[22]

202 29 21
                                    

Detik demi detik sudah dilalui selama menunggu seseorang di depan gerbang kampus. 

Sebenarnya bisa saja Jeonghan mendatangi rumah Yulmi dan menjemputnya langsung. Tapi dia takut eommanya ada di rumah dan jadi melukai Yulmi lagi. Jadi lebih baik dia menunggunya di kampus.

Kembali Jeonghan melirik jam tangan yang sengaja dia pakai hari ini untuk mengatur waktunya lebih mudah. Hari ini dia akan berperan layaknya manager Yulmi yang akan mengatur jadwal - jadwal gadis itu.

Bahkan tidak hanya manager, dia juga akan jadi fashion styles dan juga menasehat tidak langsung saat Yulmi tidak percaya diri. Tapi dia yakin Yulmi bukan gadis yang tidak bisa menangani kelemahannya.

Terbukti dari Yulmi yang berusaha melawan ketakutannya saat bicara dengan eommanya beberapa hari lalu. Jeonghan memang tidak tau jelas bagaimana Yulmi mengatakannya. Tapi beberapa hari setelah Jeonghan memintanya untuk mengutarakan keinginannya, Yulmi langsung memberitahunya jika eommanya mau memberikan kesempatan anaknya.

Bahkan ketika Jeonghan mendengar kabar itu, dia juga ikut bahagia dan bersemangat. Padahal tidak ada hubungan apa - apa dengan beasiswa Yulmi dengannya. Mungkin itulah yang mananya kebahagiaan yang tersalurkan.

Satu yang pasti. Yulmi itu gadis yang berani dan bergerak cepat untuk semua hal yang dia katakan. Dia orang yang sangat serius. Itu yang Jeonghan tau tentang Yulmi.

Kembali Jeonghan melihat ke arah jam tangannya sesaat sampai seseorang memanggilnya dengan suara datar yang khas. Dia pun mengalihkan matanya langsung ke arah sumber suara itu.

Dari ujung kaki sampai ujung kepala, Jeonghan terus memperhatikan gadis yang ada diharapannya. Matanya tidak berkedip sedikit pun. "Bisa berhenti melihatku begitu ?" Pinta Yulmi. Tegas.

Cepat - cepat Jeonghan mengerjapkan matanya. Lalu mengusap wajahnya kasar. "Mianhae. Kenapa kau pakai warna hutam lagi ?" 

"Maaf juga. Aku tidak punya warna lain. Warna lainnya sudah tidak muat lagi ditubuhku. Jadi tersisa ini." Jelas Yulmi sambil mengembangkan gaun selututnya. Melihat cara berpakaiannya yang sangat asing untuk dirinya sendiri.

"Ya sudah. Aku juga tidak memaksa jika kau tidak punya." Pasrah Jeonghan. "Setidaknya kau terlihat cantik dengan itu." 

"Yeppeo ?" Jeonghan mengangguk yakin.

"Tidak ada orang cantik yang menyeramkan seperti ku." Tolak Yulmi mentah - mentah.

"Aku di sini tidak hanya mengubah cara berpakaianmu. Hari ini aku akan membuatmu menjadi Yulmi yang baru. Seorang Baek Yulmi." Kata Jeonghan. Menggenggam tangan Yulmi dan menariknya ke suatu tempat tanpa memberita letak tujuannya.

Sedangkan orang yang ditarik masih belum sadar dari keterkejutannya. Matanya masih melebar besar hingga iris matanya terlihat jelas di sebelah kiri yang tidak tertutup rambut.

"Bagaimana kau tau mana keluarga eommaku ?" Tanya Yulmi dengan nada penasaran.

Jeonghan melebarkan senyumnya. "Aku senang kau bisa mengeluarkan sebuah nada dari cara bicaramu." Kata Jeonghan. "Kau ingat saat aku meminta nomor teleponmu ke bagian informasi ? Di situ aku tidak hanya mengetahui nomormu, tapi juga semua biodatamu. Termasuk nama keluarga eommamu."

Tidak ada respon serta balasan dari Yulmi, Jeonghan pun kembali berkata, "Maaf jika aku terdengar lancang membaca informasi darimu. Rasa penasaranku hanya terlalu tinggi."

Yulmi masih diam tidak bicara. Lagi - lagi Jeonghan merasa tidak enak lagi pada Yulmi. Langkah kakinya berhenti. Dia melepaskan pegangan di tangannya. Lalu menghadap Yulmi.

Silent Love [S.Coups, Jeonghan & Joshua Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang