29. Ketahuan

11.2K 832 6
                                    

"Sayang, handuknya bener di laci ini?" Alex menunjuk tempat yang di maksud Tiar dan di balas dengan anggukan singkat. Tangannya masih sibuk dengan spatula dan penggorengan. "Sayang, sikat gigi dimana?"

"Laci atasnya."
"Sayang,..." Tiar menoleh gemas mendengar Alex yang sengaja merecokinya.
"A-pa-la-gi?"
"Kamu juga menyimpan celana dalam baru buat aku?" Alex menyeringai menatap Tiar sambil menggerakkan alisnya.
"Jelas nggak punyalah. Buat apa juga nyimpen daleman cowok!!!" Tiar menyipitkan matanya mendengar pertanyaan absurd itu.
"Slow slow... aku ke mobil dulu."

Tiar menggeleng tidak percaya melihat kelakuan Alex. Apa benar dia bos killer yang selama ini di takuti orang satu kantor? Bos yang pernah melempar pekerjaannya seenak jidat  tepat di depan mukanya? Bos yang membentak karyawan sesuka hatinya. Tetapi dialah bos yang dia cintai sepenuh hati. What?

Alex keluar dari kamar mandi ketika makanan sudah siap diatas meja. "Enak banget baunya."
"Laper banget ya?" Senyum Tiar mengembang mendengar hasil karyanya mendapat pujian.
"Ini apa?"
"Ayam teriyaki sama paklay jamur."

Alex mengangguk kemudian merosot di depan sofa ruang tengah kontrakan Tiar. "Kok duduk di bawah?"
"Biarin enak lesehan."
"Itu baju dapet darimana?" Tiar tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya ketika melihat Alex sudah mengganti setelan kerjanya dengan kaos santai dan celana pendek selutut. Benar - benar santai.
"Dari mobil." Tiar mengikuti Alex duduk di sebelah Alex.

"Selalu bawa ya?" Tiar baru tahu kebiasaan Alex membawa baju cadangan kemana - mana.
"Iya. Kamu nggak mandi?"
"Mau nungguin aku mandi, atau makan dulu?"

"Maunya sih mandi bareng."
"Apa?" Tiar masih bisa mendengar meskipun Alex hanya bergumam pelan.
"Nggak." Alex menggeleng cepat sebelum pacarnya mengeluarkan taring. "Makan deh makan." Alex mengambil piring dan mengisi nasi kemudian di sodorkan kepada Tiar.
"Harusnyakan aku yang ngambilin kamu." Tiar tidak bisa menyembunyikan senyumnya melihat Alex bekerja menyiapkan makanannya.

"Siapa yang mengharuskan? Jaman emansipasi kok masih kolot. Malulah, modern dikit donk, bentar lagikan jadi nyonya Alexander Baskara."
"Ooo jadi maksudnya aku udik gitu?"
"Bukan begitu, sayang." Berulang kali Alex memanggilnya sayang dan berulang kali juga pipinya merona.

Alex sudah mengisi piringnya dan mulai memasukkan nasi kedalam mulutnya. Tiar mengamati cara makan Alex. "Laper atau ngasih makan ternak?"
Alex mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan Tiar. "Itu parasit di perut." Alex mengulum senyum mendengarnya.
"Aku sudah minum vermox enam bulan sekali."
"Nggak combantrin ya?"
"Memangnya balita? Bentar lagi deh kita buat balita." Tiar hampir tersedak mendengar ucapan Alex.

"Sejak kapan kamu jadi mesum gitu?"

"Sejak kenal kamu."

"Jangan fitnah."

"Kamu cantik."

"Ga mempan."

"Sayang."

"..."

"Nyonya Alexa...." Tiar menyuapinya dengan sesendok nasi penuh plus sambel tanpa lauk ataupun sayur. Muka Alex berubah merah seperti kepiting rebus ketika mengunyah nasi itu.

"Ampun deh." Katanya setelah mengambil air putih dan menghabiskannya sekali teguk. "Mau aku diare?" Tiar tertawa melihatnya merajuk. "Astaga sayang, itu nggak akan buat kamu diare. Cabenya sudah terukur."

Tiba - tiba Alex tersenyum sendiri sambil terus melihat Tiar. Tiar sedikit salah tingkah mendapati tatapan Alex yang mencurigakan menurutnya.
"Kenapa?"
"Kamu pengen aku sakit biar bisa perhatian sama aku kan?" Senyum Alex bertambah lebar melihat reaksi Tiar. Tangannya sudah mendarat di pinggang Alex dengan kuat.
"Besok pinggang ini mau aku asuransikan. Biar aman kalau pacarku ngamuk." Kata Alex sambil mengusap pinggangnya yang memerah.
"Nggak sekalian pacarnya yang di asuransikan?" Tiar melotot kepada Alex.

Resolusi Love  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang