[24]

291 28 10
                                    

Pesan ? Tidak ada. Telepon ? Lebih tidak mungkin. Atau dia mengirimkan salam lewat dosen walinya lagi ? Apa aku harus menanyakan itu ?

Baru seminggu Yulmi pergi dan sekarang Jeonghan makin merasa kehilangannya. Jeonghan selalu menunggu - nunggu telepon dari Yulmi. Tapi tidak ada satu pun panggilan dari Yulmi. Pesan yang terakhir dikirimnya pun juga tidak dibalas.

Apa dia terlalu sibuk dengan urusannya ? Atau dia sudah tidak mengingatnya ? Itu semua lah yang memenuhi pikiran Jeonghan.

Setiap dia bengong tidak melakukan apa - apa, Jeonghan pasti memberikan tempat untuk Yulmi berada dipikirannya. Horor. Ya Jeonghan berpikir begitu.

Bagaimana bisa dari banyaknya pikiran, Jeonghan malah memikirkan Yulmi ? Padahal mereka hanya teman biasa yang mengenal kurang dari setahun. Tapi efeknya begitu luar biasa. Jeonghan sangat bingung.

Begitu juga Seungcheol dan Songha yang ada dihadapannya saat ini. Tidak biasanya Jeonghan selalu memandangi ponselnya sangat lama. Kalau ada mereka berdua, Jeonghan tidak mungkin sangat fokus ke ponselnya. Bahkan ponselnya selalu saja dimasukkan ke tasnya dan berakhir mereka jadi asik mengobrol sampai lupa waktu.

Jeonghan sedikit berubah. Songha sangat merasakannya. Apalagi Seungcheol yang tidak pernah jauh dari Jeonghan. Sebenarnya ada apa dengan Jeonghan ?

"Layarnya dilihat terus ? Lagi nunggu telepon siapa ?" Kata Seungcheol. Menggoda Jeonghan sambil menurunkan ponsel Jeonghan dengan jari telunjuknya.

"Hah ?" Namun dengan cepat Jeonghan mengambil ponselnya dan langsung memasukkan kembali ke saku celananya. "Tidak menunggu siapa - siapa. Lagi lihat - lihat materi saja." Alasan Jeonghan.

"Lihat materi ? Kau lagi sakit kepala ya ? Tumben sekali mau belajar. Biasanya juga ujian saja malas belajar." Ledek Seungcheol.

"Bukankah itu kau ya ? Benarkan Songha-ya ?" Balas Jeonghan.

Songha diam tidak mau meladeni pertengkaran yang akan terjadi. Tapi dia mengalihkan pertengkaran itu. "Jeonghan-ah, apa aku sedang memikirkan sesuatu ?"

Jeonghan memiringkan wajah sambil menunjukkan wajah polosnya. "Ani. Aku sedang tidak memikirkan apa - apa." Bohong Jeonghan. Tidak mungkin kan dia mengaku sedang memikirkan Yulmi. Bisa - bisa dia diejek oleh Seungcheol.

Kalau sampai jadi salah paham, bisa gawat. Aku dan Yulmi kan hanya teman biasa. Benarkan ?

Jeonghan menyentuh dadanya sendiri. Tiba - tiba ada sensasi panas di dadanya. Panas yang menyengat dan sedikit menusuk. Masa aku sakit jantung ? Terkejut Jeonghan.

"Sekarang ada apa dengan dadamu ? Sesak nafas ? Atau jangan - jangan kau ada asma ?" Ucap asal Seungcheol yang mendapat cubitan dari Songha.

Seungcheol meringis pelan. "Appo ! Sakit Songhanie !"

"Makanya kalau bicara dijaga. Jangan sembarangan berucap ! Katanya mau berubah, tapi masih terus begini." Omel Songha.

"Mian. Mian. Aku kan masih tahap belajar. Jadi kumat - kumat sedikit tidak apa kan ?" Cengir Seungcheol.

Tatapan mata Songha yang tajam tidak menunjukkan bahwa dia setuju dengan pendapat Seungcheol.

Karena tidak mendapat respon baik dari Songha, Seungcheol pun menggunakan jurus terampuhnya. "Songha-ya, mianhaeyo." Ucap Seungcheol sambil menunjukkan wajah aegyo-nya.

Songha berusaha untuk mengeraskan wajahnya. Namun karena wajah menawan Seungcheol, Songha jadi luluh. Dia mengalihkan wajah dan tertawa kecil karena melihat wajah kekasihnya itu. 

Silent Love [S.Coups, Jeonghan & Joshua Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang