RT 20

136 18 0
                                    

Minhyuk sedang bersiap untuk makan bersama dengan karyawannya. Sejak tadi yang dia lakukan hanya menarik nafas, lalu menghembuskannya. Dia melakukan hal yang sama berulang kali. Minhyuk sangat berharap mentalnya baik-baik saja saat bersama dengan karyawannya. Yang harus dia lakukan adalah tenang. Kalau dia tidak tenang, semuanya akan hancur. Anggap saja ini ujian untuknya agar bisa menghilangkan rasa takut itu. Seseorang memasuki ruangannya. Hyerim datang dengan raut wajah yang tidak biasa. Kemana wajah tersenyumnya pergi?
                
"Sajangnim, gwenchanayo?" tanyanya. Minhyuk mengangguk dengan yakin. Dia bahkan tidak merasa ketakutan sedikitpun. Mungkin karena dia sudah mengenal seluruh wajah karyawannya selama beberapa minggu ini. Ia hanya takut bertemu dengan orang baru.
                
"Kita masih punya waktu untuk membatalkan acara ini. Saya bisa mengatakan pada semuanya bahwa kau harus segera rapat penting," ujar Hyerim. Minhyuk tersenyum. Lagi-lagi Hyerim sangat mengkhawatirkannya.
                
"Gwenchana. Kita harus pergi sekarang. Aku tidak mau membuat karyawanku menunggu dengan lama," ujar Minhyuk bersiap untuk pergi.
                
Minhyuk melangkahkan kakinya untuk turun ke lantai bawah dan pergi ke restoran yang hanya berjarak beberapa langkah dari kantornya. Dia tidak perlu menggunakan mobil. Ia terus berkata pada dirinya sendiri bahwa dia bisa, dia mampu, dan dia baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dia khawatirkan dari semua karyawannya. Mereka tidak akan berteriak dan menyalahkan Minhyuk.
                
Dari kejauhan dia bisa melihat seluruh karyawannya sudah menempati meja panjang yang terlihat dari kaca. Mereka semua terlihat bahagia dan senang. Ini saatnya untuk membangkitkan mentalnya. Kalau dia terus menyelimuti dirinya dengan rasa takut, selamanya dia hanya hidup sendiri tanpa teman. Seorang manusia tidak bisa hidup sendiri karena sejatinya manusia diciptakan untuk berdampingan dan berkelompok.
                
Minhyuk tersenyum begitu menyambut semua karyawannya yang sudah menunggu. Sudah banyak pesanan di meja, dan tentunya soju. Mereka semua sudah menyiapkan dengan sangat baik. Bagaimana mungkin Minhyuk mengacaukan kerja keras mereka hanya untuk makan dengan bosnya.
                
"Akhirnya kita kedatangan CEO kita tercinta," ujar salah seorang pria yang mengusulkan acara semacam ini. Minhyuk sedikit menunduk untuk menunjukkan rasa terima kasihnya pada semua yang ada di sini.
                
Ia belum berani menatap mereka dengan satu kali tatapan. Ia hanya takut mentalnya akan terganggu melihat mereka semua secara bersamaan. Ia melirik Hyerim yang duduk di sebelahnya. Minhyuk tau Hyerim sangat cemas sekarang.
                
"Gwenchana Minhyuk-ah!" ujarnya dalam hati.
                
"Sajangnim bagaimana dengan makanannya? Apa kau kekurangan sesuatu?" tanya Hayoung. Minhyuk menggeleng pelan. Di restauran ini bukan hanya ada mereka. Tentunya masih banyak pengunjung lain yang juga mendatangi tempat ini.
                
Tangannya mulai bergetar sedikit. Ia terus menghembuskan nafas agar dirinya tidak cemas. Tenang! Tenang! Tenang! Hanya ada kata-kata itu yang berkeliaran di otaknya. Hanya untuk satu jam saja. Dia harus bisa membiasakan dirinya.
                
"Saatnya kita bersulang. Untuk merayakan keberhasilan perusahaan dan tentunya kedatangan bos besar kita!" teriak seseorang yang duduk tepat di sebelah Minhyuk.
                
Tangannya semakin bergetar. Dia tidak bisa mendengar seseorang berteriak di dekatnya. Kepalanya terasa berdenyut. Nafasnya tidak bisa lagi dia kontrol dengan baik. Ia mengepalkan tangannya dengan kencang. Teriakan itu membuatnya tidak bisa menahan diri. Minhyuk berdiri dari tempatnya dan berjalan cepat menuju toilet. Tentu semuanya menatap bingung kepergian bosnya secara tiba-tiba. Mereka akan bersulang, tapi Minhyuk pergi begitu saja. Minhyuk berlari kecil untuk mencari tempat yang jauh dari keramaian dan perbincangan banyak orang.
                
Dia terkapar lemah di pojokan. Telinganya mulai mendengar suara-suara aneh lagi. Bayangannya kembali menampakkan kebencian dari semua orang. Mereka terus memaki dan menatap Minhyuk dengan tajam. Ia menutup telinganya serapat mungkin. Kenapa dia seperti ini lagi? Kenapa dia harus mengalami hal seperti ini?
                
"Aaakkhhh!" Minhyuk berteriak dengan kencang. Dia tidak bisa menahan dirinya lagi. Bahkan dia tidak bisa bertemu dengan teman kantornya sendiri. Apa memang dia tidak akan pernah bisa berinteraksi dengan orang lain?
                
"Waeyo! Kenapa kau harus seperti ini Minhyuk-ah! Wae! Wae!" Minhyuk bahkan memukul kepalanya sendiri. Tentu dia marah dengan dirinya sendiri. Dia hanya ingin mempunyai teman. Dia tidak mau selamanya hidup sendiri. Dia ingin hidup seperti selayaknya manusia pada umumnya. Tidak bisakah dia menjadi apa yang orang lain bisa lakukan?
                
"Jebbal.. Berhenti memakiku! Menyingkirlah!!" teriaknya dengan kencang.
                
"Mianhe Yerin-ah, mianhe..," ujarnya dengan lemah. Suaranya sudah habis hanya untuk berteriak. Tatapan mereka semua masih terbayang di kepalanya. Kenapa mereka semua terus menghantui hidupnya? Dia hanya ingin hidup dengan tenang.
                
"Jebbalyo! Mianhe... Mianhe...."

***
              

Hyerim terdiam kaku di atas tangga. Dia mendengar jelas bagaimana terpukulnya Minhyuk. Ini yang dia takutkan. Minhyuk tidak bisa memaksakan dirinya untuk bertemu dengan orang banyak. Dia benar-benar tidak bisa melawan dirinya sendiri. Minhyuk terus mengatakan kata maaf. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Minhyuk? Kenapa dia terus mengatakan maaf dengan penuh penyesalan? Apa memang ada hal besar yang membuatnya jadi seperti ini?
                
Hyerim tidak mendengar suara teriakan lagi. Dia hanya mendengar suara isakan tangis Minhyuk. Begitu terpukulnya kah Minhyuk? Hanya untuk bertemu dengan orang lain saja dia tidak mampu. Hyerim yakin, bosnya sangat tertekan. Hyerim melangkahkan kakinya dengan lambat. Dia hanya ingin memastikan bosnya dalam keadaan baik-baik saja, walaupun dia tau bosnya jelas tidak baik.
                
"Sajangnim...."
                
Hyerim mendekat ke arah Minhyuk. Semoga saja dia tidak kembali berteriak melihat kehadiran Hyerim. Bosnya benar-benar kacau. Rambutnya tidak lagi terlihat rapi. Dasinya hampir terlepas sebentar lagi, dan dia penuh dengan keringat yang mengalir dari dahinya.
                
"Yerin-ah! Mianhe.... Mianheyo!"
                
Hyerim sangat terkejut begitu Minhyuk memeluknya secara tiba-tiba. Tubuhnya bahkan kaku begitu Minhyuk memeluknya tanpa sebab. Ia bahkan tidak bisa mengedipkan matanya. Tubuhnya berubah menjadi seperti patung.
                
"Mianhe, Yerin-ah! Ini salahku! Jeongmal mianhe..," ujar Minhyuk dengan suara tangisan. Ia tidak mengerti. Kenapa bosnya menyebutnya dengan nama lain? Dia ini Hyerim, bukan Yerin. Bahkan dia tidak tau siapa yang di sebutkan oleh Minhyuk.
                
"Sajangnim, aku Hyerim," ujarnya pelan. Bahkan dia tidak bisa menolak pelukan dari bosnya. Hyerim benar-benar nyaman saat ini. Dia bahkan menolak untuk melepaskannya. Ada rasa sakit di hatinya karena Minhyuk terus menyebutkan nama wanita lain. Mungkinkah orang yang disebutkan oleh Minhyuk adalah orang yang dia cintai?
                
"Sajangnim! Sajangnim!" Hyerim terus memanggil bosnya yang ternyata sudah tidak sadarkan diri. Astaga! Hyerim mengguncang tubuh bosnya. Kenapa dia bisa tiba-tiba pingsan seperti ini. Hyerim mengeluarkan ponsel di sakunya. Dengan segera ia meminta bantuan pada teman kantornya untuk segera membawa Minhyuk ke rumah sakit.
                
"Kenapa dengan Sajangnim?" tanya Hayoung panik. Tidak punya waktu untuk menceritakan semuanya saat ini. Minhyuk sedang dalam bahaya. Bibirnya bahkan terlihat sangat pucat, dan tubuhnya dingin. Hyerim tidak mau hal buruk terjadi pada Minhyuk.
                
"Apa yang kau tunggu? Palli! Kita harus segera membawa Sajangnim ke rumah sakit terdekat," makinya dengan kencang. Hyerim bahkan bisa memaki orang lain saat ini. Dia benar-benar khawatir dengan Minhyuk.
                
Salah seorang temannya menghubungi rumah sakit dengan cepat. Dia bahkan terus mengecek pernapasan bosnya yang semakin melemah. Hyerim tidak mau bosnya mengalami hal buruk hanya karena memaksakan dirinya. Dia tidak mau kehilangan orang yang sudah berhasil mematahkan hatinya untuk menyukai pria kaya. Dia benar-benar menyukai bosnya.

~•••~

Setelah membaca di mohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang