Chapter 23

7.4K 472 116
                                    

Asikk asikk. Author balik lagi😁
Vote dulu hayuk ah.

"Ini yang lain pada kemana?" tanya Ali pas banget bangun tidur.

"Pada lagi berenang, ayo lah ikutan." ajak Nichol sambil menarik tangan Ali menuju kolam renang. Ali hanya pasrah saat tangannya ditarik tarik, karena nyawanya juga belum kumpul semua.

"Noh, pada renang. Gue nungguin lu. Ayo ah!" tak membuang waktu lama Nichol langsung mendorong Ali hingga tercebur ke air.

Byurrr!

"Gila! Dingin woy." teriak Ali sambil mengusap wajahnya kasar.

"Nichol, jangan gitu dong. Ali kan baru bangun, nyawanya juga belum kumpul." bela Desta sambil menghampiri ke posisi Ali sekarang. "Lo kalo dingin, naik aja ke atas deh." perintah Desta. Nichol dan yang lainnya hanya geleng geleng kepala saja.

"Yaelah, Des. Lo pikir, Ali baru sekali dua kali renang. Sampe khawatir gitu." ledek Aisyah sambil terkekeh pelan.

"Ya, bukan gitu. Nanti dia syuting gimana kalo sakit." bantah Desta mencari alasan sebaik mungkin. Padahal, ia benar benar khawatir kalo sampai nantinya Ali sakit.

"Ada ada aja lo." sahut Mawar.

"Udah, ah. Udah kedinginan gue, kalian aja lanjut berenangnya." Desta lebih memilih untuk pergi daripada selalu di goda terus oleh yang lain. Bisa bisa merah mulu ini pipi.

"Desta, berani banget pake bikini kaya gitu. Untung iman kuat, coy." ucap Ajil sambil mengelus dadanya.

"Body bahenol, dianggurin sayang banget." sambung Ali yang membuat semua membulatkan matanya.

"Nah lho, lo tergoda, Li?" kaget Baja. Ali hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. "Engga, gir. Kan gue cuma ngomong." tangkas Ali sambil cengengesan.

Mereka semua akhirnya melajutkan berenang, hingga jam tepat pukul 10.00 WIB. Ali dan kawan kawan langsung naik dan menyudahi bermain airnya.

Tiba tiba desta dateng membawa handuk berwarna biru dan memberinya pada Ali. "Nih, handuk." kata Desta sambil memberikan handuk tersebut. Tanpa menjawab Ali langsung mengambil dan memakai handuk itu karena badanya juga sudah terasa dingin banget.

🐬🐬🐬

Sementara Prilly sehabis melihat video itu hanya bisa berdiam di kamarnya tanpa melakukan aktivitas apapun. Ali bahkan sampai sekarang tidak memberinya kabar, sekedar untuk bilang kalau dia ada di apartemen saja tak sempat. Pikiran Prilly kacau kemana mana. Mata sembab, hidung merah, badan lemas. Rasanya tak tega melihatnya sedih seperti itu.

Bi Surti sudah dari tadi mencoba membujuk majikannya untuk sarapan saja dia tak bergeming sama sekali. Bi Surti juga sempat nekat umtuk menelphone tapi percuma, tak diangkat. Bi Surti ke kamar Prilly untuk kesekian kalinya dengan membawa segelas teh hangat.

"Non, nih diminum. Bentar lagi tuan pasti pulang." bujuk bibi sambil menyodorkan teh hangat ke mulutnya.

"Dia ga akan pulang, bi. Ngabarin aja engga." lirih Prilly dengan mata yang mulai mengembang lagi. Ia sangat sensitif sekarang.

ARTIS?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang