RT 09

153 21 0
                                    

Hari yang panjang. Setelah seharian bersenang-senang dengan Minhyuk, ia harus kembali menemui kekasihnya yang sudah kesal karena ia mengabaikan telfonnya sejak pagi. Changsub hanya ingin menikmati waktu kebersamaannya dengan Minhyuk. Ia benar-benar merindukan kakak keduanya itu.

Panggilan tak terjawab dari Chorong adalah rekor barunya. Bukan hanya menelfon, bahkan Chorong menghubunginya di akun social dan pesan. Ia hanya bisa tertawa melihat Chorong sangat terobsesi dengannya. Kalau ia sudah sampai, ia akan langsung mencubit kedua pipinya yang sangat menggemaskan. Changsub memarkirkan mobilnya agak jauh dari butik Chorong. Ini baru jam 7 malam, seharusnya Chorong sudah bersiap untuk tutup, tapi sepertinya ia masih sibuk di dalam.

Saat dia akan membuka pintu, samar-samar ia mendengar suara seseorang di dalam. Sepertinya Chorong sedang berbincang dengan orang lain. Mereka sedang bertengkar? Changsub memilih untuk bersembunyi dan membiarkan Chorong berbicara dengan lawannya di dalam.

“Tinggalkan dia sekarang juga! Appa tidak mau kau mempunyai pacar sepertinya!”

Tubuhnya menegang. Ponsel yang dia genggam hampir saja terlepas. Entah kenapa tubuhnya sangat lemah begitu mendengar pembicaraan itu. Seharusnya ia tidak mendengar pembicaraan pribadi seperti itu. Changsub kembali masuk ke dalam mobilnya. Ia akan menunggu di dalam mobil sampai Chorong selesai berbicara.

Seorang pria keluar dari butik Chorong. Dengan pengawal yang sangat banyak, mobil itu keluar dari butik. Untungnya Changsub meletakkan mobilnya agak jauh, sehingga tidak ada yang melihatnya. Sekarang apa ia harus masuk ke dalam? Bukankah baru saja Ayahnya Chorong menentang hubungan mereka? Lalu untuk apa lagi Changsub bersusah payah mempertahankan hubungan mereka?

Changsub menghela nafas dengan berat. Dadanya terasa sesak sekali. Bagaimanapun ia harus menemui Chorong untuk memastikan keadaannya. Changsub orang yang pandai menutupi wajah muramnya. Dia akan berpura-pura tidak mendengar pembicaraan yang tadi.

Dengan senyum yang cerah, Changsub masuk ke dalam butik. Ia tau kekasihnya pasti sedang berada di kasir untuk menjaga. Di butik sebesar ini, ia hanya menggunakan beberapa pekerja. Sudah sering kali Changsub katakan carilah pekerja yang lebih banyak, tapi dia selalu mengatakan tidak mudah mempercayakan orang asing untuk mengurus butiknya.

“Changsub-ah!” ujarnya. Changsub tersenyum senang. Syukurlah Chorong tidak menangis ataupun sedih. Mungkin dia juga sedang menutupi masalahnya.

“Kau sudah lama datang?” Tanya Chorong.

“Belum. Aku baru saja sampai,” jawabnya berbohong. Suasana bahagia ini akan berubah jika Changsub mengatakan ia sudah datang sejak Ayahnya berbicara dengannya.

“Kau tidak ada di rumah sakit sepanjang hari ini. Apa yang kau lakukan? Tidak mengangkat atau membalas pesanku,” omelnya. Bibirnya sudah maju ke depan. Ingin rasanya Changsub tertawa saat ini juga.

“Kau datang ke rumah sakit? Mianhe. Minhyuk hyung kembali dari Jepang dan sejak pagi aku bersama dengannya untuk melepas rindu,” jelas Changsub.

“Kakak keduamu itu? Hei! Kenapa kau tidak mengajakku. Dia juga harus mengenal calon adik iparnya,” sentak Chorong memukur Changsub pelan. Hatinya teriris begitu Changsub mendengar kata yang sekarang hampir mustahil itu. Apa mereka akan bersama sampai waktu yang lama?

Mianhe. Kapan-kapan aku akan mengajakmu menemuinya. Kau belum tutup? Ini sudah malam, mana mungkin orang-orang membeli pakaian di malam hari,” ujar Changsub.

“Tadi baru saja ada yang memesan gaun pernikahan. kau mau melihat gaun rancanganku?” tanyanya. Changsub mengangguk. Chorong sangat pintar sekali dalam menggambar. Dia bahkan desainer terbaik menurutnya.

Chorong memberikan sketsa kecil. Indah sekali. Gaun panjang yang menjuntai ke bawah dengan gambaran mewah di sepanjang lengannya. Di bawahnya tertulis nama ‘Chorong’. Changsub melihatnya sejenak. Mungkinkah ini gaun untuk dia sendiri? Oh Tuhan! Hatinya semakin sakit melihat ini.

Wae?” Tanya Chorong. Apa Changsub kedapatan melamun? Pikirannya memang sedang tidak focus saat ini. Ia terus memikirkan masalah lain yang mulai memenuhi otaknya.

“Indah sekali. Kau mendapatkan ide dari mana? Gaunnya benar-benar terlihat sederhana tapi indah,” ujar Changsub.

“Entahlah. Tiba-tiba saja aku ingin membuat gaun seperti ini. Bagaimana kalau aku yang memakainya? Apa terlihat indah?” Tanya Chorong.

“Hei! Kau ingin menikah dalam waktu dekat? Astaga! Apa kau baru saja mengaku mempunyai kekasih lain di belakangku?” jawab Changsub terdengar kesal.

Pabo! Tentu saja aku menikah denganmu! Dasar pria yang tidak pernah peka. Aku selalu terlihat murahan karena kau sangat tidak pandai mengartikan kata-kataku,” jelasnya.

“Gikwang hyung saja belum mempunyai kekasih, bagaimana mungkin aku mendahuluinya,” ujar Changsub.

Jinjja? Padahal dia tampan dan sangat menarik. Pasti pekerjaannya sangat sibuk sekali,” ujar Chorong. Changsub terdiam di kursi kosong. Ia menadahkan kedua tangannya untuk menahan dagunya. Melihat bagaimana sibuknya Chorong jika mengurus butik sendiri, membuatnya kasihan. Dia mau saja membantu, tapi bagaimana dengan kerjaannya?

“Changsub-ah, kau benar-benar mencintaiku?” Tanyanya. Kini Chorong ikut duduk di sebelah Changsub. Saat ini Changsub malah tertawa. Dia bahkan tidak bisa menahan tawanya lagi. Changsub tau kekasihnya sedang serius, tapi ia tidak mau serius saat ini.

Wae geurae? Aku sedang tidak bercanda!” ujarnya.

“Kau ini kenapa? Apa kita baru beberapa bulan pacaran? Seharusnya pertanyaan itu untuk sepasang kekasih yang baru menjalin hubungan dalam hitungan bulan,” ujar Changsub masih saja tertawa.

“Memangnya apa salahnya? Justru aku bertanya begitu, takut-takut kau meninggalkanku secara tiba-tiba,” ucapnya melemah. Changsub mendekap wanitanya itu berada dalam pelukannya. Ini saat-saat yang paling membuat hatinya tenang dan damai. Keputusannya berani menyukai putri satu-satunya anak konglomerat adalah hal yang sulit. Mengambil langkah itu bukanlah sembarangan untuk Changsub. Ia bahkan memikirkan berkali-kali sebelum menyatakan cintanya pada Chorong masa kuliah dulu.

“Dengarkan aku!” kali ini Changsub berbicara serius.

“Kalau saja aku meninggalkanmu, yakinlah satu hal. Jauh di dalam hatiku, hanya tertera nama Park Chorong di sana,” ujarnya. Changsub merasa kini dirinya sudah menjadi seorang puitis seperti halnya pria di luaran sana. Ia tidak pernah berbicara hal serius seperti ini.

“Kau berniat meninggalkanku?” Tanya Chorong mengangkat kepalanya melihat Changsub. Lagi-lagi pertanyaannnya membuat Changsub tertawa.

“Aku akan menjadi orang gila kalau berani mengambil tindakan seperti itu,” jawabnya.

Chorong semakin mengeratkan pelukannya. Berada dalam dekapan Changsub adalah tempat yang paling nyaman untuk Chorong. Dia akan merasa terlindungi dan juga tenang. Memikirkan bagaimana nantinya hubungan mereka ke depannya, tentu dia tidak mau hal buruk menimpa hubungan mereka.

~•••~

Setelah membaca di mohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang