"Saya akan bagikan tugas kelompok untuk kalian. Cari kelompoknya masing - masing. Satu kelompok hanya ada dua orang."
Perkataan Profesor Park yang merupakan Profesor bahasa kami, membuat kelas seketika menjadi ricuh. Orang - orang sibuk mencari teman untuk satu kelompoknya.
Semua saling bertanya satu sama lain. Termasuk dengan Jeonghan. Dia tidak bertanya siapa yang mau sekelompok dengannya. Dia juga tidak repot - repot mencari siapa yang ingin menjadi kelompoknya. Orang - orang sudah mengantri terlebih dahulu untuk menjadikannya teman
sekelompok.Banyak wanita mendekatinya untuk menjadikannya teman satu kelompok. Namun dari tadi Jeonghan hanya tersenyum dan menanggapi tawaran mereka dengan candaan.
Terlalu banyak yang meminta, sampai dia bingung harus memilih yang mana. Tidak ada orang khusus yang ingin dia jadikan kelompok. Jadi dia tidak bisa memutuskan dari banyaknya orang itu.
Jeonghan hanya berharap ada yang mengajak wanita - wanita ini untuk menjadi teman kelompoknya sampai tersisa satu untuknya.
Brak.. Brak.. Brak..
Profesor memukul mejanya mengisyaratkan agar orang - orang diam. Khususnya untuk mereka yang bergerombol di antara Jeonghan.
"Daripada kalian ribut meminta Jeonghan jadi teman kelompok kalian. Lebih baik saya tentukan kelompok khusus untuk Jeonghan."
Suara kecewa muncul dari para yeoja yang mengelilingi Jeonghan. Namun Jeonghan sungguh berterima kasih pada Profesor Park karena sudah mengerti keberadaannya.
Jeonghan berharap profesor memilihkannya teman laki - laki. Dia tidak mau dengan perempuan. Berdasarkan pengalamannya, sekelompok dengan perempuan malah membuatnya tidak bisa bekerja. Kebanyakan dari mereka lebih sering melayangkan modus untuk mendekatinya.
Jeonghan tidak menyalahkan mereka. Nyatanya Jeonghan juga menanggapi mereka dengan ramah. Mungkin saja itu juga yang membuat mereka nyaman dengan sikap Jeonghan. Hingga terjadi salah paham.
"Nona Yoo, kau yang akan sekelompok dengan Jeonghan."
"Mwo ??!" Tanpa sadar Jeonghan berteriak. Tapi teriakannya tertutupi oleh suara - suara yeoja yang tadi kecewa itu.
Gadis yang sedari tadi menunduk itu akhirnya mengangkat kepalanya. Wajahnya datar dan murung. Namun semua itu tidak terlalu terlihat karena sebelah matanya tertutup rambut panjangnya. Tatapan tajam sebelahnya menatap profesor dengan sorot yang tidak bisa diartikan siapa pun.
"Kenapa harus saya ?" Tanya Yulmi dengan nada datar dan sendu. Seperti biasanya.
"Agar kau lebih bisa bergaul dan Jeonghan bisa membantu itu."
Dalam hati Jeonghan ingin menggeleng - gelengkan kepalanya. Tapi dia tidak bisa. Rasa tidak enak pada Yulmi merasuk dipikiran Jeonghan. Namun Jeonghan juga tidak ingin sampai sekelompok dengan Yulmi.
Ada alasannya. Bagi Jeonghan, Yulmi terlalu menyeramkan dan tertutup. Tidak ada yang tau bagaimana kehidupan Yulmi sebelumnya. Jeonghan juga tidak pernah melihat Yulmi berteman atau berinteraksi dengan orang - orang. Tadi saja dia hanya diam di tempat sambil menunduk selama orang - orang mencari kelompok.
Jeonghan tidak bisa membayangkan bagaimana dia bisa memposisikan diri dengan Yulmi. Ditambah Yulmi tidak pernah mengikat rambut panjangnya. Sehingga dia terlihat seperti makhluk hidup di alam lain. Bahkan tatapannya terlalu tajam saat menatap seseorang. Walau Jeonghan tidak pernah menatap Yulmi secara langsung.
"Saya sendiri saja." Jeonghan secara tidak sadar menghembuskan nafas lega karena Yulmi menolak permintaan profesor.
Namun Jeonghan memang tidak dibiarkan untuk menghirup udara dengan tenang.
"Kamu harus mengerjakannya secara kelompok. Jangan lagi membantah. Tugasnya buat naskah dialog minimal 15 lembar. Tugas ini saya beri waktu selama 2 minggu. Temanya Rasa dan Perasaan. Buat cerita sekreatif mungkin dengan tema ini."
Setelah itu profesor keluar. Kelas kembali ramai membicarakan judul yang akan dipilih. Sedangkan Jeonghan hanya diam seperti teman kelompoknya.
Jeonghan menggaruk - garuk kepalanya dan menarik nafas panjang. Kalau begini jadinya, lebih baik tadi aku langsung memilih salah satu dari gadis tadi. Kalau begini, bagaimana cara agar aku tidak bersama Yulmi. Frustasi Jeonghan.
Jeonghan melirik ke arah sudut ruangan yang agak gelap. Tempat yang menurutnya sesuai untuk Yulmi. Sama - sama memilik hawa yang berbeda.
Sebenarnya ada rasa kasihan dalam diri Jeonghan dengan Yulmi yang penyendiri. Namun Jeonghan tidak bisa berbuat banyak. Dia sendiri juga takut dengan perawakan Yulmi yang menyeramkan.
Seketika Jeonghan merinding beberapa lama memandangi Yulmi.
Aku harus menemui profesor. Batin Jeonghan.
♡
"Kyosunim !" Panggil Jeonghan. "Ada yang ingin saya bicarakan."
"Apa tentang teman kelompokmu ?" Tebak Profesor Park langsung.
"Benar kyosunim. Bisa saya dengan kelompok lain ? Saya merasa tidak akan bisa dengan Yoo Yulmi." Kata Jeonghan. Menunjukkan wajah memelas diharapan Profesor Park. Berharap profesor bisa luluh dan membatalkan keputusannya.
"Jeosonghamnida Jeonghan-ssi. Tapi saya tidak bisa mengabulkan permintaan anda."
Jeonghan menutupi ekspresi kekecewaannya dengan wajah datar atas jawaban Profesor Park.
"Walau kamu merasa tidak sanggup, saya tetap yakin kamu bisa bekerja sama dengan Yulmi."
Saya saja tidak yakin, bagaimana kyosunim bisa yakin ??! Umpat Jeonghan agak jengkel.
"Nona Yoo tidak terlihat semenyeramkan itu. Tapi saya sendiri tidak tau kenapa dia bersikap sesuram ini. Saya memiliki ekspetasi yang sangat tinggi agar kamu bisa bekerja sama dengan nona Yoo. Karena itu saya memilih anda."
"Tapi Kyosunim, saya tidak pernah bicara dengan Yulmi. Bertatapan saja tidak. Bagaimana saya bisa ?" Tidak tau lagi bagaimana agar Profesor Park berubah pikiran. Jeonghan sampai menunjukkan sisi frustasinya dan menghilangkan sisi tenangnya tadi.
"Saya kenal kamu sebagai anak yang mudah bergaul dan ramah. Kamu tenang saja, walaupun tugasmu tidak terlalu bagus pun nilaimu akan tetap aman jika kau mau berteman dengan Yulmi." Kata profesor lagi.
"Kenapa Kyosunim sekekeh ini memintaku sekelompok dengan Yulmi ?" Pasrah Jeonghan.
"Karena hanya kamu yang mungkin bisa melihat sisi lain Yulmi selain saya."
Kening Jeonghan mengerut. Alisnya bertaut menjadi satu. Ucapan Profesor Park sama sekali tidak dimengerti Jeonghan.
Namun Jeonghan sudah menyerah membujuk Profesor Park. Jeonghan akan melangkah maju dan melewati rintangan ini. Hanya selama tugas ini berjalan. Beban Jeonghan akan terlepas setelah 2 minggu.
Lagipula hanya bersama Yulmi. Tidak terlalu buruk. Yulmi bukan hal terburuk yang ada di dunia. Kecuali kalau Jeonghan tidak takut dengan hal - hal mistis.
°•♡•°
Next chapter >>
"Kenapa aku bisa tiba - tiba lupa sih ??!"
"Ne. Tapi aku minta maaf jika ini sedikit mengganggu atau menyinggungmu."
"Apa aku bisa percaya denganmu ?"°•♡•°
Ada yang kebayang bagaimana perawakan Yulmi??
Kalau yang dipikiranku sih seperti Riana yang mentalis The Sacred itu. Gayanya hampir sama. Cara bicaranya juga.
Tadinya aku mau kasih foto, tadi tidak ketemu yang sesuai keinginanku. Jadi hanya narasinya saja ya 😂 Mianhaeyo..
Sampai ketemu di next chapter..
Jangan lupa vote dan komen ya 😉
Annyeong~
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love [S.Coups, Jeonghan & Joshua Fanfiction]
FanficBukankah diam tidak salah ? Mereka selalu berkata diam itu emas. Kalau begitu jika aku diam dan memendamnya sendiri, tidak masalah bukan ? Tapi jangan salahkan jika nanti kamu sendiri yang tersakiti karena terus memendamnya. Setiap kediamanmu, membe...