Chapter 11

3.4K 366 5
                                        

Chanyeol tengah berada di kamarnya yang cukup luas ini, ia duduk di kursi belajarnya sambil memeriksa sesuatu di ponsel, sesuatu yang membuatnya tak berhenti untuk tersenyum layaknya idiot.

Sebuah pesan dari Baekhyun, Chanyeol baru mendapatkan nomornya siang tadi dari Luhan yang Chanyeol tahu mereka teman dekat. Mendapatkan nomor Baekhyun bukan hal yang mudah, ia pernah meninta langsung dari orangnya tapi yang terjadi malah membuat bokongnya di tendang oleh atlit hapkido itu,bayangkan bagaimana sakitnya.

Jadi ia memintanya pada orang lain dan bisa di pastikan jika Baekhyun tak mengetahui darimana ia mendapatkan nomornya.

"Nuguya?". Itulah balasannya.

Chanyeol segera mendial nomor Baekhyun dan dalam hitungan detik sang pemilik nomor mengangkat panggil.

"Nuguya!". Nada sedikit tak suka, Chanyeol mendengus. "Aku bilang dengan siapa aku bicara?".

"Ini aku". Ada jeda sesaat, Chanyeol yakin Baekhyun langsung mengenali suaranya. "Baekhyun?".

Tut Tut_

"Hya, hya!!.. Aish?". Dan sambungannya terputus.

.

Baekhyun langsung menutup teleponnya kala tahu siapa yang menghubunginya. Darimana orang itu punya nomor ponselnya pikir Baekhyun.

Ponselnya kembali menyala dan itu panggilan dari orang yang sama, Baekhyun menghiraukannya untuk sementara. Biarlah, mau sampai beribu kali menghubunginyapun Baekhyun tidak akan mengangkatnya.

Ia kembali tiduran di kasurnya.

.

Sudah hampir tiga puluh kali Chanyeol mencoba peruntungannya untuk menghubungi Baekhyun tapi ia tak menjawabnya barang sekali saja tidak.

Jadi ia putuskan untuk keluar rumah dan mencari udara malam di luar, ia mengambil jaket dan dompetnya sebelum bergegas pergi dari rumah.

Di dapur Kris tak sengaja melihat Chanyeol melewatinya dan para pekerja.

"Yakk! Kau mau pergi kemana?". Teriak Kris yang ia yakini jika Chanyeol mendengar.

Dan walaupun tak yakin, ia mendengar seruan Chanyeol dari luar setelah menutup pintu keluar.

"Calon pacar?". Kris tidak salah dengar.

.

Baekhyun menutup telinganya dengan bantal, mendengar nada dering di ponselnya terus berbunyi membuatnya berpikir jika orang yang menelponnya benar-benar gila.

"Ihh!.. Sudah 108 kali, wah? Dia benar-benar sudah gila rupanya". Baekhyun sempat ingin mematikan ponselnya tapi urung karna satu pesan dari Chanyeol yang ia terima membuat matanya membola seketika.

Suara ketukan di pintu kamarnya memunculkan sang ibu yang tengah tersenyum misterius.

"Temui temanmu di bawah". Lalu pintu tertutup. Baekhyun belum sempat sadar akan pesan yang di terimanya tapi tiba-tiba sang pemilik pesan sudah ada di rumahnya.

"Jika kau tidak mengangkat teleponnya, aku tak keberatan untuk mendatangimu langsung".

Baekhyun sedikit berlari dan terburu-buru untuk turun karna saat ia sudah tiba di ruang tamu Chanyeol sudah lebih dulu menyambutnya dengan senyum menyebalkan.

"Terlambat, jadi aku putuskan untuk mampir kesini". Ha! Baekhyun jelas harus membawa Chanyeol keluar segera dari rumahnya. Tapi.

"Duduklah Chanyeol, bibi hanya bisa memberi ini untuk tamu Baekhyun". Segelas orange jus, apalagi yang lebih mengerikan dari minuman itu, tentu saja itu akan menahan Chanyeol lebih lama di rumah Baekhyun.

"Animnida, bibi tak perlu repot-repot".

"Benar eomma, Dia tidak akan lama berkunjung". Baekhyun menambahinya dengan dengusan kecil, sementara Chanyeol melihatnya.

"Tetap saja, bibi harus menjamu tamu". Ibu Baekhyun, sungguh tidak mengerti bagaimana aura keduanya sama sekali tak bersahabat.

"Gomawo bibi,.. Tapi kedatanganku di sini untuk mengajak Baekhyun keluar". Baekhyun mengangkat alisnya.

"Kalian akan keluar?". Tanya ibu Baekhyun. Baekhyun ingin membuka mulutnya.

"Ne, bibi". Chanyeol lebih dulu menjawabnya.

Yak! Batin Baekhyun.

.

"Aku berharap kau segera singkirkan ekspresi wajah itu". Baekhyun melotot tak terima.

Sudah lebih dari lima belas menit mereka keluar dari rumah Baekhyun dan Baekhyun kini mendapati dirinya di kawasan hongdae, bersama Chanyeol.

"Ish! Aku mau pulang saja". Belum sempat Baekhyun berbalik, Chanyeol lebih dulu menahannya. Tangan Chanyeol bertengger manis di pundak Baekhyun.

"Aku memaksamu untuk tinggal sebentar".

"Lepaskan tanganmu!". Chanyeol melepaskannya, sepertinya mood Baekhyun sedang tidak baik. Terlihat dari air mukanya yang keruh. "Oke, aku lepas".

"Berhenti membuatku bingung, brengsek! Apa alasanmu untuk memaksaku untuk menemanimu, aku sama sekali tak punya waktu untuk meladenimu". Mood Baekhyun benar-benar buruk. Chanyeol bergidik ngeri.

Niatnya hanya ingin melihat Baekhyun lebih lama sekalian menggodanya seperti biasa, tapi sepertinya waktunya tidak tepat. Melihat wajah galak itu membuat ia beringsut dengan sendirinya.

Tapi baiklah, Chanyeol bisa mengatasinya.

"Aku hanya ingin mengajakmu karna itu kau, karna itu yang membuatku membawamu kemari". Baekhyun merotasikan matanya. Mulut manis ini, Baekhyun tak punya waktu untuk di gombali seperti ini. "Anggap saja ini sebuah kencan".

Mata Baekhyun membulat.

"Mwo?!".

"Aku sedang mengajakmu berkencan". Ucap Chanyeol enteng.

"Kau pikir aku mau. Hah!". Chanyeol tersenyum, sepertinya cara ini berhasil. Chanyeol bisa melihat rona di wajah Baekhyun.

"Tentu saja". Baekhyun mendecih. "Oh, Ayolah?.. Lagipula kau tidak perlu mengeluarkan sepersenpun untuk kencan kita".

Kencan kita. Baekhyun mendengus.

Tapi jika di pikir-pikir, ajakan Chanyeol terlihat menguntungkan dan menggiurkan di saat bersamaan, Baekhyun tinggal meng-iyakan ajakan Chanyeol lalu ia bisa menguras habis isi dompet Chanyeol, dengan begitu ia akan menguras habis kantong Chanyeol.

Lagipun perutnya sudah mulai meminta di isi ulang.

"Call!". Baekhyun menyetujuinya dengan gaya cool-nya.

Chanyeol di buat menggeleng.

"Aku ingin makan hotpot".



Chapter depan kencan. Yeay!!

Maaf pendek gini, tapi yang penting update y. See u next chap~

Bow!

Why Why? [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang