1

7.6K 196 19
                                    

Kemunculan Nantes kembali di track membuat orang-orang di tempat itu tidak percaya. Nantes yang pindah sekolah dari sekolah lamanya, memang sudah cukup lama meninggalkan dunia malamnya yang penuh dengan adrenalin itu.

"Gue kira lo udah mati." sinis seorang cowok yang memakai piercing berwarna hitam di kedua telinganya, Laskar.

Nantes hanya mendengus. Tak ada niat untuk menanggapi perkataan temannya itu.

"Gue denger di sekolah lo yang sekarang lo jadi tukang gebuk drum, bener?" tanya Laskar dengan senyum meremehkan.

Kali ini Nantes hanya berdecak dikatain tukang gebuk drum. Padahal kalo diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris kan keren ya, drummer!

"Oi, oi, jadi ini nih lawan gue sekarang? Hm?" datang seorang cowok lagi bersama seorang cewek cantik nan seksi yang bergelayut manja di lengannya. Cowok itu menatap Nantes dengan sorot menyelidik, kemudian berganti menjadi dengan tatapan meremehkan. "Cuma anak kecil." Ejeknya.

"Tapi ganteng." Bisik si cewek pada cowok itu, namun matanya menatap Nantes dengan sorot menggoda. Bahkan dia mengedipkan satu matanya nakal.

Digoda terang-terangan begini oleh cewek, bukan hal yang baru bagi Nantes. Dia sudah terbiasa!

"Sekarang?" tanya Nantes pada cowok yang menantangnya.

Si Raja Jalanan, Ambrozka sudah lama berambisi untuk melakukan adu balap dengan lawan yang seimbang. Sejauh ini, memang tak ada yang bisa mengalahkannya dalam adu kecepatan. Begitu dia mendengar nama Nantes yang katanya dulu sempat terkenal sebagai tukang balap liar karena nyaris tak pernah terkalahkan, Ambrozka langsung bersemangat untuk menghabisinya.

"Okay."

Balap liar antara Ambrozka melawan Nantes pun dimulai. Para penonton yang jumlahnya jadi lebih banyak dari biasanya karena mereka dengar Nantes kembali, mulai bersiap-siap mendukung jagoannya yang kebanyakan sih Nantes. Apalagi yang cewek. Beuuu... heboh banget! Berharap cowok ganteng satu itu me-notice dia dan sukur-sukur dijadiin pacar. Sehari juga tidak apa deh.

Aksi salip-salipan di jalanan bak rider wanna be itu berlangsung seru. Pokoknya, sudah mirip seperti balapan F1 yang sering tayang TV.

Sayang baru setengah jalan, ada sebuah suara yang paling dibenci sekaligus ditakuti oleh anak-anak yang hobi memenuhi jalanan itu, yakni suara sirine polisi. Semua langsung kalang kabut, sibuk melarikan diri.

Hingga polisi sampai di TKP, masih ada beberapa anak yang tertinggal dan terpaksa digaruk polisi. Dari keterangan anak yang terkena garukan polisi itu, polisi pun segera mengejar Nantes dan Ambrozka.

Awalnya Nantes maupun Ambrozka tidak sadar dengan polisi mengejar mereka berdua, sampai akhirnya mereka mendengar suara uwing-uwing disertai lampu merah berputar dan berkelap-kelip. Karena dilihatnya polisi yang membawa mobil itu mendekat, Nantes dan Ambrozka terpaksa melupakan balapan mereka. Daripada melanjutkan balapan, mereka lebih fokus untuk kabur dari kejaran polisi yang handal dalam hal kebut-kebutan.

Baik Nantes maupun Ambrozka sama-sama mempercepat laju mobilnya.

Sambil mengejar Nantes dan Ambrozka, Polisi itu memanggil bala bantuan. Bala bantuan yang datang dari arah yang tidak disangka—yaitu di pertigaan dimana Nantes dan Ambrozka lewat. Polisi itu berhasil menghentikan Ambrozka dengan paksa. Sementara Nantes masih bisa kabur.

Nantes tersenyum sinis ketika melihat lawannya itu sedang dipaksa keluar dari mobil oleh polisi lewat kaca spion atas. Namun bukan berarti Nantes sudah aman. Nantes masih jadi kejaran polisi. Karenanya, Nantes sengaja masuk ke jalan utama, berbaur dengan pengendara mobil lain. Di tempat itu, Nantes sengaja bermain-main. Tidak jarang dia menimbulkan kekacauan lalu lintas. Mulai dari menyalip tanpa aturan hingga menerobos lampu merah. Tidak sedikit yang mengumpat kesal karena ulahnya itu.

Bukan lagi balapan dengan Ambrozka, melainkan sekarang dia balapan dengan polisi yang akhirnya polisi kesusahan mengejar dan yaah... Nantes berhasil lolos.

Nantes tersenyum sombong. Merasa dirinya jauh lebih hebat karena berhasil mempencundangi dua orang sekaligus. Ambrozka dan polisi itu tentunya.

Akibat kesombongannya, teguran langsung datang kepadanya. Body depan mobil Nantes menabrak body samping mobil yang secara tiba-tiba muncul dari arah tikungan. Baik Nantes maupun pengendara mobil yang satunya sama-sama berhenti.

Seorang wanita yang kira-kira berumur akhir tiga puluhan keluar dari mobil berwarna silver itu dengan buru-buru. Wanita itu membungkukkan badannya, mengamati mobilnya yang penyok akibat bersinggungan dengan mobil Nantes.

Nantes hanya memperhatikannya dari dalam. Masih belum ada niat untuk turun. Karena menurutnya, itu bukan kesalahannya. Itu adalah kesalahan wanita itu yang tau-tau nyelonong.

Wanita yang tampak heboh itu segera menoleh. Dia menyipitkan kedua matanya, lalu dengan langkah tegas, dia menghampiri Nantes. Mengetuk kaca samping mobilnya.

Awalnya Nantes malas membukanya, tapi karena wanita itu tanpa henti mengetuk, akhirnya dia buka.

Wanita itu cukup terkejut karena pelaku yang telah menabrak mobilnya rupanya masih remaja. "Kamu, anak kecil, kalo belum bisa nyetir, nggak usah bawa-bawa mobil! Kamu liat, mobil saya yang mahal ini jadi rusak kan?!" seru wanita itu marah-marah.

Nantes hanya melirik melihat kerusakan mobil itu. Kalau saja wanita ini menegurnya dengan nada dan perkataan yang lebih baik, mungkin Nantes bisa tidak akan bersikap kurang ajar seperti ini. "Butuh berapa?" Meskipun begitu, bukan berarti Nantes mengakui kalau itu kesalahannya. Nantes hanya malas jika harus berurusan lebih lama dengan wanita ini.

"A-apa? Apa yang barusan kamu bilang? Butuh berapa? Maksudnya apa? Kamu ngejek saya?" wanita itu makin marah, tidak terima karena merasa direndahkan.

"Sejuta? Dua juta? Lima juta? Apa mau mobil baru?"

Wanita itu melotot. Saking kagetnya dia sampai tidak bisa berkata-kata. Dalam hatinya dia berujar, 'Sialan anak ini! Benar-benar kurang ajar! Dia sangat keterlaluan karena sudah merendahkan harga diri saya sebagai orang yang jauh lebih tua! Tapi, eh, mobil baru?'

Karena makin malas dan makin tidak sabar, Nantes terpaksa merogoh saku celananya lalu mengeluarkan dompetnya. Wanita yang masih berdiri di sampingnya diam-diam melirik ke arah dompetnya.

Gila! Masih bocah dompetnya tebel banget!

"Pin nya 999009." Ucap Nantes singkat, padat dan jelas sambil menyerahkan debet card miliknya pada wanita itu.

Wanita itu terlihat bimbang. Tangannya sudah sangat ingin bergerak sekali untuk menerima benda itu. Tapi otaknya melarang. Setelah bergulat cukup lama, akhirnya otaknyalah yang menang. Harga diri jauh lebih penting! Wanita itupun menepis tangan Nantes hingga benda yang Nantes tawarkan jatuh ke pangkuan Nantes. "Siapa orang tua kamu? Nggak pernah diajari sopan santun ya? Kamu pikir saya tidak punya harga diri?"

Nantes berdecak. Sudah dalam malas mode dewa. "Ya udah." Hanya dua kalimat pendek itu, kemudian Nantes kembali menjalankan mobilnya. Meninggalkan wanita itu.

Wanita yang kini berteriak-teriak sambil mengumpat kesal.

***

Cerita ini sudah dipublish sebelumnya ( 5 Agustus 2018 s/d 19 Januari 2019 ). Tetapi karena keinginan dan kemauan pribadi, cerita ini pun dipublish ulang dengan judul yang berbeda dan beberapa part yang diubah. Beberapa adegan/dialog dikurangi bahkan dihilangkan, banyak yang direvisi sana-sini serta ada juga tambahan pada beberapa part yang sebelumnya tidak ada.

Hehe, desiariaa 2K21

Your WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang