Chapter 17

2.7K 289 12
                                    

Chanyeol berumur 11 saat itu, ia duduk di tepi pantai yang jauh dari keramaian pengunjung, ia juga sebisa mungkin menghindari Kris dan ibunya juga sang ayah. Dan beruntung sampai sekarang Chanyeol belum di cari oleh mereka, atau mungkin mereka memang sengaja tidak mencarinya.

Persetan.

Chanyeol tidak peduli meski ia terus berdiri di sini sampai malam menjelang sekalipun, ia hanya akan meminimalisir pertemuan mereka karena Chanyeol muak luar biasa.

Pandangannya mengudara, mencari sesuatu yang menarik dan sangat pas saat ia menjumpai bocah seumurannya berlari kearahnya. Bukan, bukan kearahnya tapi di bibir pantai yang langsung menghadap pasang surut air laut.

Chanyeol awalnya acuh akan itu, tapi setelah beberapa lama kemudian ia tak mendapati apapun kecuali tubuh hanyut yang ia lihat tadi masih asik bermain dengan ombak. Otaknya buntu, baru kali ini ia tanpa pikir panjang melakukannya, tubuhnya tanpa di perintah menggerakan kaki-kaki kecilnya berjalan berlari menghampiri tubuh mengambang itu,menggeretnya tidak sabaran.

"Ya.. Ireona!". Tanpa pikir panjang ia menjepit hidung runcing itu dan memajukan bibirnya untuk tindak pertolongan pertama.

Ia lega luar biasa di satu sisi, dan sisi lainnya ia terkejut bukan main saat tangan bocah itu menabrak hidungnya hingga berdarah.

"Mwoya, apa yang kau lakukan!". Meninggalkannya tanpa kontak mata yang berarti.

Tapi kenapa? Chanyeol dengan jelas merasakan sesuatu di tubuhnya, dan di otaknya hanya ada bocah yang barusan memukul wajahnya.

Tanpa sadar ia memegang bibirnya.

.

Chanyeol membiarkan dirinya di atas awan, segala hal yang mengganjalnya selama ini hancur tak bersisa. Di pikirannya hanya ada tatapan Baekhyun yang menatapnya, tangannya yang lentik membungkus pipi tirusnya, dan rasa gelinyar aneh saat bibir ini menyentuh milik Baekhyun.

Hanya itu, dan saat mereka di posisi semula, semuanya terasa kosong di sana, sebagian dirinya telah di bawa Baekhyun. Dan Chanyeol tidak ingin semua itu pergi.

Jadi saat ia mencoba bernegosiasi dengan Baekhyun untuk mendapat akses untuk sekali lagi, menciumnya lagi. Ia mendapatkan bogeman mentah dari Baekhyun yang ia yakini ada api di belakang tubuh mungil itu.

"Dasar bajingan cabul!!".

.

"Akh! Akh!.. Yakk! Appo?". Chen sudah lebih dari sepuluh menit melihatnya, saat di mana ketua klub hapkido itu mengobati temannya yang sudah kelewat idiot.

Dan Chen tahu, Baekhyun sudah menyerah akan rengekan Chanyeol.

Tepat saat Baekhyun menyerahkan semuanya pada Chen, Chen melihat Chanyeol memelototinya, beruntung saat itu suara telepon mengalihkan Chen dari tatapan Chanyeol, tapi belum lama ia lega telepon tersebut menampilkan nama Chanyeol di layar ponselnya, Chanyeol menyuruhnya pergi lewat tatapannya. Jadi Chen berpura-pura mengangkat telepon dan sedikit berakting meminta maaf pada Baekhyun bahwa ia harus segera pergi.

Huft! Baekhyun mendengus. Kembali menengok Chanyeol lewat ekor matanya, berbalik untuk kembali mendekat dan mengobati Chanyeol lagi.

"Jika kau berteriak lagi, kau mati!". Cukup ampuh membuat Chanyeol diam .

.

Baekhyun benar tidak habis pikir dengan dirinya, ia yang baru saja di lecehkan maklhuk telinga lebar ini malah dengan senang hati mengobati luka yang di akibatkan olehnya.

Ini konyol, bagaimana mungkin Baekhyun seluruhnya patuh akan tatapan brengsek yang sialnya menjerat itu. Ini bukan luka yang Baekhyun akibatkan saat ia mengoles pelipis Chanyeol dengan alkohol.

Bukan, itu luka sebelum Baekhyun memukulnya, dirinya juga baru menyadari saat menyingkirkan poni Chanyeol dan kenyatan bahwa masih banyak luka yang bukan darinya. Dirinya hanya menyumbang hidung itu bengkok dengan darah segar di sekitarnya.

"See, aku lihat kau punya lebih banyak luka?". Chanyeol menaikan pandangannya, menatap Baekhyun yang tak menatapnya. Anak itu sibuk dengan obat oles. "Hya! Aku bertanya padamu".

Chanyeol bergumam 'Oh' yang di balas decakan kesal dari Baekhyun.

"Ini, aku tak sengaja bertarung dengan pencuri saat menuju sekolah".

"Yakk! Kau baik-baik saja?__". Chanyeol tersenyum misterius. "Maksudku.. Bagaimana bisa kau bertemu pencuri?". Chanyeol sempat terbahak sebelum menjawab pertanyaan Baekhyun.

"Mudah saja, aku di supermarket untuk membeli minum.. Lalu yah? Terjadi begitu saja". Baekhyun mengangguk.

"Syukurlah kau?__ menangkap pencurinya". Chanyeol sekali lagi tertawa, melihat Baekhyun mengkhawatirkannya membuat hatinya menghangat.

"Apa kau akhirnya ingat?". Tanya Chanyeol yang membuat Baekhyun menaikan sebelah alisnya. Chanyeol menatapnya jahil. "Itu ciuman kedua kita".

Saat mata Baekhyun membesar karena kaget, Chanyeol lagi-lagi mengulum senyum lebarnya. Baekhyun pikir apa dengan sebuah ciuman tadi memberi efek gila bagi Chanyeol.

"Yakk! Jangan tersenyum seperti itu, kau tahu itu aku tak pernah menginginkannya.. Anggap saja kita sedang berakting di depan para wanita itu, Aish! Kalau aku memikirkannya aku jadi kesal sendiri.. Kau?!". Baekhyun menunjuk Chanyeol dengan perasan dongkolnya.

Sedang Chanyeol memperhatikannya dengan serius.

"Wanita berkumpul adalah hal mengerikan untuk pria, jadi ku peringatkan padamu untuk memperlakukan mereka sebaik mungkin.. Dan juga Tuan playboy! berhentilah mengencani para gadis jika tujuanmu hanya untuk menghancurkannya". Chanyeol berkedip sebelum mengangguk main-main pada Baekhyun.

Yang lebih tinggi berdiri dan mendekat ke yang lebih mungil.

"Mwo?". Ucap Baekhyun datar padahal jantungnya bertedak tak karuan.

"Bagaimana jika kau berkencan denganku agar aku bisa berhenti dengan para wanita seperti yang kau inginkan".

"Chanyeol, kau salah menganggap bahwa itu sebuah ajakan. Aku hanya bicara yang sebenarnya, kau telah mengambil jalan yang salah untuk menjadi seperti sekarang".

"Tapi apa kau tentangku!". Baekhyun tidak menyangka Chanyeol akan semarah ini. Tentang apa yang ia bicarakan bersama Kris saat pelajaran berlangsung.

Sebuah fakta yang sebenarnya tidak ingin ia ketahui tapi Kris tetap menceritakannya, kisah lalu yang membuat Chanyeol seperti sekarang. Tentang ibunya.

Juga ada campur tangan dirinya tanpa ia sadari dari masa lalu Chanyeol.

"Kau selalu membawa emosimu dalam masalah, bukannya menyelesaikannya kau malah lari seperti pengecut.. Apa menurutmu kau korban di sini! Tidak! Bukan kau yang satu-satunya terluka di sini".

.

"Ibunya menghubungiku dan beliau bilang akan berangkat malam ini, tapi ia harus melihat anaknya untuk itu".

"Apa kau bisa membantuku?".

"Sebelumnya kau harus memberitahuku apa yang sedang terjadi saat ini, kau harus karena kau melibatkanku".



Cerita hampir berujung, tungguin lanjutannya y, jangan bosen nungguin cerita saya. So?

Voment, like-nya juseyoo..

e)(o

Why Why? [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang