Sesuai Titik, Ya?

Bingung

Jumardi hilang aku yang galau :(
Berasa flashback dulu doi pernah melakukan hal serupa bahaha
*eh curhat

Makasih ya buat kalian yang bersedia baca dan meramaikan cerita ini dengan komentar hehe

Btw, happy reading!
Ditunggu komentarnya! ❤

🚴🚴🚴

Seharusnya Adel menyadari kemarahan Jumardi sejak pria itu meninggalkannya sendirian kemarin.

Seharusnya Adel segera meminta maaf saat melihat Jumardi kecewa dengan ucapannya bukan diam saja.

Seharusnya Adel meminta persetujuan Jumardi dulu sebelum mengabulkan permintaan Dini.

Pikiran itu membebani hati Adel dengan penuh rasa bersalah sejak ia tidak melihat kehadiran Jumardi pagi ini.

Berulang kali Adel melirik aplikasi ojeknya, berharap Jumardi akan mengabarinya bahwa ia telat hari ini. Tapi kenyataannya, hingga siang hari pria itu tidak menghubunginya sama sekali.

Adel ingin minta maaf, tetapi ia ragu mengirimkan sebuah pesan kepada Jumardi. Adel takut Jumardi ternyata tidak marah dan hanya mempermalukannya saja.

Seharusnya Jumardi senang dan berterimakasih karena Adel memperkenalkan gadis secantik Dini. Bukankah selama ini Jumardi senang sekali menggodanya?

Adel pikir Jumardi memang suka menggoda banyak gadis bukan hanya dirinya. Dibayangan Adel, sepanjang perjalanan kemarin Jumardi pasti sibuk mengeluarkan gombalan kepada Dini.

Ternyata semua dugaan Adel salah besar.

Pagi ini Adel melihat Dini,Gita, dan pegawai perempuan lainnya tampak sedang mengobrol dan sesekali melirik ke arahnya. Kejadian ini kembali mengingatkannya pada hari saat kehadiran Jumardi mencuri perhatian seluruh pegawai kantor. Dan tatapan sinis para gadis itu sama persis seperti saat mereka membesarkan gosip tentang dirinya dan Jumardi.

Melihat itu Adel tersenyum miris. Ia sudah memenuhi keinginan Dini dan berharap hidupnya menjadi damai seperti semula. Kenyataannya, Dini tidak berhenti menjadikannya bahan gosip, malah sepertinya gadis itu semakin bersemangat menjelekkan Adel.

Terlebih, karena ulahnya kemarin Jumardi marah padanya. Bahkan Fion juga menjadi lebih dingin hari ini. Hanya Bondan yang setia menemani Adel dan tetap mau bertingkah seperti biasa.

"Ganteng-ganteng jutek!" ucap Dini dengan menggebu.

Tanpa sadar Adel menyimak pembicaraan Dini kepada teman-temannya.

"Waktu gue coba cari bahan pembicaraan, dia berlagak enggak denger apa ucapan gue! Kurang ajar banget! Cuma tukang ojek aja belagu sok kecakepan!" Dini mendengus sinis. "Udah gitu dia ngatain gue berisik dan ganggu konsentrasi dia! Adel pasti sengaja bilang ke gue kalau Jumardi ramah. Oh iya, nama aslinya juga kampungan banget parah!"

Mendengar itu entah mengapa emosi Adel meningkat. Adel paling tidak suka mendengar orang lain menjelek-jelekan orang-orang terdekatnya. Padahal Jumardi bukan termasuk kategori orang-orang tersebut, tetapi emosi Adel tetap meningkat hanya karena Dini menjelek-jelekan pria itu. Jumardi memang menyebalkan, bahkan Adel sempat ingin menghindari Jumardi karena pria itu sering sekali menggodanya. Tetapi, Jumardi bukan orang jahat. Menurut Adel, menjelekkan orang lain dengan melihat latar belakangnya bukan sesuatu yang pantas.

Nama Jumardi memang terdengar tidak terlalu keren, tapi bagaimanapun itu adalah nama pemberian kedua orangtuanya. Tidak sepantasnya Dini menghina nama Jumardi, bahkan mengatainya kampungan. Adel benar-benar kesal melihat tingkah Dini.

Jika tahu akan jadi begini, seharusnya Adel mengabaikan permintaan Dini kemarin.

Adel mendudukan tubuhnya di kursi dengan lesu. Rasanya hari ini terasa jauh lebih lama dari pada biasanya. Seharian ini Adel bingung bagaimana cara berbicara pada Fion yang tiba-tiba bertingkah sangat cuek padanya, dan Adel juga memikirkan cara meminta maaf pada Jumardi. Apakah malam nanti pria itu akan datang menjemputnya atau tetap saja menghilang seperti pagi ini. Jika tidak bisa bertemu pria itu, Adel tidak tahu harus bagaimana lagi meminta maaf atas perbuatannya kemarin.