16

54K 3.3K 200
                                    

Mau kabur tanpa bawa uang yang cukup tentu saja kurang efektif. Untung saja masih ada cincin kawin yang bisa Gea gadaikan, dan di sinilah Gea berada.

"Selamat siang, saya mau menggadaikan cincin kawin"

Sebenarnya dengan berat hati Gea menggadaikan salah satu bukti perkawinannya itu. Sepasang miliknya dan Adam. Gea jadi mengenang kali pertama seseorang memasangkan cincin di jari manisnya.

"Maaf, mbak bawa surat-suratnya gak?"

Alis Gea berkerut, baru pertama kali ini dia pergi ke tempat menggadaikan emas. Setahu Gea yang dibutuhkan hanya kartu tanda penduduk saja.

"Enggak. Saya cuma bawa ktp. Bisa gak cuma pakai ktp saja?" mohon Gea. Pegawai yang di sana terlihat aneh. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak tertahan. Dari tatapan terlihat bahwa pegawai tersebut ragu.

"Mohon tunggu sebentar ya mbak" kata pegawai itu setelah menerima KTP Gea.

Gea menunggu lumayan lama, setelah ditaksir harganya ternyata masih ada beberapa prosedur yang harus Gea lalui. Kata pegawai tersebut Gea memang harus membawa surat bukti kepemilikan.

"Tapi aku gak punya, suami aku yang pegang"

Bahkan sampai tiga pegawai yang melayani Gea. Kalau cincinnya tidak terjual, Gea tidak tahu harus menjual apa lagi. Dia memang memiliki tabungan di bank, tetapi tidak cukup. Dia juga menjual lukisannya di online shop dan belum terjual.

"Jadi bisa gak digadaikan?"

"Jangan dikasih"

Gea menoleh ke sumber suara. Glek, Adam tau dirinya ada disini? Super sekali. Gea tersenyum kaku kearah orang-orang yang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan. Pasti mereka memandang rendah dirinya yang ketahuan menggadaikan cincin kawin.

"Ayo pulang, aku rindu"

...

Adam menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. Gea tidak jadi kabur, tertangkap basah, dan sekarang sedang dihukum. Kalau saja dia tahu cincin kawinnya itu seharga 250 juta rupiah, Gea tidak akan berani menggadaikannya di tempat resmi, lebih baik ke pasar gelap. Sekarang jadinya seperti tersangka, untung saja tidak ada yang merekamnya.

"Kalau berhasil, rencananya mau kabur ke mana?" tanya Adam. Gea menatap pria itu sekilas kemudian membuang muka.

"Bali" jawab Gea singkat.

"Kenapa pilih di sana?"

"Ada mantan aku"

Adam rem mendadak. Matanya melotot marah pada wanita itu.

"Bercanda kok" jawab Gea pelan.

"Kamu gak serius kan?" tanya Adam lagi seolah-olah ingin memastikan pendengarannya. Maklum saja, Adam tipe pria cemburuan.

"Ya, gak seserius kamu yang ingin gugat cerai aku" sindir Gea.

Adam hanya diam dan memilih lanjut mengendarai mobilnya. Gea merasa pria di sebelahnya tidak peka padahal habis disindir. Tadi pagi Gea yang menjadi rajanya, dia yang menjadi penuntut dan sekarang malah Adam yang membuat Gea tertunduk.

Setelah sejam perjalanan, akhirnya Gea dan Adam tiba di kantor pria itu. Adam membawa istrinya ke ruangannya, di mana terakhir kali mereka bertengkar. Adam menunjukkan surat gugatan cerai yang mereka perdebatkan.

"Kita bertengkar karena ini. Lihat sekarang aku sobek" kata Adam. Pria itu menyobek kertas itu hingga tidak berbentuk.

"Aku tidak suka orang asing. Aku baikin kamu karena kamu terlanjur mengandung darah daging aku. Aku persiapkan semuanya sesuai rencana awal. Hingga tanpa sadar aku mencintai Ibu hamil ini ketimbang wanita seharga 50 juta di bar"

Pay One Get TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang