RT 16

125 16 0
                                    

Gikwang sedang berada di tempat peristirahatan terakhir Yerin. Beberapa bulan sekali ia menyempatkan diri untuk menyapa Yerin. Gikwang sudah menganggap Yerin seperti adiknya sendiri. Seandainya saja dokter bisa menyelamatkan Yerin, mungkin semua hal tidak berantakan seperti sekarang ini. Yerin pasti juga bersedih melihat bagaimana Minhyuk yang sekarang, keluarganya yang menaruh dendam dengan keluarga Minhyuk, dan hubungan Minhyuk dengan Ayahnya.
                 
"Yerin-ah, kau bahagia di sana? Aku sudah berhasil membawa Minhyuk kembali ke Korea. Awalnya dia sangat gigih sekali tinggal di sana, namun dengan usaha keras akhirnya dia mau tinggal di Korea lagi. Kau harus tau bagaimana suksesnya Minhyuk sekarang. Dia bahkan bisa mengalahkan kesuksesan kakaknya sendiri. Luar biasa bukan?" Ceritanya dengan penuh tawa.
                  
Yerin pasti tidak suka jika seseorang mendatanginya dengan air mata. Sudah terlalu lama untuk menangis saat melihat Yerin. Ia sudah menerima takdir Tuhan yang mengambil Yerin lebih cepat dari dugaannya. Menerima kematian seseorang bukanlah hal yang mudah. Apalagi untuk seorang Minhyuk serta keluarganya. Sampai saat ini pun Minhyuk seperti belum rela melepas Yerin untuk selamanya. Tentu Gikwang tidak bisa memaksa hal itu. Memang sulit sekali.
                   
Sebelum ia memutuskan untuk mendatangi Minhyuk di Jepang, ia sempat datang ke tempat keluarga Yerin tinggal. Mereka masih berada di tempat yang sama. Ia cukup terkejut karena ternyata Ibunya Yerin mengalami gangguan kejiwaan setelah anaknya pergi. Ayahnya juga memutuskan untuk tidak lagi mengurus perusahaan dan memilih menjalani bisnis kecil-kecilan. Keluarga mereka dulu sangat kaya, namun semenjak anak mereka pergi, seperti tidak ada semangat lagi untuk bekerja.
                    
Dia datang ke sana dengan maksud dan tujuan yang baik. Dia hanya ingin melihat bagaimana keadaan keluarga Yerin. Namun Ayahnya mengusirnya begitu saja. Entah kenapa mereka sangat membenci Gikwang dan keluarganya. Terlebih Minhyuk.
                    
Saat bertemu dengan Ibunya Yerin di restoran, Gikwang sangat kaget tentunya. Ada rasa bahagia yang menyentuh hatinya melihat Ibunya Yerin sudah kembali sehat. Melihat bagaimana perlakukannya terhadap Minhyuk, membuatnya juga merasakan sedih. Mereka tidak bisa menerima kenyataan dan akhirnya menuduh orang lain dalam kecelakaan itu. Minhyuk tidak akan membunuh kekasihnya. Bahkan dia juga sama terpukulnya dengan orang tua Yerin saat di pemakaman.
                    
Gikwang berharap semua orang yang membenci adiknya tidak pernah tau bahwa selama ini adiknya sudah kembali dari Jepang. Kalau memang mereka semua tau, Gikwang hanya beharap tidak ada lagi yang memaki adiknya, menuduhnya pembunuh, atau menatapnya dengan tajam. Itu perlakuan tidak adil baginya, karena Minhyuk tidak salah apapun. Dia akan tetap melindungi adiknya sebaik mungkin.
                     
"Yerin-ah, semoga saja Minhyuk bisa merelakanmu pergi. Dia sangat keras kepala sekali. Sudah berkali-kali aku katakan bukan dia yang menyebabkan semua ini terjadi, tapi dia tetap menyalahkan dirinya. Aku tidak tau bagaimana lagi cara mengatakannya pada Minhyuk. Semoga dia bisa bahagia untuk ke depannya. Aku akan tetap mendoakanmu setiap hari," ujarnya. Gikwang meletakkan sebuket bunga. Yerin sangat menyukai bunga, dia pasti senang Gikwang memberikannya hadiah kecil.
                 
Dengan langkah yang berat, ia meninggalkan tempat itu. Sekarang ia tidak tau harus berbuat apa agar waktunya bisa terus berjalan. Biasanya, dia selalu mengeluh tidak mempunyai waktu luang, tapi kini dia seperti merindukan kesibukannya yang biasa dia lakukan. Walaupun dia menjadi Chef, tapi tidak setiap hari dia memasak.
                 
"Changsub-ah, kau sibuk?" tanya Gikwang begitu menelfon adiknya. Suara kebisingan terdengar di ujung telfon. Apa Changsub sedang di ruang operasi? Kalau begitu dia salah waktu.
                 
"Tidak terlalu. Waeyo?" balasnya bertanya.
                 
"Cepatlah pulang. Jangan lupa bawakan aku makanan yang enak. Aku sedang ingin dimanjakan oleh adikku yang lucu ini," ujarnya tertawa.
                 
"Hei! Kau menelfonku hanya untuk ini? Aigo! Arraseo, aku akan membawakan makanan untukmu. Jangan lupa kau membersihkan kamarku, huh?" katanya.
                 
"Arraseo. Annyeong," Gikwang menutup telfonnya. Changsub selalu saja berbicara tanpa berpikir. Dengan mudahnya dia menyuruh kakaknya membersihkan kamarnya? Bukankah itu yang di namakan tidak sopan?
                 
Tempat terbaiknya hari ini adalah apartement. Dia akan tidur sampai malam, lalu makan bersama dengan kedua adiknya. Itu bisa mengisi waktu luangnya, kan? Besok, dia akan kembali memikirkan hal apa yang akan dia lakukan.
                  
Ayahnya benar-benar melakukan tindakan yang sudah ia duga sebelumnya. Semua kartu atm atas nama perusahaan sudah tidak bisa ia gunakan. Untungnya ia punya atm sendiri dan mobil sendiri. Dengan begitu, ia tidak terlalu terlihat seperti gelandangan. Apa Ayahnya juga melakukan hal yang sama terhadap Minhyuk? Itu benar-benar kejam. Bagaimana caranya Minhyuk hidup tanpa uang sepersenpun?

***     

Sebelum Changsub pulang ke rumah, ia akan mengantar Chorong terlebih dahulu. Biasanya Chorong membawa mobil sendiri jika ke rumah sakit, tapi kali ini dia meninggalkan mobilnya di tepi jalan dan memutuskan untuk berjalan kaki sampai ke rumah sakit. Memang terdengar gila. Untuk apa dia berjalan kaki ke rumah sakit dan meninggalkan mobilnya begitu saja? Logikanya tidak bisa mengerti cara berpikir Chorong.
                  
"Masih lama? Aku bahkan sudah menunggu sampai berjamur," ujar Chorong menduduki kursi di depannya. Ia sedang kesulitan dan Chorong terus berbicara tanpa henti. Changsub menyipitkan matanya. Sekarang dia paham. Chorong sengaja meninggalkan mobilnya agar dia mengantarnya pulang? Aishh!
                  
"Wae? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyanya.
                  
"Kau sengaja meninggalkan mobilmu agar aku mengantarmu pulang, kan?" tebak Changsub. Tanpa merasa bersalah, Chorong mengangguk. Kenapa sikap kekasihnya jadi seperti ini. Haruskah Changsub meninggalkan sisa pekerjaannya?
                 
"Kau tidak tau betapa sibuknya pekerjaanku? Chorong-ah, jangan bersikap seperti ini," ujarnya lelah. Kali ini Changsub benar-benar kesal. Chorong sudah mengacaukan rapatnya tadi dan sekarang dia memaksa untuk pulang. Dia bisa saja menyuruh orang suruhannya mengantar mobilnya ke rumah sakit.
                 
"Bersikap seperti apa? Aku hanya ingin kau mengantarku pulang. Apa aku bersikap berlebihan?" tanyanya. Changsub menghena nafas dengan berat. Hari ini moodnya sedang tidak baik. Pagi tadi, dia baru mendengar kakaknya yang keluar dari rumah, dan sekarang Chorong membuatnya kerepotan. Astaga! Pekerjaannya masih banyak.
                 
"Kau tidak bisa pulang sendiri? Aku akan meminjamkan mobilku," ujar Changsub menawarkan sesuatu.
                 
"Waeyo? Sekarang kau sudah berubah, Changsub-ah," balasnya.
                 
"Mengertilah. Aku ini seorang dokter. Tugasku harus selalu ada di saat orang-orang membutuhkanku. Aku bukan pengusaha yang bisa kapan saja menyerahkan tugas mereka pada orang lain," jelas Changsub.
                 
"Baiklah aku akan menunggu. Kau bekerja lagi dan aku akan menunggumu sampai selesai," katanya.
                 
"Aku bekerja sampai malam. Lagi pula setelah ini aku harus bertemu dengan Hayoung untuk mengembalikan barangnya yang sempat ku pinjam. Setelah itu aku harus ke apartement untuk membawakan Gikwang hyung makanan. Kau pasti akan lelah menungguku," ujarnya.
                 
"Kau akan bertemu dengan juniormu itu? Apa aku baru saja mendengar kekasihku mencoba berkencan dengan wanita lain? Daebak! Kau bisa bertemu dengan orang lain, tapi kau tidak bisa mengantarku pulang?" gretak Chorong. Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali. Lagi-lagi terjadi kesalahpahaman antara mereka berdua. Changsub kira, kekasihnya itu sudah tidak lagi cemburu dengan teman kuliahnya.
                 
"Astaga! Bukan seperti itu. Chorong-ah, ku mohon bersikaplah dewasa. Kau kembali menuduhku tanpa bukti," sanggahnya.
                 
"Tanpa bukti? Baru saja aku mendengar langsung dari mulutmu. Kau mulai bertemu dengannya lagi? Sudah berapa kali diam-diam kalian bertemu?" tanya Chorong. Perkataannya sama sekali tidak enak di dengar. Jelas-jelas dia menuduh hal sama sekali tidak benar.
                 
"Astaga! Terserah. Aku harus menangani pasienku sekarang. Kau bisa pulang dengan mobilku. Besok kita akan bicara lagi," kata Changsub.
                 
"Changsub-ah!" ujarnya berteriak.
                 
Changsub langsung keluar dari ruangannya. Ia mendapatkan panggilan darurat. Kalau ia terus membalas Chorong, mereka akan terus berdebat sampai sore. Pasiennya tidak akan bisa selamat kalau Changsub tidak meninggalkan Chorong. Pasti dia marah. Changsub akan menjelaskan besok. Ia akan meluangkan waktunya untuk Chorong esok hari. Ia tidak mengerti dengan sikap kekasihnya hari ini. Dia tampak berbeda dari biasanya. Biasanya Chorong akan mengerti dengan kesibukan Changsub. Bahkan dia hanya mengirimkan pesan dan beberapa kali telfon. Dia tidak akan datang ke Rumah sakit hanya untuk masalah sepele seperti hari ini.
                 
"Dokter Changsub, gwenchana?" tanya suster di sebelahnya. Changsub mengangguk untuk beberapa saat. Sekarang dia mulai melamunkan hal yang tidak penting. Ia harus bisa membagi urusan pribadinya dengan pekerjaan. Dokter harus selalu melakukan hal seperti itu untuk keselamatan pasiennya.
                
"Apa kita perlu menyiapkan ruang operasi?" tanya suster.
                
"Ye. Secepatnya pasien ini harus berada di ruang operasi. Tolong hubungi Dokter lain untuk membantuku," ujar Changsub. Sekilas Changsub melihat Chorong berjalan keluar dari rumah sakit. Dia hanya bisa menghela nafas dengan berat. Kapan kekasih itu akan bersikap dewasa?

~•••~

Setelah membaca di mohon meninggalkan jejak ya kawan :)

봄날의 기억 || Remember That ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang