5

81.2K 4.7K 47
                                    

            Beberapa hari terakhir Adam jarang menemui Gea. Biasanya Adam akan mampir ke rumahnya entah menanyai kabar atau sekedar mampir. Bahkan Bayu, yang diketahui Gea adalah asisten pria itu juga tidak menghubunginya. Biasanya jika Adam tidak datang, akan ada Bayu yang menemuinya atas perintah pria itu.

Gea memasak makan siangnya. Akhir-akhir ini nafsu makannya bertambah. Gea juga jadi suka bermalas-malasan di rumahnya. Ikan kuah asam menjadi makan siangnya. Gea lumayan jago memasak. Siang itu dia makan sendiri di depan televisi.

Saat menonton tv, ada iklan susu bayi, Gea tersenyum melihat iklan itu. Mungkinkah dia akan mengalami hal itu, memeluk anak bayi dipangkuannya bersama seorang suami. Gea tidak terlalu yakin, karena orang yang dinikahinya adalah Adam.

Di lain tempat, Adam harus menyelesaikan beberapa kerjaannya di luar kota. Dia juga belum mengabari Gea. Bayu juga sama halnya sibuk dan susah di hubungi. Adam bekerja sangat keras agar bulan depan mendapat waktu lowong yang banyak.

Target pernikahannya adalah bulan depan. Awalnya, jadwal bulan depan miliknya sangat padat. Terpaksa Bayu mengatur ulang jadwal Adam dengan konsekuensi harus diselesaikan sekarang juga.

Tring...

Akhirnya yang ditunggu-tunggu menelpon balik. Adam mengangkat telponnya dengan marah. Terdengar permintaan maaf dari orang di seberang telepon.

"Segera cek rumah dia. Setelah itu langsung kabari saya" perintah Adam. Bayu segera melaksanakan perintah atasannya. Bayu sibuk, tetapi jika sudah disuruh oleh Adam dia harus segera melaksanakan perintah pria itu dahulu. Menurut Bayu, atasannya itu sangat menakutkan. Ada sisi lain dari Adam yang diketahuinya.

Bayu segera pergi ke rumah Gea. Setiba di sana Bayu langsung menanyai kabar Gea. Apakah wanita itu merasa tidak enak badan, atau ada sesuatu yang dibutuhkannya.

"Mbak Gea masih ada yang dibutuhkan? Mungkin mbak Gea ingin sesuatu?" tanya Bayu. Gea menggeleng sambil tersenyum. Dia sedang tidak ingin sesuatu.

Bayu permisi ke luar rumah, dia segera menghubungi Adam. Secepat itu pula Adam mengangkat telponnya.

"Mbak Gea baik-baik saja. Saya tanya apa mbak Gea butuh sesuatu, mbak Gea bilang gak butuh apa-apa" jelas Bayu. Di sana Adam menghela nafas lega. Tetapi masih ada pertanyaan di benaknya.

"Tanyakan juga sudah berapa kali dia makan hari ini. Kemarin dan kemarinnya lagi dia makan berapa kali" perintah Adam.

Bayu yang mendengarnya malah tersenyum kemudian langsung masuk ke rumah. Panggilan telpon dibiarkan tetap menyala agar Adam masih bisa mendengarnya. Gea menatap aneh Bayu yang datang menghampirinya dengan tergesa.

"Mbak Gea hari ini sudah makan berapa kali?" tanya Bayu. Adam diam dan mendengar suara samar-samar di telponnya.

"Dua kali. Pagi jam delapan. Dan sekarang, seperti yang kamu lihat" kata Gea sambil memerkan mangkoknya. Adam mengangguk walau tak dapat dilihat wanita itu.

"Kalau kemarin? Kemarinnya lagi?" Gea mengerutkan dahinya. Pertanyaan macam apa ini, pikirnya. Gea seperti sedang diintrogasi.

"Saya makan tiga kali" kata Gea pelan. Bayu mengangguk lalu pergi menjauh. Dia berbicara sebentar dengan Adam. Bayu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bayu heran dengan perintah Adam kali ini. Tetapi dia bisa menyanggupinya. Bayu menutup telponnya.

"Ada-ada aja" gumam Bayu.

Gea melihat asisten pria itu masuk lagi ke rumahnya. Gea masih menyantap makanannya. Tadi dia sudah menawari Bayu untuk makan bersama, tidak enak rasanya makan tetapi ada tamu dan tak diajak makan. Tetapi Bayu menyuruhnya untuk terus makan, dia bilang dia akan dimarahi atasannya jika memotong acara makan siang calon istrinya.

Pay One Get TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang