"Kemari! duduk di sebelah ibu".
"Ck!". Chanyeol begitu saja melewati sang ibu.
Yang lebih mudah naik keatas kamarnya dan tubuhnya menghilang di balik pintu itu.
Sang ibu menatapnya dengan tatapan kosong dan dingin, ia berbalik pada Kris yang berdiri di seberang pintu masuk dengan kepala tertunduk. Yang lebih tua mendekatinya.
"Kris-ssi?". Kris mengangkat pandangannya.
"Bisakah kau melakukan sesuatu untukku?". Kris tampak ragu, ia ragu pada dirinya sendiri.
Setelah ia melihat sendiri bagaimana keduanya terlihat tidak akur di banding dirinya dengan Chanyeol yang masih bisa saling melempar makian atau vas bunga. Keduanya bahkan lebih buruk dari orang asing.
"Aku mohon padamu". Kris kembali melihat, sang wanita paru baya itu mengangguk dengan lemah walaupun sorot pandangnya terlihat tajam dan dingin.
Kris menghela nafas.
"Apa yang bisa aku lakukan, untuk Bibi?".
.
"Beri tahu Chanyeol untuk datang pagi ini di Elyxion Hotel.. Sebelum aku kembali ke Jerman".
.
"Kalau begitu cium aku".
"Ne?". Chanyeol menatap mata kecil itu dengan netra kembar almond miliknya. "Baek, Kau__".
"Cium saja, kenapa kau ragu?". Chanyeol memejamkan matanya, ia tiba-tiba saja sakit kepala, Baekhyun menantangnya atau apa.
"Tendang saja, kenapa kau ragu? Seperti itu.. Aku juga bisa melakukannya, walaupun aku yakin jawabannya 'tidak' untukku dan untukmu". Chanyeol mendengus remeh, sedangkan Baekhyun tersenyum kesenangan.
"Kau benar-benar". Baekhyun kembali tersenyum, lebih tepatnya sebuah seringai.
Baekhyun menubruk dada bidang Chanyeol tas punggung pemiliknya, sekaligus mendorong tubuh Chanyeol untuk mundur. Baekhyun meninggalkan tempat di mana Chanyeol tengah mengusak rambutnya.
"Harusnya aku menciumnya hingga bibir itu habis sehingga ia tidak perlu membicarakan omong kosong tadi..". Chanyeol mengeratkan pelukannya pada tasnya dengan senyum geli, ia menggeleng.
"Ha!.. Cium saja, kenapa kau ragu? Dasar!".
.
"Kita masih punya waktu sebelum malam tiba". Shindong muncul di depan pintu Kwon Yuri, wanita paru baya yang berstatus ibu dari Park Chanyeol.
Yuri menoleh sejenak sebelum ia berhenti mengepak pakaian dan segala keperluan kedalam kopernya. Ia tidak merespon atau memberi gerakan tubuhnya.
Shindong mendesah di ujung pintu.
"Kalau begitu selamat atas pilihanmu, masih banyak waktu sebelum jam sembilan tepat". Shindong undur diri sebelum Yuri membalikan badannya.
"Dong-ie oppa?".
"Huum?".
"Dia sendiri yang membalikan punggung padaku". Shindong tersenyum.
"Biarkan ia tahu dan menentukannya.. Akan membalikan punggungnya padamu atau sebaliknya, merangkulmu". Ada jeda. "Bagaimanpun, dia masih anakmu.. darah dagingmu sendiri".
.
Baekhyun berjalan dengan kepala tertunduk, ia mengangkat kepalanya sementara nafas di ujung hidung ia tahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Why? [COMPLETE]
FanfictionByun Baekhyun adalah perusuh sekolah yang sialnya berprestasi di olahraga Hapkido, sedangkan Park Chanyeol adalah pangeran sekolah yang ramah dengan fansnya yang banyak. Suatu hari mereka bertemu. "Aku mendapatkan video tentangmu yang berdandan sepe...