[5]

313 40 17
                                    

Mendekat.. Tidak.. Mendekat.. Tidak..

Jeonghan melihat sebuah kelopak bunga terakhir ditangkai itu yang dia cabut. Tidak mau mencabut satu kelopak itu. Jeonghan kembali membuang satu kelopak bersama tangkai - tangkainya ke tanah.

Sebelum Jeonghan kembali mencabut satu bunga lagi. Seseorang mendatanginya. Mencegah dan memarahinya karena sudah merusak fasilitas kampus.

Jeonghan menyengir pada petugas taman kampus itu. Berdiri dari duduknya dan membungkuk sebagai tanda permintaan maaf.

Setelah petugas itu pergi, Jeonghan kembali duduk di tempat yang sama. Namun dia tidak merusak bunga itu kembali. Dia beralih pada kelopak - kelopak bunga mengenaskan yang sudah dia sakiti.

Aigoo.. Banyak sekali bunga yang ku cabuti. Berapa lama aku melakukannya ? Batin Jeonghan.

Pantas saja petugas itu memarahinya. Bunga yang sudah dirawat dengan baik, tiba - tiba dicabut seenaknya sampai hanya tersisa beberapa bunga lagi. Sekarang bunga - bunga itu jadi kumpulan kelopak yang tertumpuk di kakinya.

Seketika Jeonghan jadi menyesal karena merusak bunga - bunga tidak bersalah ini. Dia juga tidak enak pada petugas yang sudah menumbuhkannya dengan baik dan akan membersihkan kerjaannya ini.

Itu semua karena batinnya masih tidak menerima kalau dia harus sekelompok Yulmi. Sebenarnya dia tidak mempermasalahkan dengan siapapun dia harus berkelompok. Tapi gelagat Yulmi terlalu menyeramkan untuk Jeonghan.

Jeonghan tidak suka hal - hal menyeramkan lalu mistis. Dan itu semua ada pada Yulmi.

Kamu harus lakukan, Jeonghan. Ini demi dirimu sendiri dan kepercayaan kyosunim. Jeonghan bangkit dari duduknya.

Tapi tidak lama, dia kembali terduduk ketika melihat Yulmi baru saja melewatinya dari jarak yang lumayan jauh. Jeonghan terduduk sambil menundukkan kepalanya. Berharap Yulmi tidak menyadari keberadaannya.

Saat Jeonghan berharap dalam hati, Jeonghan merasakan sebuah tangan menyentuh pundaknya. Jeonghan tidak curiga dengan pemilik tangan itu. Tapi ketika dia tau siapa pmilik tangan itu..

"AIGOO !!!" Jeonghan terjungkal dari tempat duduknya. Terjatuh ke tanah dengan sendirinya dan menarik perhatian banyak orang karena teriakannya itu.

"Kenapa kau berteriak ?" Tanya Yulmi dengan nada yang menyeramkan di telinga Jeonghan.

Tentu saja karena kau !! Teriak Jeonghan dalam hati. Walau dia ingin berteriak, tapi tetap saja dia tidak bisa meneriaki seorang perempuan. "A-aku hanya terkejut."

Yulmi mengulurkan tangan untuk membantu Jeonghan. Jeonghan melihat tangan itu sesaat dan berdiri dengan tenaga sendiri. Tanpa ekspresi tersinggung, Yulmi mengembalikan posisi tangannya ke samping tubuhnya.

Sebenarnya Jeonghan tidak enak harus menolak pertolongan baik Yulmi. Namun ada penolakan dari dalam Jeonghan hingga dia mengabaikan tangan Yulmi.

"Kau masih yakin ingin berkelompok denganku ?" Tanya Yulmi.

Ingin sekali Jeonghan menjawab 'Tidak'. Namun dia sudah berjanji pada profesor. Tidak mungkin dia bersikap labil begini.

"Pasti tidak bukan ?!" Jeonghan semakin merinding saat Yulmi mengetahui isi pikirannya.

"Biar aku saja yang mengerjakannya sendiri." Kata Yulmi lagi.

"Andwae !" Cepat - cepat Jeonghan mencegahnya. "Ini tugas kita, aku tidak mau menyusahkanmu karena itu tugasku juga." Tegas Jeonghan. Dia memang takut. Tapi bukan berarti dia menyusahkan orang lain.

"Aku tidak masalah sekelompok denganmu. Kau tentukan di mana kita akan berdiskusi dan aku akan ke sana." Tegas Jeonghan.

°•♡•°

Silent Love [S.Coups, Jeonghan & Joshua Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang