Baekhyun lagi-lagi mengendap saat sampai di lingkungan sekolahnya, ia mencoba untuk tidak berangkat terlalu pagi karena itu sungguh percuma. Ia mengubah taktik ke berangkat pagi-pagi buta kini menjadi siang-siang buta. Ia sengaja berangkat saat bel masuk berbunyi, itu lebih memudahkannya untuk menghindari seseorang.
Beruntung saat bel berbunyi sang guru langsung masuk dan memberikan materi, Baekhyun bebas dari perasaan canggung saat duduk di samping Chanyeol, yang omong-omong belum datang. Hanya ada Kris yang tengah duduk nyaman di kursinya.
Baekhyun melirik Kris sebentar tapi yang terjadi Kris menangkap dirinya yang tertangkap basah tengah menatap Kris. Baekhyun buru-buru berbalik dengan suara batuk seraknya.
Kris masih menatap Baekhyun, ada perempatan di dahinya. Kris melihat Baekhyun menggaruk tengkuk dengan gerakan kikuknya, buku yang di bolak-baliknyapun hanya sebagai pengalih.
Baekhyun tengah gugup rupanya. Walaupun Kris adalah masa lalu miliknya, Baekhyun tak menampik bahwa ia masih memiliki sedikit rasa kagum akan pria tampan itu. Mau bagaimanapun Kris pernah mengisi hatinya, dan masih menjadi pria favoritnya setelah sang ayah.
.
Chanyeol berdiri di depan seorang kakek-kakek, yang ia yakini ia pernah melihatnya di suatu tempat.
Saat ini Chanyeol hanya pasrah saat sang ibu yang dulu menelantarkannya membawanya kesebuah hotel. Dan kini ia tengah berdiri di salah satu restoran di hotelnya dengan pria tua yang rambutnya bahkan tidak bisa di hitam lagi.
"Ekhem!.. Jadi kau Chanyeol yang itu?". Kedua alis Chanyeol saling bertautan, sebelum itu di ganti dengan keterkejutannya.
"Pria tua yang dulu kau maki, Nak!". Mata Chanyeol hampir keluar dari tempatnya, tampilan pria tua itu jauh dari dulu saat mereka pertama kali bertemu, rambut hitam lebat yang di semir juga guratan keriput di matanya, dulu pria tua ini berisi dengan lemak tambunnya.
Sekarang cukup atletis walaupun sudah berumur dan bawaan yang berkarisma tapi tetap saja rambutnya yang putih tidak membohonginya.
"Oh!".
"Kau sangat sarkatis, tapi aku suka..". Ia tertawa di saat Chanyeol bahkan tidak bisa menelan ludahnya. "Ibumu menceritakannya saat di penerbangan".
"Ck!". Sang ibu muncul dengan gaun ketatnya, sangat khas dengan aura penguasanya, dulu saat Chanyeol kecil ibunya hanya akan memakai setelan kemeja sederhana dengan celana longgarnya. Tapi Chanyeol sadar sekarang semuanya sudah berbeda.
"Makanlah terlebih dahulu, kita bisa menundanya setelah makan". Sepotong chesee cake di depan Chanyeol.
Chanyeol muak, ia berdiri dengan gebrakan tangannya yang terkepal.
"Katakan apa maumu!". Chanyeol menunjuk sang ibu.
"Tahan nak! Kau menyakiti perasaan ibumu". Pria tua itu menengahi.
"Persetan dengan semua itu!".
"Chanyeol__".
"Apa! Apa, apa!!". Chanyeol mengusap kepalanya, frustasi. "Aku permisi".
Saat wanita paru baya itu ingin mencegah kepergian anaknya, tapi tangan pria lain mencegahnya, seolah berkata tidak dengan menggeleng.
"Shindong-ah.. Eotteokhaji?".
.
Makan siang terasa sangat menyenangkan, Baekhyun serasa di beri cadangan oksigen saat ini. Ia menikmati makanannya tanpa gangguan sedikitpun, para hater dan tatapan menganggu itu ia hiraukan kala matanya tak menangkap sosok jangkung dengan senyum idiotnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Why? [COMPLETE]
FanfictionByun Baekhyun adalah perusuh sekolah yang sialnya berprestasi di olahraga Hapkido, sedangkan Park Chanyeol adalah pangeran sekolah yang ramah dengan fansnya yang banyak. Suatu hari mereka bertemu. "Aku mendapatkan video tentangmu yang berdandan sepe...