Chapter 19

6.7K 383 20
                                    

Happy reading borr🤘

PRILLY POV

Gue tau mereka semua menginginkan seorang buah hati dari gue dan Ali. Tapi bisakah mereka semua bersabar? Mendapat karunia yang paling indah itu bukan hal yang gampang. Tidak semua orang dipercaya untuk dititipkan buah hati bukan?. Gue takutt, apa gue ini mandul? Apa gue harus ngecek kondisi gue ke dokter?. Ya Tuhan, asal mereka tau gue sangat terpuruk kalo mereka semua bahas momongan. Kenapa mereka terus memojokkan gue? Arrgghhhhhh.

"Non, ini bibi bawain teh hangat." ucap bi Surti yang tiba tiba datang dan membawakan segelas teh hangat untukku. Bi surti duduk di ranjangku dan memijat kakiku. "Bibi ngerti non. Saran bibi harusnya non ngomong sama tuan Ali." saran bi Surti.

"Prilly mandul ya bi?" tanyaku dengan nada yang lirih. Yakinlah, aku bertanya seperti itu ke bibi sambil menahan sesak di dadaku.

"Ssttt, ngomong apa sih non. Ga baik bicara kaya gitu." bi Surti tak terima jika aku bertanya begitu. Wajar saja, fikiranku kacau saat ini.

"Kalo Prilly sehat sehat aja, kenapa sampai sekarang belum dikasih kepercayaan bi?" tanya Prilly kembali diakhiri isakan yang makin terdengar kencang.

"Non, Allah itu baik. Dia lagi mempersiapkan yang indah buat dikasih ke non Prilly, percaya sama bibi." bi surti menasihati ku. "Di luar sana juga banyak kan yang seperti non? Bahkan mereka ada yang sudah 5 tahun menikah baru dikasih. Ada yang udah berumur tetap dikasih seperti nyonya Resi, ada juga yang memang takdirnya untuk tidak memiliki anak tapi mereka mengadopsi terus mereka bahagia. Kan?" lanjut bi Surti yang membuat aku sedikit tenang. Artinya aku masih punya kesempatan memilikinya bukan?

"Prilly masih punya harapan ya bi?" tanyaku ke bi Surti. Dia hanya mengangguk dan tersenyum kepadaku. Setidaknya aku lebih tenang sekarang.

"Yaudah, bibi ke dapur ya. Mau ngelanjutin masak" pamit bi surti. Namun aku buru buru mencekal tangannya.

"Prilly aja yang masak, bibi kerjain yang lain aja ya." bibi hanya mengangguk dan keluar dari kamarku. Aku bangun dari ranjangku menuju dapur untuk menyelesaikan masakan yang sempat terhenti itu.

🍻🍻🍻

Tok tok tok

"Lho, Prilly? Kok mau main ga bilang bilang mama sih?" tanya bunda Ully saat membukakan pintu yang ternyata adalah Prilly.

Prilly berniat kerumah ibunya untuk menenangkan fikiran dia, tak salah kan? Lagian dia juga bosan kalau dirumah terus. Bunda Ully mempersilahkan anaknya masuk kerumahnya yang dulu pernah Prilly tinggali juga.

"Tumben kamu kesini Pril, kenapa?" tanya bunda Ully sambil memperhatikan wajah anaknya yang terlihat menyimpan beban. Terlihat air mata menggenang di wajah Prilly.

"Prilly kangen mama, Prilly mau tinggal disini lagi." sebuah rengekan yang harusnya terdengar manja terganti isakan kencang yang tiba tiba terlontar dari Prilly. Bunda Ully yang kaget melihat anaknya datang datang kerumah menangis. Ada apa ini?

"Hey, anak mama kenapa? Coba cerita" sambil mengelus rambut Prilly bunda Ully bertanya. Namun bukannya menjawab Prilly bertanya yang lain.

"Ayah mana bun? Prilly kangen. Boleh kan Prilly tinggal sama kalian lagi dan Raja juga." pinta Prilly yang membuat bunda Ully mengkerutkan keningnya. Putrinya ada masalah apa ini? Tak biasanya.

"Ayah lagi kerja dong, lagian kamu mintanya aneh aneh deh. Mana bisa kamu tinggal sama kita lagi." jawab bunda Ully yang membuat tangis Prilly makin kencang dari sebelumnya. Bunda Ully yang tak tau harus apa hanya bisa mengelus punggung putrinya itu. Ditanya pun dia tidak menjawab kan?

ARTIS?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang