24. Ketika para jomblo mencari cinta

12.2K 857 9
                                    

"Cie yang kemarin kencan." Tomas sudah menyelepet Mbak Rena nggak karuan karena melihat dia di jemput sama laki - laki ketika pulang kerja.
"Itu sepupu gue,"kata Mbak Rena ketus "doa'in supaya cepet dapet calon suami."
"Duh yang udah kebelet mau nikah." Tiar ikut nimbrung pembicaraan mereka sambil meletakkan tas di meja kerjanya. "Calonnya siapa nih?"

"Siapa yang sudah pegang tiket ke pelaminan? Gue ketinggalan info ya?" Sinta ikut bersuara saat melangkah masuk ruangan. "Pagi all."
"Pagi." Kami menjawab kompak.

"Tom, ada kelanjutannya enggak nih sama dedek emes yang kemarin?" Tiad menggoda Tomas.
"Kan gue udah di tolak. Tuh mulai tuh. Ngorek info, elo sendiri nggak bagi - bagi info?"
"Info apaan?" Semua mata melihat ke arah Tiar. Termasuk Maya yang baru saja melangkahkan kaki.

"Siapa sih ceweknya si bos?"Tomas menatap Tiar tajam. Ini orang kalau mengintrogasi suka kelewatan. Memangnya gue penjahat apa?
"Kok tanya ke gue?" Tiar berkelit.
"Siapa tahu elo punya info."
"Tuh, kampret banget kan." Katanya membela diri. Tiar mencium gelagat Mbak Rena yang melirik Maya tanpa henti. Mencurigakan, hpnya lebih berisik daripada radio rusak.

"Tuh,dari tadi pegang hp sambil senyum - senyum sendiri." Mbak Rena menabuh genderang perang, tapi tidak ada perang di medan laga.
"Apa sih? Whatsap'an sama temen gue." Kata Maya membela diri.

"Eh, ngomong - ngomong gaya pacaran si bos gimana ya?" Maya mengalihkan perhatian. Tapi mengapa ya, membuat perut Tiar mulas? Ini sih sama saja petir di siang bolong. Suaranya menggelegar.
"Bisa mesra nggak ya?" Sinta menambahi.
"Mungkin doi jadian karena takut kena semprot kali." Perut Tiar benar - benar mules mendengar cerocos mereka. Maaf ya Lex...

***

Tomas dan Mbak Rena sudah berada di tempat parkir ketika Tiar dan Alex keluar dari lift. Tiar sengaja meninggalkan Alex dan pura - pura mencari taxi. "Pulang sama siapa?" Tomas bertanya saat dia sudah sampai di pos satpam. "Sopir taxi."

"Lo ngapain belum pulang?" Tiar bertanya pada Tomas penuh selidik. Alex masih di mobil dan belum menyalakan mesin sampai sekarang, bahkan pintunya saja masih terbuka.
"Males," Jawab Tomas asal "mau gue anter?"
"Nggak deh. Makasih." Tiar melambaikan tangan saat taxi pertama lewat.
"Duluan ya." Pamitnya pada Tomas. "Mbak Ren, duluan ya." Tiar masuk ke dalam taxi.

Aku sudah dapat taxi. Kamu langsung pulangkan?.. send.

Tidak sampai sepuluh detik balasan dari Alex masuk ke hpnya.

Alex: :)
Alex: be carefull sayang..

Tiar tersenyum sendiri sambil menatap ponselnya. Seandainya saja dia bisa terus terang pada semua orang. Seandainya saja Alex bukan bos kami. Seandainya Tiar juga lebih sedikit berani. Pasti tidak perlu ada suasana seperti ini.

Tiar : "Pulang sendirikan?" Send
Alex: "Kenapa?"
Tiar : "Kok nggak di jawab? Malah balik nanya."

Tiar memasukkan ponselnya ke dalam tas karena tidak ada balasan dari Alex. Tiar merasa gelisah, berbagai kemungkinan melintas di otaknya. Kemana Alex? Tidak biasanya dia mengabaikan pesan - pesan dari Tiar. Semoga semua baik - baik saja.

Tiar membuka pintu setelah melirik sekali lagi ponselnya di dalam tas. Tidak ada pesan apapun.
Sudah jam setengah tujuh ketika dia memanaskan air di panci. Mungkin sup ayam bisa menjadi menu makan malamnya. Malas kalau harus pergi keluar.

Tiar duduk di sofa ruang tengah setelah makanannya matang. Sebenarnya dia tidak terlalu lapar. Rasa laparnya perlahan menguap bersama dengan kabar Alex yang tak kunjung datang. Berulang kali dia melihat pintu rumahnya. Berharap ada keajaiban dan Alex ada di balik pintu itu. Seperti sebelumnya, dia datang dengan tiba - tiba dan mengetuk pintu.

Resolusi Love  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang