[15]

223 29 5
                                    

Walau belum menemukan jawaban pasti dan penyelesaian yang tepat, Jeonghan sudah cukup menerima informasi yang dia dapat dari Yulmi.

Ternyata benar. Yulmi orang yang tepat untuk menceritakan masalah ini. Dia tau banyak informasi. Baik info fantasi dan juga faktual. Sekarang Jeonghan semakin kagum dengan kemampuan tertutup Yulmi.

Berkat dia juga, Jeonghan sekarang sadar dengan segala ketakutannya mengenai hantu. Dia hanya terbayang - bayang oleh arwah Songha. Bukan benar - benar takut dengan hantu secara narurial. Dia juga ingat kalau dia tidak pernah takut hantu.

Ternyata bukan hanya Seungcheol yang terbayang - bayang Songha, tapi aku juga. Kekeh Jeonghan di tengah kelas yang masih berlangsung.

Ketika Jeonghan melihat dosen yang melirik ke jam tangannya, Jeonghan sudah bersiap dengan barang bawaannya yang sudah dimasukkan ke dalam tas.

"Kita akhiri sampai di sini. Tugas kelompok yang saya berikan beberapa hari lalu sudah bisa di kumpulkan pada saya. Selamat siang."

Jeonghan buru - buru mendatangi dosennya dengan wajah cerah seperti biasa. Menyerahkan lembaran tugas yang sempat dia terima dari Yulmi. Tugas itu masih sama seperti pertama kali Yulmi memberikan itu padanya. Tidak ada yang Jeonghan ubah sedikit pun karena Jeonghan sendiri sudah puas dengan apa yang dikerjakan Yulmi.

"Saya bilang apa bukan ? Nilaimu tidak akan turun." Ucap senang profesor. Sama dengan Jeonghan. Profesor juga menunjukkan senyum puas hanya sekali melihat selembar kertas.

"Lalu bagaimana dengan tujuan utama saya mengelompokkanmu dengan Yulmi ?" Tanya profesor. Itu juga lah tujuan Jeonghan menghampiri profesornya di luar kelas.

"Saya akan berteman dengan Yulmi dan saya murni ingin berteman dengannya." Kata Jeonghan dengan sangat lembut.

"Apa ada alasan khusus sampai kau berubah pikiran ?" Profesor membaca ekspresi lain dari wajah Jeonghan.

Jeonghan menggeleng sambil tersenyum. "Tidak ada alasan khusus untuk saya berteman. Yulmi pantas diterima walau hanya seorang teman."

Profesor kembali menunjukkan senyum lebar. "Saya memang tidak salah memilih. Orangnya sudah di belakangmu. Akrab lah dengannya. Saya yakin kalian akan jadi partner yang hebat."

Cepat - cepat Jeonghan menengok ke belakang dan mendapati Yulmi memang sudah ada di belakangnya. Senyum Jeonghan melebar melihat wajah datar Yulmi.

"Jadi profesor memang merencanakan ini hanya untuk agar kau mau berteman denganku ya." Ucap Yulmi.

"Memang terdengar memaksa." Senyum canggung Jeonghan. Karena ucapan Yulmi memang mengena mengingat awalnya dia juga terpaksa.

"Harusnya kau tidak perlu begitu. Aku tidak ingin seseorang terpaksa berteman denganku." Jeonghan tertegun. Dia ingin menjelaskan bagaimana perasaan tulusnya, tapi entah kenapa tenggorokannya tidak bisa diajak kompromi. Padahal dengan profesor, aku bisa menjelaskannya dengan lancar. Batin Jeonghan.

"Aku sudah bawa tarot sesuai permintaanmu. Sekarang kau mau aku bacakan apa ?" Lanjut Yulmi.

"Sebelum itu, lebih baik kita ke tempat yang tidak akan dilihat banyak orang." Jeonghan menarik tangan Yulmi dengan lembut. Mengajaknnya ke suatu tempat yang dilalui banyak orang.

Siapa yang tidak terkejut ? Semua orang pastinya terkejut melihat Jeonghan sedang menggandeng tangan si menyeramkan kampus. Yulmi hanya berekspresi datar terlihat tidak memperdulikannya. Begitu juga dengan Jeonghan, dia juga tidak ingin terusik dengan pendapat orang - orang.

"Wae ?" Satu kata yang keluar dari bibir Yulmi.

"Ada yang ingin ku katakan juga padamu." Dan 7 kata balasan Jeonghan yang mendiamkan Yulmi dengan pikirannya sendiri.

Silent Love [S.Coups, Jeonghan & Joshua Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang