RT 22

124 14 0
                                    

Changsub terlihat sibuk malam ini. Minhyuk masih berada di rumah sakit, dan Gikwang yang menjaganya. Sebelumnya Chorong sudah kembali ke butik. Dia sudah mengambil alih seluruh perawatan Minhyuk. Walaupun dia bukan berada di bidangnya dalam penyakit Minhyuk, tapi rumah sakit sudah mempercayakan kemampuannya. Malam ini dia akan bertemu dengan temannya yang kebetulan bisa menangani penyakit mental seperti Minhyuk. Dia akan terus melakukan apapun sebisanya.

"Changsub-ssi. Sudah lama menunggu?" tanya seorang pria yang memasuki ruangannya. Kang Hyunggu, temannya yang sejak tadi dia tunggu.

"Tidak begitu lama. Maaf sudah memintamu untuk datang malam-malam seperti ini. Aku perlu bantuanmu," kata Changsub.

"Bantuanku? Ada apa? Bukankah kau dokter yang hebat?" ujarnya bercanda. Changsub sedikit tertawa. Dia tidak pernah merasa hebat. Bahkan dia harus belajar dari para seniornya.

"Aku sedang menangani pasien yang memiliki gangguan mental. Dia kakakku. Dokter sebelumnya mengatakan dia sebaiknya dibawa ke psikiater. Mentalnya benar-benar lemah sekali. Dia tidak bisa bertemu dengan banyak orang, dia juga tidak bisa berada di keramaian dan dia juga tidak bisa berada sendirian. Apa yang harus aku lakukan?" tanya Changsub.

Hyunggu terdiam cukup lama. Dia sepertinya sedang mencari solusi untuk membantu Changsub. Ia sangat berharap mendapatkan solusi yang baik, agar dia bisa segera melakukan tindakan yang tepat dan cepat.

"Changsubie, kau pasti tau penyakit mental adalah hal yang paling sulit untuk disembuhkan. Tidak ada hal yang bisa di lakukan dokter seperti kita. Kalau seseorang hanya takut keramaian, kita bisa melakukan tindakan, tapi hal yang kakakmu alami sangat jarang terjadi. Takut dengan keramaian, tapi tidak bisa terlalu sepi. Apa dia pernah depresi berat?" tanya Hyunggu.

"Beberapa tahun yang lalu. Kakakku sempat mengalami kecelakaan dan dia terus menyalahkan dirinya sendiri atas kecelakaan itu. Kekasihnya meninggal saat itu juga dan semua keluarga kekasihnya terus saja menyalahkan Kakakku. Sampai sekarang pun dia tetap menyalahkan dirinya sendiri," jelas Changsub.

"Itu dia penyebabnya. Seseorang mengalami apa yang kakakmu alami karena terlalu banyak tekanan yang masuk ke dalam dirinya. Bisa saja dia terus dihantui oleh makian-makian yang mengarah pada dirinya. Ku rasa kakakmu depresi berat karena hal semacam itu," ujar Hyunggu.

"Aku juga sempat menduga seperti itu. Lalu apa yang sebaiknya aku lakukan? Apa psikiater bukan solusi terbaik?" tanya Changsub.

"Hanya dirinya sendiri yang bisa memperbaiki mentalnya. Kau harus bisa pelan-pelan bicara padanya. Buat dia berhenti menyalahkan dirinya sendiri, dan jauhan dia dari orang-orang yang terus ada dalam bayangannya," jawab Hyunggu.

Changsub terdiam. Apa dia bisa melakukan hal itu? Gikwang sudah berkali-kali mengatakan pada Minhyuk tentang hal ini, tapi dia tetap menyalahkan dirinya. Dia tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Semua orang mengatakan tidak bisa mengobati secara medis atau terapi. Separah itu kah kakaknya?

"Kau dokter yang hebat. Kau bisa menyembuhkan orang banyak, lalu kenapa kau tidak bisa menyembuhkan kakakmu sendiri?" ujar Hyunggu.

Changsub pasti bisa. Dia harus bisa membuat kakaknya sembuh. Separah apapun penyakit kakaknya, dia pasti bisa menyembuhkannyan. Ini adalah bentuk baktinya sebagai seorang adik. Minhyuk sudah banyak sekali mengalami tekanan dari semua orang. Ini saatnya untuk membantu apa yang seharusnya dia bantu.

~•••~

Gikwang datang membawakan buah-buahan. Dia keluar sejak satu jam yang lalu. Selama Gikwang keluar, ruangan ini dipenuhi oleh musik yang menggema dari radio. Changsub sudah memindahkan Minhyuk ke lantai khusus. Dia lantai itu bahkan hanya ada sedikit orang dan ruangannya kedap suara. Jadi Minhyuk bisa merasa aman.

"Belum tidur? Apa yang kau lakukan di jam malam seperti ini, huh?" tanya Gikwang. Minhyuk tersenyum menampakkan deretan giginya. Keadaannya semakin membaik setelah siuman.

"Pekerjaanku sangat banyak. Aku harus membaca semua file ini dan menyerahkannya pada Hyerim besok," jawab Minhyuk.

"Kau kan memiliki sekertaris, serahkan saja semuanya pada sekertarismu. Untuk apa gunanya seorang sekertaris jika tidak bisa meringankan bebas bosnya," kata Gikwang.

"Aku sudah terlalu merepotkan Hyerim. Dia sudah membantuku memantau perusahaan di Jepang, dan pembangungan di Busan. Dia juga selalu memantau perkembangan bisnis setiap harinya. Aku tidak bisa menyerahkan tugasku lagi," jelas Minhyuk.

"Itulah yang membuatmu sukses. Kau tidak pernah benar-benar berperan menjadi bos. Kau bahkan bekerja setiap harinya seperti karyawan. Apa sebaiknya aku bekerja denganmu saja? Menjadi Chef bukan hal baik untuk diriku," ujar Gikwang.

"Kantorku kekurangan satpam. Kau mau bekerja sebagai satpam?" tanya Minhyuk.

"Kalau ada satpam setampanku, setiap hari kantormu dipenuhi oleh wanita," balas Gikwang tertawa. Minhyuk ikut tertawa mendengar jawaban konyol kakaknya.

"Kapan aku pulang? Aku tidak betah di sini," tanya Minhyuk.

"Kau bahkan baru tadi pagi disini. Istirahatlah sejenak. Jangan memikirkan apapun," ujar Gikwang. Minhyuk keras kepala sekali. Dia bahkan terlalu giat bekerja. Mungkin karena terlalu lama tinggal di Jepang jadilah dia gila bekerja seperti itu.

"Hyung, saat aku pingsan, aku sempat melihat Yerin dalam mimpiku. Dia sangat cantik sekali. Dengan pakaian putih, rambutnya digerai, dan dia tersenyum dari kejauhan. Aku ingin mengejarnya, tapi kakiku tidak bisa melangkah. Dia sepertinya mengatakan sesuatu, tapi aku tidak bisa mendengarnya," ujar Minhyuk.

Gikwang benar-benar fokus mendengarkan cerita Minhyuk. Wajah adiknya sangat sendu sekali. Dia bahkan terlihat ingin menangis. Dia pasti sangat merindukan Yerin. Kenapa kisah hidup Minhyuk begitu menyedihkan?

"Jangan dipikirkan. Kau tidak boleh memikirkan apapun saat ini," balasnya. Gikwang hanya takut Minhyuk kembali berteriak kalau mengingat Yerin.

"Setiap hari aku selalu memikirkan Yerin. Boleh aku pergi ke makamnya? Ku rasa dia menantikan kehadiranku di sana," pinta Minhyuk.

"Andwe. Kau belum sembuh total. Beberapa minggu yang lalu aku sempat datang ke makamnya. Yerin pasti mengerti dengan kondisimu saat ini," bantah Gikwang. Minhyuk benar-benar tidak bisa memikirkan dirinya sedikitpun. Dia tau tidak akan bisa melihat Yerin, tapi dia malah ingin melihat makamnya.

"Jebbal! Sudah lama sekali aku tidak melihatnya," pinta Minhyuk.

"Tidak! Sekarang kau tidur karena ini sudah malam," ujar Gikwang. Minhyuk bungkam. Dia tidak bisa terus memohon seperti ini. Baiklah, mungkin lain kali dia akan meminta lagi.

"Hyung tidak pulang? Pulanglah. Sejak pagi kau terus saja di sini," ujar Minhyuk. Gikwang tersenyum kecil. Adiknya bahkan masih mengkhawatirkan orang lain, di saat dirinya sendiri terancam. Haruskah Gikwang menobatkan Minhyuk sebagai malaikat?

"Aku tidak punya kesibukan apapun. Lagipula aku bisa melihat suster-suster yang cantik di sini," jawab Gikwang sedikit berbisik. Minhyuk menggelengkan kepalanya. Gikwang pandai sekali membuat lelucoan.

Ia harus tidur sekarang. Besok pagi banyak yang harus dia bicarakan pada Hyerim. Minhyuk benar-benar mempercayakan semua tugasnya pada Hyerim, karena dia orang yang pintar. Untung saja Direktur Park memberikan dia sekertaris seperti Hyerim.

~•••~

Setelah membaca dimohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang