7. Menyebalkan

40 10 0
                                    

Bagian 7 : Menyebalkan.

Diandra,

Jangan buat aku terus menunggu jawaban darimu, apa bisa? Tolong beri aku kesempatan ya? Terlalu maksa memang, tapi tolong kabulkan, ya?

-JP

Diandra mendapat surat lagi, kali ini tak di loker maupun di buku Cantik Itu Luka. Tapi dimana pertama kali dia menemukan surat, laci mejanya. Kali ini dengan ketulusan hati dia membuka buku untuk merobek secarik kertas lalu menulis seperti apa yang penulis itu mau. Dia ingin tau, siapa orang itu.

Setelah menulis surat balasan itu dia menyeringai, mungkin ini yang seharusnya dia lakukan mulai dari sekarang. Benar kata penulis itu, kalau akhir – akhir ini dia lebih sering memikirkan surat – surat yang dikirimnya daripada ulangan akhir semester yang sudah ada di depan mata. Seminggu lagi. Dan kali ini Diandra hanya ingin fokus untuk mendapat nilai yang memuaskan.

Sudah cukup mendapat ceramahan dari Papanya yang selalu meminta dirinya mendapat nilai terbaik di pelajaran matematika ataupun yang lainnya. Walaupun nilai Diandra tak pernah benar- benar di bawah KKM. Tapi dia hanya mampu mendapat nilai pas KKM, kecuali satu pelajaran yang selalu dia raih dengan nilai sempurna, Bahasa Indonesia.

Diandra mengembuskan nafasnya, bel istirahat sudah terdengar sedari tadi. Seharusnya dia sudah berada di kantin, bukan masih memikirkan hal yang hanya membuatnya pesimis. Dengan terburu – buru, Diandra langsung menaruh secarik kertas tadi di bawah lacinya. Lalu melangkahkan kaki ke kantin sekadar membeli roti untuk mengganjal perutnya.

"Maaf, aku ga sengaja."

Diandra mengerjapkan mata, dia terlalu terburu – buru hingga membuat lawan bicaranya menjatuhkan banyak buku yang dibawanya.

"Lain kali hati – hati," laki – laki itu menampilkan wajah kesalnya sambil memungut beberapa buku yang dibawanya, lantas Diandra ikut membantu.

"Maaf banget, kak Jing. Aku ga sengaja," kata Diandra sambil mengambil beberapa buku.

Saat menyadari kalau salah ucap memanggil Kak Jingga, Diandra meringis. Begitupula dengan Jingga yang tambah kesal dibuatnya, "Coba ulang omongan lo," perintahnya.

"Maaf, kak. Aku minta maaf lagi," kata Diandra tertunduk malu.

Jingga masih diam, menyembunyikan senyum yang sedari tadi ingin dia perlihatkan dengan gamblang, "Lo siapa? Kok kenal gue? Baru pertama manggil aja, udah ga sopan."

Diandra menengadah, mungkin kurang sopan jika dia menunduk padahal lawan bicara sedang menatapnya, "Maaf kak, aku memang salah. Kalau kakak pengen kenal aku, aku Diandra kelas sepuluh IPA dua. Tapi kalo kakak nanya darimana saya tau nama kakak, kayanya ga perlu dijelasin deh. Siapa sih yang ga kenal tukang pembuat masalah di sekolah?"

Diandra membulatkan matanya, "Ups, salah lagi."

Jingga menggelengkan kepala, tak percaya dengan ucapan Diandra yang terdengar terlalu jujur dan memang fakta, "Songong banget sih."

"Mau kubantu kak? Kebetulan aku lagi ga ada kerjaan kok. Hitung – hitung permintaan maaf," Diandra yang merasa sangat bersalah menawarkan diri.

Jingga langsung membagi rata buku – buku yang dia bawa untuk dibawa oleh Diandra, "Ga perlu tawarin diri, karena lo memang harus bantu gue," katanya membuat Diandra mendelikkan mata di belakang Jingga yang sudah mendahuluinya.

Some Letters For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang