RT 01

406 37 6
                                    

Rintihan hujan membasahi pemakaman seseorang yang terletak di dekat pohon besar. Tangisan mendominan pemakaman tersebut. Bukan hanya manusia saja yang bersedih, tapi langit menunjukkan kesedihan yang mendalam. Kepergian seseorang membuat siapapun tidak dapat membendung tangis haru.

Perlahan, sedikit demi sedikit orang-orang mulai meninggalkannya. Pada akhirnya seseorang yang telah pergi menemui Tuhan, akan berjalan sendirian. Tidak peduli seberapa banyak temannya, atau sebanyak apapun orang-orang yang mencintainya. Ia akan tetap berjalan sendirian, di tengah gelapnya malam, dinginnya udara, dan panasnya matahari.

Terdapat batu nisan yang berdiri tegak di depan. Tulisan indah dengan tanda salib di pinggiran namanya, membuat namanya begitu indah. Jung Yerin. Nama itulah yang melekat di sana. Rangkaian bunga mengelilingi makamnya. Begitu banyak orang-orang yang mencintainya, dan menunjukkan rasa duka yang mendalam di tempat peristirahatan terakhirnya.

Seorang pria dengan pakaian yang sudah basah tetap setia berada di sana. Pria tersebut terus menangis tanpa henti berharap penuh ini semua hanya mimpi buruk yang sangat panjang. Kehilangan seorang kekasih yang sangat dicintainya pastinya akan melakukan hal yang sama dengan apa yang di lakukan pria tersebut, menunggu keajaiban datang dari Tuhan. Di dalam hatinya, ia terus berdoa agar Tuhan memberikannya satu kali kesempatan untuk membahagiakan kekasihnya. Dadanya terasa sesak sekali. Bagaimana melihat orang yang sangat dia cintai pergi untuk selamanya.

Ini musim semi terburuk dalam hidupnya. Hari ini Yerin berulang tahun, tetapi ia sudah pergi bersama Tuhan. Musim semi yang selalu mereka rayakan dengan penuh bahagia kini berganti menjadi tangis yang tidak dapat berhenti.

"Maaf.... tolong maafkan aku," ujarnya terisak.

Berkali-kali pria itu memohon maaf pada kekasihnya. Sesuatu yang telah terjadi tidak akan bisa diperbaiki kembali. Hanya kenangan dan penuh penyesalan yang tersisa selamanya. Ia tidak akan bisa menggenggam tangan mungil Yerin lagi. Selamanya tidak akan pernah kembali lagi.

~•••~

Beberapa tahun kemudian

Tokyo, Jepang

Suara langkah kaki yang terdengar bersaut-sautan di sebuah kantor ternama di Tokyo. Di detik-detik terakhir musim dingin seharusnya mereka menikmati salju yang menghilang secara perlahan. Angan-angan tersebut hanya ada di pikiran mereka saja. Tidak ada hari tanpa bekerja. Mungkin ungkapan itulah yang cocok untuk para pekerja keras di Jepang.

Beberapa menit yang lalu secangkir kopi yang dibawa oleh pria itu sudah terasa dingin. Hanya beberapa langkah saja jarak ruangannya dengan dapur di kantor, namun kopinya berubah menjadi dingin saat tiba di dalam ruangan. Ia mengumpat di dalam hati. Haruskah ia kembali membuat kopi? Ide yang buruk! Pikirnya.

Lee Minhyuk. Seorang CEO perusahaan otomotif di Tokyo. Namanya memang bukan seperti nama orang Jepang, karena dia lahir dan besar di Korea Selatan. Minhyuk sudah bertahun-tahun tinggal di Jepang. Ia bahkan berpikir akan berganti kewarganegaraan. Wajah tampan dengan sejuta bakat yang dimiliki Minhyuk, menjadikannya CEO tertampan abad ini di Jepang. Membicarakan wajah, usianya sudah memasuki 25 tahun, tapi wajahnya seperti remaja berusia 18 tahun. Bukan dirinya yang mengatakan seperti itu, tapi semua orang, terlebih wanita.

Minhyuk sibuk membaca berkas-berkas yang akan ia sampaikan pada rapat bulanan kali ini. Kemampuan bahasanya yang luas, tentu bukan hal yang sulit untuknya bekerja sama dengan perusahaan luar. Kesuksesan yang diraihnya sejauh ini tentu hasil kerja kerasnya. Tidak ada keluarganya yang membantu. Jangankan membantu, keluarganya saja tidak tau dia sudah sukses di Jepang. Hubungannya dengan keluarganya memang bermasalah.

Seseorang mengetuk pintu ruangannya. Terlihat seorang wanita dengan pakaian formal datang membawa setumpukkan file di tangannya. Minhyuk menghembuskan nafasnya dengan berat. Haruskah ia membaca semuanya hari ini juga? Kepalanya terasa berdenyut sekali. Ia baru ingat, bahwa sejak kemarin ia tidak dapat tidur.

"Haruka, bisa kau menggantikan saya untuk hari ini? Saya benar-benar tidak bisa membaca semua file itu," ujar Minhyuk. Sekertarisnya mengangguk paham.

"Apa bapak sedang tidak enak badan? Saya akan menyuruh seseorang untuk membelikan bapak sesuatu," katanya dengan nada khawatir.

"Tidak perlu. Saya akan keluar sebentar lagi. Terima kasih atas perhatiannya," jawabnya.

Minhyuk mengenakan kembali mantel panjang yang ia gantung di sisi kiri meja kerjanya. Terlihat masih ada beberapa salju yang turun. Jendela ruangannya bisa melihat dengan jelas gedung-gedung tinggi dan juga jalan kota yang dipadati oleh pejalan kaki.

Sesaat ia menghembuskan nafas dengan berat. Sebentar lagi akan datang musim semi. Lagi-lagi ia tidak siap untuk menghadapi musim ini. Banyak hal yang membuatnya memiliki pemikiran buruk tentang musim semi. Sampai saat ini, ia tetap menganggap musim terburuk dalam hidupnya adalah musim semi. Tidak ada yang bisa mengubah pandangan hidupnya seperti itu.

Ia melangkahkan kaki untuk menuju salah satu kedai ramen yang selalu ia kunjungi. Makanan utamanya adalah ramen. Baginya itu makanan pokok dalam tubuhnya. Tanpa mengkonsumsi ramen dalam satu hari, ia tidak akan merasa puas. Seketika senyumnya mengembang melihat seseorang di depan kantornya.

"Hyung!" Minhyuk berteriak cukup kencang. Itu caranya menunjukkan suatu kerinduan yang teramat sangat.

***

Setelah membaca di mohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang