[1]

977 79 52
                                    

Jeonghan memasang kembali earphone yang sempat dia lepas. Berjalan dengan tenang seperti hanya dia yang berjalan di tengah keramaian kampus.

Sesekali orang - orang melayangkan sapaan kepadanya. Namun karena dia tidak mendengar ucapan - ucapan mereka, Jeonghan hanya membalasnya dengan senyum dan menundukkan kepala.

Tak jauh dari jarak pandangannya, Jeonghan melihat seseorang yang sangat dia kenali. Dia menampilkan senyum dan berjalan cepat dengan sedikit berlari ke arah orang tersebut.

Jeonghan menepuk pundak orang itu dan diberi tatapan datar oleh si pemilik pundak. Raut Jeonghan masih cerah walau diberi reaksi yang datar tersebut. Dia sudah terbiasa dengan ekspresi yang ditunjukkan itu.

"Kenapa kau membuat seorang gadis menangis lagi ? Aku sudah mulai lelah menanggapi gadis - gadis yang kau kecewakan itu." Kata Jeonghan pada temannya itu. Choi Seungcheol. Ucapannya terdengar tidak suka namun nada bicara Jeonghan masih tetap tenang seperti menerimanya.

"Kalau begitu jangan diladeni. Biarkan saja." Jawab datar Seungcheol. Kalau gadis-gadis yang menyukai dan pernah menjalin hubungan dengan Seungcheol pasti merasa kecewa dan sedih mendengarnya. Apalagi melihat raut Seungcheol yang datar. Tidak berekpresi dan juga tidak ada senyuman. Suara beratnya juga membuat kata - katanya itu terdengar kejam.

"Bagaimana aku bisa membiarkan mereka ? Wajah mereka sungguh memelas saat memohon padaku." Jeonghan menepuk pundak Seungcheol kembali. Menggerakkannya agar Seungcheol ikut berjalan mengikutinya.

"Sudah tidak teringat berapa yang meminta tolong padaku dan aku menolaknya. Kau tidak tau penderitaanku dengan kelakuanmu ini. Aku tidak tega melihat mereka semua." Jeonghan bergaya seperti orang menderita.

Seungcheol menyunjingkan senyumnya dan berkata, "Jangan berakting di depanku."

Jeonghan tertawa. Menghentikan aktingnya lalu merangkul Seungcheol. Aktingku tidak berpengaruh lagi padanya. Batin Jeonghan.

Tanpa mereka sadari, beberapa orang terus memperhatikan interaksi antara 2 orang yang bertolak belakang itu. Menatap aneh sekaligus kagum dengan pertemanan mereka.

Seungcheol yang dikenal playboy dan tidak punya hati bisa berteman dengan Jeonghan yang dikenal seperti malaikat yang baik hati. Tidak ada yang menyangka jika kedua orang itu bisa secocok ini. Selain kedua rupa mereka yang sama - sama menawan.

Sebenarnya Seungcheol dulu tidak sekejam ini. Seungcheol masih bisa tersenyum dengan tulus. Menebar kebaikan untuk beberapa orang dan bukan menebar kebencian serta kesedihan sebagai orang yang suka memutuskan hubungan secara sepihak. Sampai diberi predikat seorang playboy kampus yang kejam.

Ada alasan dibalik sikap kejamnya itu dan hanya Jeonghan yang mengetahuinya. Termasuk sebagai saksi mata kejadian tragis yang membuat Seungcheol seperti ini.

"Bagaimana kalau kau tidak sembarangan memacari mereka? Berhenti tebar pesona dan tidak menerima mereka dengan mudah." Perintah Jeonghan. Dengan nada bercanda dan juga terdengar tegas.

"Aku hanya memberikan mereka kesempatan untuk menjadi pasanganku. Aku juga tidak memaksa mereka jika tidak lagi suka denganku."

Jeonghan agak frustasi. "Kau ini. Kapan kau bisa berubah ? Jangan sok tampan begitu."

Seungcheol menyunjingkan senyumnya. "Kenyataannya memang aku ini tampan."

"Yak!!" Jeonghan secara otomatis memukul kepala Seungcheol.

Refleks itu memercikkan api di kepala Seungcheol. Dari senyuman menahan kesalnya, Seungcheol menatap Jeonghan berbeda dari sebelumnya.

Jeonghan menyengir lalu tanpa aba - aba dia berlari menjauh dari Seungcheol. Tidak terima dengan perlakuan temannya, Seungcheol mengejar Jeonghan yang sudah berlari agak jauh. Namun walaupun begitu, Seungcheol tetap mengejar Jeonghan dengan mudah.

Silent Love [S.Coups, Jeonghan & Joshua Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang