Bagian 16 : Penentuan
Dengan terburu – buru Diandra mengambil secarik kertas. Entah kenapa kali ini dia sangat terburu – buru. Tak seperti dirinya yang selalu tenang. Perasaannya sedikit terganggu setelah membaca surat itu. Ada rasa tak rela jika laki – laki itu ingin menjauh. Karena tanpa dia sadari, Diandra sudah mulai menyukai pengecut itu yang tak pernah berani menampakkan dirinya.
Di lain tempat, laki – laki itu menghela nafas panjang. Dia bingung dengan apa yang sedang terjadi oleh dirinya. Melihat beberapa hari lalu Diandra begitu dekat dengan Juna membuat ketenangannya sedikit terusik. Bahkan dia seperti sudah kehabisan langkah untuk terus maju. Padahal waktu itu Juna bilang kalau laki – laki itu tak lebih dari sahabat Diandra. Tapi bukankah tak ada persahabatan yang murni antara perempuan dan laki – laki?
Saat ingin melangkahkan kakinya keluar kelas yang sudah sepi, Juna datang kepadanya. Membuat dirinya makin kesal, "Ngapain lo?"
Juna mendekat ke arahnya, "Santai kali. Seharusnya gue yang nanya kenapa lo masih di sini?"
"Bukan urusan lo," Dia menampilkan wajah sinisnya.
"Yaelah, begitu amat sama gue. Gue tau, lo lagi nunggu surat dari Diandra kan? Dia udah cerita ke gue. Sana cari tau kebenarannya," Juna menampilkan senyum seringainya.
Membuat dirinya langsung merasa yakin kalau ketakutannya ini sudah ada di depan mata. Dengan hati yang sudah dia persiapkan untuk membaca surat dari Diandra, dia melangkah ke koridor kelas sepuluh. Untung sudah sepi.
Tanpa berlama – lama dia membuka secarik kertas yang ada di laci Diandra.
Hai, kamu.
Aku bingung harus mulai darimana. Tapi aku hanya mau meluruskan beberapa hal. Yang pertama, tentang aku yang tak membalas suratmu, itu bukan karena aku tak penasaran padamu. Hanya saja aku ingin berhenti memikirkanmu sejenak. Kamu terlalu banyak membuat waktuku terbuang hanya memikirkan siapa dirimu.
Kedua, tentang Kak Juna. Iya, aku sering sekali menghabiskan waktu berdua dengannya. Aku memang orang yang penyendiri, dugaanmu selalu benar. Tapi bukan berarti aku harus sendiri terus, kan? Kak Juna itu, satu – satunya sahabat yang kupunya di sekolah maupun di rumah. Untuk soal aku dengannya, itu tak lebih dari seorang sahabat. Kak Juna juga sudah punya pacar, Jessie namanya.
Jadi apa yang membuatmu berpikir seperti itu? Apa kamu cemburu? Kalau iya, itu lucu sekali. Surat ini seharusnya bukan penentu untukmu. Karena aku saja masih ingin permintaanku itu segera dilakukan. Kalau memang tak berani, seharusnya kamu berhenti.
Jadi jangan salah paham, ya.
Di.
KAMU SEDANG MEMBACA
Some Letters For You
Short Story[ COMPLETED ] Beberapa part di private. Berikan aku kesempatan untuk menuliskan beberapa surat untukmu. -- 20180619 - 20180707 Copyright © ryneve