14. Romantis? iya.

13.7K 1K 5
                                    

Ini adalah hari pertama Tiar masuk kerja setelah keluar dari rumah sakit. Ibunya sudah kembali ke Tangerang kemarin sore.
"Haiii... " Sapa Tiar kepada teman - temannya ketika melenggang masuk melewati pintu ruangan.
"Udah sehat?" Tanya Mbak Rena yang sudah tiba di ruangan lebih dulu.
"Sudah Mbak."
"Sudah siap tempur?" Tiar mengerutkan dahi.
"Ada tragedi apalagi di kantor ini?"

"Tiaaaarrrr...." teriak Maya sambil merangkul Tiar dari belakang. Di susul Sinta yang masuk paling akhir.
"Udah sembuh Mbak?" Tanya Sinta.
"Udah Sin."

"Hay guys, ada kabar baik nih." Tomas masuk sambil bicara berisik banget.
"Eh, welcome Tiar."
"Thank's."
"Elo udah siap menghadapi keganasan Alex kan?"
"Gue nggak ngerti deh."
"Gue heran aja,ketika di kantor dia bagaikan macan ngamuk. Pas kita ketemu di rumah sakit dia bisa sweet banget sama elo." Lanjutnya tanpa ekspresi apapun.

"Iya bener. Gue aja sampai jantungan setiap ada kerjaan yang nggak bener. Dan di rumah sakit dia slowly gitu. Berasa temen sendiri." Maya berkomentar.

"Dan elo tahu?"
Tiar menggeleng mendengar pertanyaan Mbak Rena.
"Gue sampe heran lihat dia semangat banget lihat sepak bola sama Tomcat. Sebelumnya Tomas tuh hampir nusuk Alex pakai pisau."

Whatttt? Tom, bos ganteng gue jangan diapa - apain. Kasian calon anak gue. Busettt. Nyebut Tiar.

For your information, waktu Tiar masih di rumah sakit Alex dan Tomas sampai taruhan saat melihat sepak bola. Ini pemandangan langka. Alhasil mereka baru keluar dari rumah sakit lewat pukul dua belas malam.
Walaupun kamar Tiar termasuk kelas eksekutif, (praktis jam kunjung pasien lebih bebas dari yang lain, bahkan tidak ada batasan) tetap saja mereka mendapat tatapan tajam dari para perawat jaga. Alex memaksa tinggal, tapi Tiar menyuruhnya pulang. Tentu saja dengan sedikit memaksa.

"Trus kamu sama siapa? Keluarga juga jauh." Katanya Alex yang masih ngotot ingin menginap di rumah sakit.
"Besok pagi ibuku sudah sampai kok." Tiar tetap bersikeras menyuruhnya pulang. "Kalau kamu butuh apa - apa gimana?"
"Ada suster."kata Tiar sama ngototnya.
"Kamu memang keras kepala." Alex tidak mau berdebat lagi karena ada komplotan para jomblo yang siap berbagi gosip di sana.

"Halah lo lebay, gue nggak pernah bawa pisau kali." Tomas nyinyir.
"Siapa yang misuh - misuh setelah keluar dari ruangan Alex?"
"Tomas." Jawab Maya dan Sinta bersamaan. Tiar hanya bisa tertawa mendengar mereka.

"Tapi si bos punya sisi romantis ya?" Woiiii Maya melempar petasan. Tangkap!

"Yes." Giliran Sinta dan Mbak Rena kompakan. Tiar menggedikkan bahu mendengar racauan mereka.

"Katanya elo mau kasih kabar baik Tom?" Tiar berusaha mengalihkan pembicaraan. Mbak Rena dan Maya juga mulai menanyakan kabar baik yang di sebut Tomas.
"Gue denger.... bulan depan... pas harpitnas... hari kejepit nasional tuh..."
"Hahhh kelamaan." Tumben Sinta emosi. Mereka tertawa melihatnya. Jarang - jarang Sinta mengeluarkan taring.
"Cepetan Tom." Tiar juga tidak sabar ingin mendengar apa yang akan terjadi bulan depan.
"Bulan depan kita gathering!!!"
"What? Kemana?" Mereka seperti di guyur air laut. Senang banget rasanya.
"Belum tahu, sepertinya tidak jauh."
"Yah, gue kira ke Bali." Mbak Rena mengharap.

"Yakin?" Tiar bertanya memastikan, mengingat perusahaan ini sedang di ujung tanduk ibu suri. Bukan di ujung tanduk kebangkrutan,namun masih dalam sorotan ibu suri. Itu lebih mengerikan daripada cabang ini bangkrut. Suasana kerja jadi seperti neraka.

"Gue denger dari Citra. Dia yang ngerjain proposalnya."

"Cieee demen juga lo sama dia." Goda Maya.

"Gue demen sama setiap orang yang ngasih informasi hangat ke gue." Katanya mantap.
"Apalagi ngasih lihat informasi secara langsung." Tomas melihat Tiar sambil cengar - cengir tidak jelas. "Iya, nggak Tiar?" Katanya sambil menggerakkan alis dan menyunggingkan senyum setan.
"Maksudnya apa nih?" Tiar curiga sama Tomas. Ekspresinya itu menyiratkan sebuah genderang perang yang siap di tabuh.
"Seperti yang di rumah sakit kemarin. Sesuatu yang langka. Pantas masuk museum. Si bos cinta kali sama elo." Kata Tomas akhirnya.
"Emang dasar setan lo." Kata Tiar sambil duduk di kursi kerjanya.

Kami semua terdiam ketika mendengar Alex beneran kesetanan di ruang sebelah. Tiar bertatap pandang dengan Maya seolah bertanya 'bos kenapa?' Dan Maya juga melempar pandangannya pada Tiar seolah menjawab 'gue nggak tahu' sambil menggangkat bahu.

"Setiap hari seperti ini Tiar. Tapi sebenarnya dia mati - matian membenahi perusahaan ini." Mbak Rena memberi pembelaan yang masuk akal.
Tiar mengangguk tanpa komentar.

"Sebaiknya kita balik ke tempat masing - masing deh, sebelum bos memergoki kita ngerumpi." Tiar berusaha menasehati teman - temannya.

"Lo bener wek. Yuk bubar." Tomas segera keluar meninggalkan ruangan itu.

Resolusi Love  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang