Sebuah keanehan dirasakan oleh Jeonghan. Bukan keanehan yang terlalu berat. Hanya sedikit keragu - raguan dari apa yang baru saja dia dengar.
"Telingaku tidak salah dengarkan ? Apa aku terlalu banyak menggunakan earphone akhir - akhir ini ?" Gumam Jeonghan. Dapat didengar Seungcheol.
Seungcheol melihat Jeonghan dengan bingung yang menepuk - nepuk telinganya sendiri. "Memangnya kenapa ?"
"Aneh saja. Antara telingaku yang salah atau kau yang mungkin terbentur sesuatu pagi ini. Kau tidak makan racun kan ? Atau kau salah makan hari ini ?"
Ucapan Jeonghan sukses mendapat pukulan dan jitakan ringan dari Seungcheol.
"Tidak sehari saja menjelekkanku, ada yang kurang untukmu ya." Kata Seungcheol sambil mencekik Jeonghan dengan lengannya.
Tidak ada wajah tersiksa ataupun sesak nafas yang ditunjukkan Jeonghan. Pria itu bahkan menanggapinya dengan tawa dan cengiran kecil karena cekikan Seungcheol memang tidak terlalu kencang untuk menyakitinya.
Seungcheol tidak mungkin setega itu.
"Lalu kenapa kau bisa tiba - tiba memanggilku dengan setengah berteriak begitu ? Biasanya kan kau bersikap cool dan sok dingin. Apalagi kalau tidak salah makan." Kata Jeonghan.
Namun dibalik protes Jeonghan, ada rasa senang yang mengelilinginya. Tentu saja begitu. Sudah lama dia tidak melihat Seungcheol lebih leluasa mengeluarkan ekspresi senangnya begini. Dia terlihat lebih ceria.
Mungkin sekitar 6 tahun yang lalu, terakhir kali Jeonghan melihat Seungcheol tersenyum lebar begini. Sudah sangat lama. Dia merindukannya. Siapapun yang bisa membuat Seungcheol kembali menunjukkan senyum ini, dia akan sungguh berterima kasih pada orang tersebut.
"Untung aku lagi senang. Kalau tidak mulutmu yang menyebalkan itu sudah ku ikat agar tidak bisa menyeletuk lagi." Kata Seungcheol.
"Kejam." Balas Jeonghan. Memelaskan wajahnya setengah sedih.
Sedangkan Seungcheol langsung tertawa lepas. Jeonghan benar - benar lega bisa melihat tawa lebar khas milik Seungcheol itu. Sejak sepeninggalan seseorang, Seungcheol tidak pernah tertawa seperti ini.
Walau tertawa pun, dia tidak akan pernah selepas ini. Hanya tawa terpaksa dan tawa yang tertahan.
"Apa yang membuatmu sesenang ini ?" Tanya Jeonghan.
"Kau tidak akan percaya. Yang pasti semangatku seperti terisi kembali. Aku menemukannya."
Berbeda dengan Seungcheol yang terlihat bahagia. Kerutan di kening Jeonghan menjelaskan bahwa dia tidak mengerti dengan maksud Seungcheol.
Menemukannya ? Maksudnya apa ? Atau jangan - jangan ??!
"Kau menemukan siapa ?" Jeonghan berharap tebakannya salah kali ini. Dia berharap pikirannya tentang ramalan Yulmi juga meleset.
"Jeonghan-ah, aku tidak pernah sesenang ini bisa menemukannya." Teriak Seungcheol. Mengundang perhatian banyak orang.
Siapa yang tidak aneh dengan sikap Seungcheol ?! Orang yang dikenal dingin, cuek dan selalu terlihat cool itu bisa bersikap gila dan berubah 180 derajat begini.
Jeonghan semakin gusar. Bahkan sudah lama juga dia tidak mendengar Seungcheol memanggilnya begitu. Penuh semangat dan terlihat bahagia. Sama seperti Seungcheol yang dulu ketika mereka masih bertiga.
Jeonghan terus memaksa Seungcheol yang berkata tidak jelas untuk mengatakan siapa yang dia temukan. Dengan perasaan menyebut agar bukan Sun Kyo ataupun nama lain yang ada di benaknya untuk dikatakan Seungcheol.
![](https://img.wattpad.com/cover/152086011-288-k563828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love [S.Coups, Jeonghan & Joshua Fanfiction]
FanfictionBukankah diam tidak salah ? Mereka selalu berkata diam itu emas. Kalau begitu jika aku diam dan memendamnya sendiri, tidak masalah bukan ? Tapi jangan salahkan jika nanti kamu sendiri yang tersakiti karena terus memendamnya. Setiap kediamanmu, membe...