RT 31

127 16 0
                                    

Malam ini udara sejuk sekali. Minhyuk membuka jendela kamarnya. Pemandangan gedung-gedung tinggi lainnya terlihat jelas di matanya. Sebentar lagi ulang tahun Yerin, dan hari kematiannya. Entah bagaimana Minhyuk untuk menyikapi hari itu. Dia harus senang atau justru berduka?

Minhyuk menghembuskan nafas dengan perasaan yang lelah. Lagi-lagi dia merasa musim semi berjalan dengan lambat. Ini adalah musim semi ke sekian kali tanpa kehadiran Yerin. Tentunya dia sudah mulai terbiasa. Ia memakai earphone di telinganya. Mendengarkan lagu yang sering Yerin nyanyikan ketika musim semi datang. Minhyuk tentunya selalu mendengarkan lagu-lagu yang disukai oleh Yerin. Itu adalah salah satu bentuk balasan untuk kerinduannya pada kekasihnya. Mengenang hal-hal yang Yerin lakukan, tanpa bisa menggenggam Yerin secara langsung. Tangannya masih bisa merasakan terakhir kali Yerin menggenggam tangannya sebelum dia pergi. Ia mengingat dengan jelas air mata mengalir di sudut matanya. Tangannya seketika bergetar. Bahkan air mata mengalir di sudut matanya. Ada apa ini? Minhyuk merasa sangat merindukan Yerin.

Minhyuk seperti kembali lagi ke masa itu. Di mana dia benar-benar merasakan pertengkaran yang terjadi di antara mereka, bentakan yang dia keluarga untuk Yerin, suara benturan yang sangat keras, dan tangisan yang dia keluarkan setelah itu. Minhyuk benar-benar mengingatnya dengan jelas.

"Akhhhhh!!"

Minhyuk berteriak dengan kencang. Dia melepaskan earphone yang melekat di telinganya. Kedua tangannya memeluk dirinya sendiri. Dia tidak mendengar suara-suara itu lagi, tapi semua kejadian mengertikan itu berputar-putar ke kepalanya. Minhyuk merasakan kepalanya akan meledak sebentar lagi.

"Minhyuk-ah, wae geurae?" tanya Gikwang langsung masuk ke dalam kamarnya begitu mendengar Minhyuk berteriak. Seluruh tubuhnya bahkan bergetar dengan hebat. Gikwang tampak ketakutan melihat adiknya kambuh lagi.

Gikwang menemukan earphonenya sudah rusak karena Minhyuk melemarnya. Changsub belum pulang, dan dia tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Minhyuk tetap berteriak dan menjerit dengan kencang.

"Tenanglah! Tenangkan pikiranmu!" ujar Gikwang. Minhyuk tidak bisa mendengarnya. Seluruh tubuhnya hanya fokus pada satu titik, yaitu kejadian masa lalu itu. Semuanya terus saja berputar secara bergantian.

"Tenanglah Minhyuk-ah! Kau jangan membuatku cemas seperti ini!" ujar Gikwang. Minhyuk melemah. Kini dia hanya menangis. Menumpahkan semua yang dia rasakan sekarang. Yang Gikwang lakukan hanya menatap adiknya dengan rasa iba. Benar-benar buruk. Mentalnya bisa berubah kapan saja.

"Jangan memikirkannya lagi! Ku mohon berhenti menyakiti dirimu sendiri," ujar Gikwang meneteskan air mata. Minhyuk masih menangis dengan kencang. Entah kenapa Adiknya kembali seperti ini. Earphone itu bahkan tidak dapat berfungsi dengan baik di tubuhnya.

"Aku takut, hyung! Aku takut!" katanya samar-samar. Seperti ini memang. Minhyuk selalu merasa ketakutan dengan tingkat yang besar saat mengingatnya. Apa yang harus Gikwang lakukan untuk adiknya? Semakin hari mentalnya semakin memburuk.

"Tenanglah. Tidak akan ada yang menyakitimu! Jangan takut," balas Gikwang.

Gikwang menatap ke luar jendela. Dia berharap musim semi segera berakhir dan Minhyuk bisa lebih tenang menghadapi hidupnya. Semua bunga bermekaran di setiap jalan, tapi adiknya justru dengan perlahan layu. Minhyuk sangat takut akan musim semi, karena semua hal terjadi di musim ini.

Bombarui bamgonggireui masinyeo

Bombarame nae mameul dalleboda

Seupgwancheoreom georeotdeon georieneun

Apeun gyejeorui hyanggiman nama geunyeoga

Jakkuman jakkuman saenggagina

Nunmuri naneyo nunmulman naneyo

Remember That...

~ BTOB - Remember That

~•••~

Changsub menatap Minhyuk dari pintu. Gikwang sudah menceritakan semuanya saat dia pulang. Ini semakin menghawatirkan, mengingat earphone yang sudah dia berikan tidak bisa lagi membantu mental Minhyuk. Dia mendapatkan earphone itu dari temannya yang kebetulan bekerja pada bidang psikiater. Itu cara terakhir untuk meredakan seseorang yang memiliki penyakit seperti Minhyuk. Lalu bagaimana lagi Changsub harus melakukannya? Setiap hari, dia berusaha berkonsultasi dengan pihak manapun.

"Apa sebaiknya kita melakukan terapi? Mentalnya semakin memburuk," ujar Gikwang. Changsub tidak tau harus melakukan tindakan apa lagi.

"Jangan. Temanku mengatakan terapi bisa menguntungkan, tapi mempunyai efek yang besar juga. Besok aku akan bertemu profesor di kampusku dulu. Kebetulan dia sedang berada di korea," ujar Changsub. Gikwang mengangguk kecil. Gikwang kembali ke ruang tamu. Waktu terus berjalan, mental Minhyuk semakin melemah setiap harinya, dan mereka belum menemukan pengobatan apapun.

"Apa dia bisa bertahan sampai kita menemukan pengobatan yang tepat?" tanya Gikwang menatap adiknya dengan wajah yang lesu. Changsub mengangguk kecil. Salah satu di antara mereka harus ada yang menguatkan. Kalau mereka berdua putus asa, lalu bagaimana Minhyuk?

"Seseorang yang mempunyai mental yang buruk memang selalu seperti itu. Mereka bisa berteriak kapan saja, menangis, ketakutan. Seperti layaknya orang gila," ujar Changsub.

"Besok Minhyuk akan bertemu dengan Appa. Bagaimana ini? Aku takut Minhyuk kembali kambuh saat Appa memakinya," kata Gikwang.

"Kau berada di sana juga kan? Dampingi Minhyuk hyung saat bertemu Appa. Jangan sampai dia sendirian," jawab Changsub. Gikwang mengangguk. Dia harus menjaga Minhyuk besok. Jangan sampai Ayahnya mengutarakan kebenciannya seperti waktu dulu.

"Bagaimana hubunganmu dengan Chorong?" tanya Gikwang. Changsub semakin merasa lelah begitu memikirkan masalahnya yang lain.

"Tidak begitu buruk. Untungnya dia tidak menyalahkan Minhyuk hyung dalam masalah ini. Dia katakan tidak perlu melakukan apapun, Ayahnya akan luluh seiring berjalannya waktu," jelas Changsub.

"Mau ramen? Aku belum makan sejak siang," ujar Gikwang. Bukan ide yang buruk. Sembari menjaga Minhyuk, lebih baik mengganjal perut. Gikwang membuatkan ramen untuk mereka, sementara Changsub melanjutkan pekerjaannya. Mungkin bisa dibilang, Changsub sudah terbiasa dengan pekerjaan. Dia bahkan merasa aneh saat tidak bekerja.

Beberapa hari yang lalu, Changsub sempat menghubungi Profesor yang berada di tempat kuliahnya dulu. Dia sedang berlibur di Korea, dan Changsub bisa meminta solusi padanya. Belum ada email balasan. Mungkin saja dia sedang sibuk.

"Apa earphone itu justru membuat hyung tertekan?" tanyanya dalam hati.

Temannya dengan baik hati memberikan alat itu untuk membantu Minhyuk. Biasanya seseorang yang mengalami phobia buruk, akan terbantu dengan earphone itu. Tentunya itu bukan earphone biasa. Orang yang memakainya bisa memasang lagu yang membuat dirinya tenang. Changsub pikir, Minhyuk akan terbantu dengan alat itu, tapi nyatanya dia justru berteriak dan melempar earphonenya sampai hancur.

Gikwang meletakkan makanannya di meja. Changsub terus saja mencari informasi yang bisa membantunya. Ia yakin, semua penyakit bisa disembuhkan. Pasti ada jalan yang bisa membantunya nanti. Dia harus yakin dirinya sendiri, bahwa kakaknya bisa kembali sehat dan menjadi manusia pada umumnya.

"Changsubie, bagaimana kalau kita membawa Minhyuk ke Amerika? Bukankah Amerika bisa menangani semua penyakit?" tanya Gikwang.

"Amerika?" pikirnya. Apa pergi ke negara lain bisa membuat Minhyuk diobati? Apa memang tidak ada cara untuk menyembuhkan kakaknya di Korea?

~•••~

Setelah membaca dimohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang