“Gimana misi lo?” bisik Tomas yang sedari pagi sudah mengais gosip di setiap sudut kantor.
“Misi apaan?” Mata Tiar masih menatap layar komputer dan jemarinya menari lincah di atas keyboard. Masih seperti biasa, mengerjakan rutinitas menjemukan yang harus dihadapi oleh karyawan kantor.
“Yah, amnesia nih orang.”“Emang gue punya misi khusus ya?” Tiar bertanya sambil mengingat-ingat apa yang terlupakan. Tapi, sampai kepala botak juga sepertinya tidak ada sesuatu yang terlintas. “Eh, sumpah deh. Gue nggak ingat ada job sama elo,” lanjutnya pada Tomas.
“Gue semalam kencan.” Tomas sedikit mengecilkan suara. Melihat kemungkinan omongannya di dengar banyak orang. Namun, sepertinya tidak ada yang mendengar. Bagus.
Tiar tersedak tanpa sebab ketika Tomas mengatakan itu. “Siapa gadis yang mau sama elo? Jangan bilang sama tante-tante ya?” Tomas melotot tajam mendengar balasan nyeleneh dari Tiar.“Sembrono lo kalau ngomong.”
“Lalu?” Tiar mengangkat alis masih penasaran. Tomas sebenarnya mempunyai wajah yang lumayan enak di pandang. Walau badannya sedikit 'berisi'. Dia sampai nge-gym setiap hari untuk menyeimbangkan porsi makannya yang lumayan besar.
“Dia itu nggak kayak lo. Orangnya kalem, bicaranya juga halus, perhatian, dan nggak macam-macam.”
“Maksudnya? Ini sesi curhat atau sesi ngatain gue?”
“Parno banget sih lo.” Tomas meringis mendengar Tiar protes.
“Kalau yang ngomong elo, apalagi tentang kepribadian cewek, maaf. Gue nggak bisa berpikir positif,” kata Tiar sedikit sinis.“Hemmmm.” Tomas lesu. Gampang banget membuat dia badmood.
“Trus gimana? Doi mau nggak sama elo? Udah jadian belum?” Mimik wajah Tomas berubah serius dan penasaran."Gue... gue....” Tomas masih menimbang kalimat yang tepat untuk mengungkapkan semuanya.
“Apa?” Tiar benar-benar dibuat penasaran oleh Tomas. Dia bertanya pelan sambil mendekatkan wajahnya. Biar terkesan misterius. Sambil menerima kenyataan kalau teman usilnya sudah punya pacar.
“Gue di tolak.”
Tiar tidak bisa menahan tawa. Aduh, dia sampai memegang kedua pipinya untuk menahan suara tawa agar tidak terlalu keras.
“Seneng lo, lihat temen menderita.”“Emang lo nembaknya dimana?”
“Kfc Singosaren.”Whatt? Jantung serasa melorot sampai lutut. “Lo di sana? Jam berapa?”
“Jam sembilan lebih dikit gue cabut.”
Tiar sedikit lega. Seharusnya Tomas tidak melihatnya bersama Pak Alex. Kalau sampai orang itu tahu, habis sudah dunianya. Lebur sampai ampas-ampasnya jadi bahan gosip.“Kenapa? Lo di sana juga?”
“Nggak. Penasaran aja sama tempat lo kencan. Pantes di tolak. Ngajak cewek tuh ke Perfect Kitchen kek atau nyari yang privat room gitu. Lha ini di di KFC, nembak pula,” katanya memberi alasan sambil geleng-geleng kepala.
“Kenapa manyun gitu?” sapa Mbak Rena yang baru masuk ruangan.
Tiar terpaksa tertawa lagi ketika menjawab pertanyaan Mbak Rena. Wanita yang lebih tua itu mengernyitkan dahi. Bingung menatap mereka berdua.
“Tomas di tolak!”“Wah ini berita legend. High quality of trending topic,” kata Mbak Rena.
“Bahagia lo berdua?”
***
Tawa mereka seketika terhenti saat melihat siapa yang masuk ruangan. Mengingat tensinya selalu naik turun akhir-akhir ini.
“Seneng banget. Ada apa nih?”
Tiar dan Mbak Rena menoleh serentak. Bersiap jika lelaki yang memakai kemeja biru muda dengan lengan digulung tiga perempat itu bakal mengeluarkan taring lagi.
“Ada yang di tolak, Lex.” Mbak Rena masih menahan tawa ketika menjawab pertanyaan dari Alex. Usut punya usut ternyata Mbak Rena ini pernah bertetangga sama Pak Alex. Jadi dia terbiasa memanggil bos tanpa embel-embel bapak. Meskipun kadang dia menyebut bapak juga demi alasan kesopanan.
“Siapa?”
“High quality jomlo of the year. Tomas.”
“Kasian di tolak,” sahut perempuan yang baru saja masuk dengan nada sok kenal. “Pagi semua,” sapanya kemudian berdiri di samping Alex.
Mbak Rena sempat memperlihatkan ekspresi jijik campur geli sepersekian detik. Tomas lupa dengan nasibnya semalam ketika mendengar suara centil yang menyapa si bos. Dan seluruh indranya sudah berkonsentrasi dengan apa yang akan terjadi antara bos dan sekretarisnya.
“Pak, satu jam lagi Bapak ada meeting,” katanya mengingatkan dengan nada sok profesional.
“Ok,” kata bos menjawab sekretarisnya.Hah? Tidak ada gosip baru kalau tanggapan Pak Alex simpel banget seperti itu. Mereka menunggu sesuatu lebih yang bisa dijadikan bahan gibah saat emosi tak tersampaikan.
“Sudah pada sarapan belum?”
Diluar dugaan, Pak Alex justru menanyakan hal-hal tidak penting. Bahkan lebih mengarah ke pribadi masing-masing.“Sudah.” Tomas dan Mbak Rena hampir kompak saat menjawabnya. Tomas juga kalem ketika ditanya soal makan. Tidak seperti biasanya.
“Sudah makan, Tiar?” tanya bos sambil menoleh ke arah Tiar. Tiar sedikit terkejut, tapi berhasil mengendalikan diri.
“Sudah, Pak,” jawabnya datar.
“Bapak sudah sarapan?”
Alex mengangguk sebagai jawaban untuk pertanyaan dari Citra. Mbak Rena menatap Tomas dan menggerakkan alisnya naik turun sebagai kode.
“Masuk dulu ya,” pamit Pak Alex kemudian melangkah menuju ruangannya. Citra mengikuti menuju mejanya sambil memberi Tiar lirikan tajam. Sekretaris itu tidak suka ketika Pak Alex secara khusus bertanya pada Tiar sementara keberadaannya luput dari perhatian si bos.
“Tuh kan si bos sweet banget sama elo,” cibir Mbak Rena. Tomas tersenyum licik mendengarnya.
“Orang kalian juga di tanyain. Beneran sweet tuh kalau nggak cuma nanya.” Tiar sengaja diam sebentar menunggu reaksi mereka. “Tapi, bawain gue sarapan kek,” lanjutnya. Tomas dan Mbak Rena kompak melotot dan nyinyir pada gadis berbaju biru muda itu.
“Awas, jangan sampai mata lo lepas semua,” sahut Tiar. Gadis itu tidak bisa berhenti tertawa jika sedang usil pada temannya.
“Tomcat, lo belum cerita detailnya ke gue.” Mbak Rena menagih penjelasan. Jiwa ingin tahunya meronta.
“Buat apa cerita kalau cuma mau di hina.”
“Asyemmm....” Mbak Rena melipat sikunya di depan dada.
“By the way, kemarin pas gue mau pulang nganterin tuh cewek, kok sekilas kayak gue lihat mobil Alex ya?”
“Di mana?” Tiar spontan bertanya. Bahkan pertanyaannya terlalu cepat, sehingga tersirat sebuah kepanikan dalam nada bicaranya. Untung teman-teman Tiar tidak menyadari hal itu.
“Itu, di KFC. Pas gue keluar, kalo nggak salah lihat nih ya, mobilnya lagi mau parkir tuh.”Oh Tuhan, kini jantung Tiar benar-benar mau copot rasanya. Badannya lemas, kakinya serasa tidak bisa menapak. Sambil duduk, Tiar menggoyang-goyangkan lutut untuk menutupi keresahannya.
“Lo salah lihat kali. Kan elo lagi kacau hati sama pikiran malam itu,” kata Tiar mencoba mencari kemungkinan dia bisa lolos dari mata elang Tomas.
“Bisa juga sih,” sahut Tomas masih tidak yakin.Plisss pliss elo salah lihat Tom. Atau minimal elo nggak lihat Tom.
“Tapi sepertinya enam puluh persen gue yakin deh.”
“Trus yang empat puluh persen?” Mbak Rena juga ingin tahu, tapi tidak begitu excited. Bukannya Pak Alex ke KFC itu hal biasa? Bukan fenomena spektakuler yang seluruh dunia harus tahu.
“Sisanya gue penasaran. Soalnya dia nggak sendiri, tapi sama cewek. Coba gue nggak nganterin pulang anak orang. Pasti gue buntutin deh.”
Aminnn. Dalam hati Tiar berteriak Aminnn Aminnn Aminnn Tomas tidak melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resolusi Love (Tamat)
RomanceRank#2 komedi 27/02/2019 Rank #3 komedi 01/03/2019 until 26/03/2019 Rank #4 bos (23/07/2018) Bos gue galak, kaku, nyeremin, seenak jidat. Tetapi selama temen - temen somplak itu masih bertahan satu kantor sama gue, mudah - mudahan gue masih betah. ...