RT 07

170 24 0
                                    

Kembali menginjakkan kaki di negara kelahirannya seperti mimpi yang tidak mau Minhyuk alami. Selepas pergi meninggalkan Jepang, hatinya selalu bertanya akan keputusannya ini. Apa keputusannya sudah benar? Apa yang akan terjadi kalau ia kembali ke Korea? Apa tanggapan orang-orang yang membencinya begitu tau dia kembali ke Korea?

"Gwenchana?" Tanya Gikwang begitu mereka berada di pintu keluar bandara. Minhyuk hanya mengangguk kecil. Kekhawatirannya tidak akan membuat hari-hari barunya di Korea berjalan dengan baik. Korea adalah negara yang besar. Bisa saja keluarga Yerin sudah pergi meninggalkan Seoul.

"Kita akan kemana?" Tanya Minhyuk. Begitu mereka menunggu di pintu keluar, datang sebuah mobil hitam. Mereka menaiki mobil itu dan langsung pergi meninggalkan bandara.

"Untuk sementara waktu kau tinggal di apartement aku dan Changsub saja. Mendapatkan apartement di Seoul cukup sulit mengingat ini musim libur," jelas Gikwang. Minhyuk hanya mengangguk paham.

Seoul benar-benar berubah. Apa dia pergi selama itu sampai-sampai ia melihat perubahan Seoul yang begitu pesat. Jalanan kota yang sangat ia rindukan, gedung-gedung tinggi yang selalu terlihat indah jika malam hari, dan taman kota yang membuat Seoul semakin indah. Minhyuk merindukan semua hal dari Seoul.

"Ada apa dengannya? Sejak tadi telfonnya tidak diangkat," umpat Gikwang. Sejak tadi Gikwang memang terus menelfon. Entah siapa yang di telfonnya sampai berkali-kali seperti itu. Mungkinkah Ayahnya?

"Nugu?" Tanya Minhyuk.

"Changsub. Dia katakan akan menjemput ke bandara, tapi sejak tadi aku menelfon tidak di angkat. Apa dia bekerja sampai pagi? Sungguh keterlaluan," jawab Gikwang.

"Biarkan saja. Mungkin dia memang sibuk. Kalau dia mempunyai waktu luang, dia pasti membalas telfonmu," ujarnya.

"Mianhe. Seharusnya kau mendapatkan sambutan dari orang lain atas kepulanganmu," ujarnya pelan. Gikwang menunduk lesu. Apa kakaknya mencoba menghiburnya? Astaga! Seharusnya ia tidak perlu membuat sambutan untuk Minhyuk. dia bukan presiden atau artis terkenal yang perlu sambutan saat di bandara.

"Jangan seperti itu! Aku sudah mendapatkan sambutan dari semua orang di bandara. Melihat orang-orang saja sudah seperti sambutan bagiku," ujarnya tersenyum.

"Aniyo! Kalau sudah tiba di apartement, aku akan membuatkan makanan terlezat untukmu. Kita akan berpesta sampai malam, bagaimana?" Tanya Gikwang.

"Bukan ide yang buruk," balasnya. Gikwang selalu bisa membuat Minhyuk melupakan semua masalah yang ada. Dia kakak yang terbaik untuk Minhyuk.

Setibanya di apartemet, Minhyuk mengikuti langkah Gikwang. Ia tidak pernah tau bahwa kakaknya mempunyai apartemet sendiri. Mereka menaiki lantai 19, dan berhenti di kamar paling ujung dari lift. Setelah menekan kata kuncinya, tibalah mereka di kediaman Gikwang. Tempat yang cukup luas untuk sebuah apartement. Tidak banyak barang-barang yang mengisi ruangan ini.

"Bukankah ini ponsel Changsub? Ini juga pakaian kerjanya. Apa dia ada di sini?" Tanya Gikwang. Tidak ada siapapun di sini. Kalau Changsub berada di dalam, pasti ada sepatunya di pintu.

"Kalian tinggal di sini?" Tanya Minhyuk. Tidak ada jawaban dari Gikwang. Dia sibuk mencari Changsub di setiap ruangan. Minhyuk hanya diam saja di ruang tamu sembari melepas penat. Hanya melihat pakaian kerja Changsub saja, Minhyuk sudah merasa sangat bangga. Sebagai kakak, tentu ia sangat senang melihat adiknya yang baru berusia 23 tahun sudah menjadi dokter di rumah sakit utama.

"Kau lapar? Aku harus membeli bahan makanan dulu di luar karena di sini hanya ada makanan siap saji," ujar Gikwang datang dari dalam kamar.

"Hyung ada ramen?" Minhyuk balik bertanya.

봄날의 기억 || Remember That ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang