RT 17

130 15 0
                                    

"Sajangnim, kau serius akan makan bersama dengan karyawan?" tanya Hyerim begitu mereka berada di ruangannya.
                
"Ye. Aku sudah berada di sini beberapa hari. Gwenchana," jawabnya.
                
"Saya bisa mengatakan pada mereka untuk melakukan cara lain. Karyawan di sini sangat banyak sekali," ujarnya. Hyerim begitu takut bosnya akan kembali takut. Apalagi jika seluruh kantor tau bosnya mengalami phobia aneh.
                
"Jangan mengkhawatirkanku seperti itu. Aku bisa menanganinya," jawab Minhyuk. Hyerim mengangguk lemah. Teman kantornya benar-benar keterlaluan. Jika bisa Hyerim akan menghampirinya dan memukulnya dengan keras.
               
Hyerim keluar dari ruangan bosnya. Minhyuk tersenyum kecil. Bentuk perhatian Hyerim terlalu berlebihan. Seharusnya dia tidak usah berkata seperti itu. Minhyuk menggelengkan kepalanya.
               
Minhyuk menyetel musik dengan kencang. Ia akan lembur malam ini. Semua karyawan akan pulang dan kantor akan semakin sepi. Dia harus bisa membuat dirinya tidak kesepian di ruangan ini sampai malam. Ia lupa untuk memantau perusahaan besar yang akan menjadi saingan selanjutnya. Sejauh ini tidak ada yang sulit untuk mengalahkan mereka semua.
               
"Bukankah ini perusahaan Gikwang hyung?" ucapnya membaca ulang berita di ponselnya. Astaga! Apa yang terjadi dengan perusahaan kakaknya. Perusahaan Gikwang mengalami penurunan yang sangat tajam. Perusahaannya menjadi pesaing terberat di Korea, tapi apa yang terjadi saat ini?
               
"Aku harus berdiskusi dengan Appa tentang perusahaan,"
               
Minhyuk berpikir tentang perkataan Gikwang waktu itu. Kenapa dia tidak berpikir bahwa perusahaan Gikwang di ambang kehancuran? Lalu bagaimana dengan Ayahnya? Tentu saja ini masalah besar bagi Ayahnya. Gikwang orang yang cerdas dan pembisnis yang handal, tapi kenapa bisa seperti ini?
               
"Kehilangan saham?" ujarnya membaca dengan ulang bagian yang mengejutkan dirinya. Gikwang menjual hampir semua saham di perusahaan untuk membayar gaji karyawan? Astaga! Minhyuk tidak bisa diam saja. Dia harus membantu perusahaan kakaknya. Ayahnya akan menggila jika perusahaan bangkrut dan mereka jatuh miskin. Ayahnya tidak akan sanggup hidup menjadi orang yang sederhana. Besok ia harus meminta pada Hyerim memantau perusahaan Gikwang. Jika keadaannya semakin memburuk, Minhyuk akan menawarkan sedikit saham yang dia miliki.
                
Kepalanya bedenyut. Kenapa Gikwang tidak menceritakan masalah ini padanya. Seharusnya dia katakan semua masalah yang terjadi padanya. Untuk apa mereka menjadi saudara jika tidak bisa saling membantu? Hanya Minhyuk yang bisa membantu Gikwang. Changsub tidak mengerti apapun dalam pekerjaan ini.
                
Sepulang dia dari kantor, ia akan mencoba bertanya secara perlahan. Kalau memang Gikwang tidak mau cerita, Minhyuk tidak akan memaksa. Dia akan tetap memberikan bantuan kepada perusahaan kakaknya.
                
Ia kembali berkutat dengan seluruh berkas yang membutuhkan tanda tangannya. Perutnya terasa lapar sekali. Ia baru ingat belum makan sejak pagi. Astaga! Karena pekerjaan, dia bisa lupa makan seperti ini. Sebentar lagi jam 8 malam. Kalau sampai jam 9 dia tidak selesai juga, ia akan kembali makan ramen di apartement.
                
Kepalanya menoleh ke arah pintu, begitu seseorang mengetuk dengan pelan. Rupanya Hyerim. Minhyuk pikir dia sudah pulang sejak tadi. Hyerim sedikit menundukkan kepalanya untuk memberi salam. Ia meletakkan sebungkus kotak ke mejanya. Minhyuk tidak tau apa yang di berikan pada Hyerim.
                
"Saya rasa Sajangnim belum makan sejak pagi. Di depan kantor hanya ada makanan itu saja," ujarnya. Minhyuk melebarkan bola matanya. Ia tidak menyangka Hyerim akan melakukan hal ini.
                
"Gomawoyo. Kau belum pulang? Ini sudah malam, dan setau aku sebentar lagi bus terakhir akan melintas di depan halte," ujarnya.
                
"Ah, Ye. Saya akan pulang setelah ini. Sajangnim bisa mengencangkan suara musik karena tidak ada orang di dalam kantor," ujarnya.
                
"Kau masih saja berbicara formal denganku," ujar Minhyuk sedikit mengomel. Hyerim tersenyum kecil. Dia merasa tidak sopan dengan bosnya kalau berbicara banmal.
                
"Arraseo, Oppa. Kalau begitu aku pulang dulu. Annyeonghaseo," ujar Hyerim segera meninggalkan ruangan bosnya. Minhyuk sedikit tertawa melihat tingkah lucu sekertarisnya. Hyerim langsung berlari keluar karena berbicara tidak formal dengan Minhyuk. Dia tidak akan memecat seseorang yang berbicara santai dengannya.
                
Minhyuk membuka kotak persegi panjang itu. Ternyata Kimbab. Dia sudah lama tidak makan kimbab. Apa di depan kantor ada kedai kimbab? Minhyuk bahkan baru tau sekarang. Ia menggelengkan kepalanya karena menikmati makanan itu. Entah karena perutnya lapar atau memang kimbabnya enak, yang pasti lidahnya terasa menari-nari di dalam sana.
                 
Minhyuk berhenti makan. Dia teringat sesuatu. Dulu, Yerin juga sering membawakan kimbab untuknya. Kenapa kebetulan sekali Hyerim membelikannya kimbab? Minhyuk semakin menyangka Hyerim adalah renkarnasi Yerin. Wajah mereka cukup mirip, terutama mata. Lalu setiap kali Hyerim berada dekat dengannya, ia merasakan Yerin begitu dekat dengannya. Ia merasa Yerin seperti hidup kembali.
                 
"Berhenti berbicara omong kosong, Minhyuk-ah!" makinya pada dirinya sendiri. Minhyuk menghabiskannya tanpa tersisa sedikitpun. Lain kali, ia harus kembali membeli kimbab yang sama. Waktunya untuk pulang. Minhyuk akan melanjutkan pekerjaannya di rumah. Ia berharap ada Gikwang di apartement, sehingga ia bisa bertanya tentang perusahaan.
                
"Hyerim-ssi, kau masih di sini?" tanya Minhyuk terkejut mendapati Hyerim masih berada di depan kantor. Wajahnya terlihat kebingungan saat ini. Apa terjadi sesuatu padanya?
                
"Ye. Aku terlambat naik bus terakhir. Dan aku sedang mencoba mencari taksi yang melewati kantor," jawabnya. Ini sudah larut malam. Memangnya masih ada taksi yang lewat? Seharusnya dia tidak perlu membawakan makanan untuk Minhyuk.
                
"Biar aku antar. Tidak akan ada taksi yang lewat semalam ini," ajak Minhyuk.
                
"Tidak perlu. Aku bisa menunggu kendaraan yang melewati jalan ini," tolaknya. Apa Hyerim sungkan dengannya? Hei! Mereka ini teman kerja, seharusnya saling membantu.
                
"Tidak perlu sungkan denganku. Kajja! Kau akan tiba di rumah semakin larut kalau mengulur waktu," ujar Minhyuk. Dengan langkah berat Hyerim mengikuti bosnya dari belakang. Ia benar-benar tidak enak dengan bosnya.
                
"Gomawoyo, Sa.... Oppa," ujar Hyerim hampir saja berbicara formal. Minhyuk tertawa mendengar pembicaraan Hyerim yang sangat gugup. Benar saja. Hyerim terlalu kaku dengan bosnya, walaupun mereka setiap hari bersama.
                
"Seharusnya aku berterima kasih denganmu. Karena kau membelikanku makanan jadinya kau terlambat naik bus," balas Minhyuk.
                
"Hyerim-ah, kau tau perusahaan terkenal yang sekarang hampir bangkrut itu? Menurutmu, apa yang membuat perusahaan itu hampir bangkrut?" tanya Minhyuk. Hyerim berpikir sejenak. Memang berita bisnis lagi hangat tentang perusahaan paling maju di Korea yang hampir bangkrut itu. Hyerim sendiri dulu ingin bekerja di sana, namun seleksinya sangat sulit dan dia berhenti di tahap 2.
                
"Dari berita yang ku baca sepertinya mereka kalah dalam bersaing dengan perusahaan asing. Bukankah perusahaan nomor satu di Korea itu selalu bekerjasama dengan perusahaan luar? Mungkin mereka kalah, lalu kehabisan uang dan terpaksa menjual saham-saham mereka untuk membayar gaji karyawan. Orang-orang yang bekerja di sana memiliki gaji yang luar biasa," jelas Hyerim.
                
"Benarkah? Bukankah direktur mereka orang yang cerdas dalam berbisnis? Kenapa mereka bisa kalah? Seharusnya mereka lebih sukses karena sudah biasa bersaing dengan perusahaan luar," ujar Minhyuk.
                
"Itu dia yang aku tidak bisa mengerti. Direktur mereka masih muda, dan orang yang cerdas. Bahkan Direktur Park tidak berani bersaing dengannya," jawab Hyerim.
                
Gikwang memang benar-benar orang yang cerdas. Lalu kenapa perusahaan bisa hancur seperti ini? Apa kakaknya sedang banyak masalah sehingga dia tidak bisa membagi pemikirannya? Minhyuk sangat bodoh sekali tidak pernah menyuruh Gikwang untuk terbuka dalam setiap masalahnya.
                 
"Wae geurae? Oppa ingin membeli perusahaan mereka? Daebak! Perusahaan kita akan menjadi nomor satu di Korea," ujar Hyerim. Minhyuk sedikit tertawa. Mana mungkin ia mengambil perusahaan keluarganya sendiri. Dia tidak gila dengan kekuasaan.
                 
"Ani. Walaupun aku gila bekerja, tapi aku tidak gila mengambil perusahaan besar," jawabnya. Hyerim ikut tertawa. Sebetulnya Hyerim yakin Minhyuk bisa dengan mudah membeli perusahaan itu, tapi mungkin ada hal lain yang membuatnya tidak tertarik dengan perusahaan nomor satu di Korea itu.
                
Tidak terasa mereka sudah sampai di rumah Hyerim. Untungnya pagar rumah belum di kunci oleh Ahjumma. Semoga saja Hayoung sudah tidur agar dia tidak mendengar pertanyaan aneh darinya.
                
"Gomawoyo. Seharusnya kau mengantarku sampai depan saja," ujar Hyerim.
                
"Gwenchana. Jangan sampai terlambat esok hari karena aku ingin rapat pribadi denganmu," ucap Minhyuk. Hyerim mengangguk paham. Hyerim segera turun dari mobil.
                
Hyerim bahkan masih setia berada di depan pagar walaupun mobil Minhyuk sudah hilang dari pandangannya. Entah kenapa dia merasa Minhyuk orang yang berbeda dan menyenangkan. Apa dia sedang memuji bosnya? Astaga!  Hyerim akan mengutuk dirinya sendiri, jika dia menganggap kebaikan bosnya selama ini ada maksud lain. Bosnya memang orang yang menyenangkan. Apalagi mereka selalu bersama di tempat kerja, tentunya Minhyuk terlihat akrab dengannya.
                 
"Baru pulang? Aku bahkan sudah memakan ramen yang ku buatkan untukmu," maki Hayoung di depan pintu. Kenapa Hayoung bersikap sepertu Ahjumma? Biasanya dia tidak pernah peduli aku pulang selarut apapun.
                 
"Siapa yang menyuruhmu membuatkan ramen untukku, huh? Jangan mengganggu waktu istirahatku," ujarnya langsung mengarah ke pintu kamarnya.
                 
Ia benar-benar lelah sekali. Senyumnya terus mengembang saat mengingat setiap kebersamaannya dengan Minhyuk. Bagaimana baiknya dia mengangatku pulang, dan memberikan perhatian-perhatiannya.
                 
"Aigo! Kau menyukai bosmu? Andwe!" Hyerim mengutuk dirinya sendiri. Apa yang dia lakukan saat ini? Dia bahkan berani sekali menyukai bosnya?

~•••~

Setelah membaca di mohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang