti Jungkook kecil yang kukenal dulu,tidak pernah berubah sama sekali. Saat aku mencintainya melebihi seorang saudara,aku selalu menyesal kenapa aku menjadi saudara bukan orang lain?

"Hei kenapa melamun?" Jungkook mecubit pipiku pelan,ia masih tersenyum dan ia menarikku untuk duduk dibangku yang posisinya disamping mesin pendingin itu.

"Ada masalah ya?"

Aku menunduk,Jungkook selalu tahu apa yang aku rasakan bahkan disaat aku tidak menceritakan permasalahan yang menimpaku. Tangan Jungkoom terulur dan memelukku dari samping,ini sangat nyaman karena aku juga membutuhkan ini hanya untuk sekedar melepas lelahku selama ini.

"Jin-ah,aku tidak tahu apa masalahmu,tapi aku bisa merasakan apa yang kau rasakan sekarang. Kau tahu? Semenjak kau dinikahkan dengan Taehyung hanya satu yang aku takutkan,kau disakiti olehnya"

Air mataku meluncur begitu saja,apalagi saat ia memanggilku dengan panggilan kecilku,tangan Jungkook tak henti-hentinya menepuk bahuku.

"Kau masih menjadi adik perempuanku yang akan selalu aku jaga sampai kapanpun,walaupun sekarang ada Taehyung,tapi aku belum bisa percaya pada lelaki itu" lanjutnya.

My Perfect Husband - Part Two [[COMPLETED]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang