Keadaan Edgar mulai membaik. Perlahan tenaganya mulai kembali. Dalam kesempatan ini, Nantes menampakkan dirinya seorang diri, tanpa Skara.
"Maafin Papi yang udah ngusir kamu dari rumah. Harusnya udah dari dulu Papi dengerin kamu." ucap Edgar terharu, sedih sekaligus menyesal sambil mengelus kepala Nantes.
Nantes hanya mengangguk.
"Rumah terasa sangat hampa tanpa kehadiran kamu, boy. Papi kesepian. Jadi, kamu mau kan kembali ke rumah? Kita tata kembali hidup kita seperti semula. Hanya berdua." lanjut Edgar membuat Nantes galau.
Hanya berdua ya? Itu artinya Skara tidak ada dalam hitungannya. Lalu bagaimana nasib Skara jika Nantes mengiyakan permintaan Edgar? Edgar sangat menginginkan dan membutuhkan Nantes di sampingnya. Pun Skara.
*
"Papi gimana? Udah baikan?" tanya Skara.
"Udah." jawab Nantes singkat. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah.
Skara menganggukkan kepalanya.
"Besok papi juga ke sekolah. Memenuhi panggilan guru soal skandal kita yang selama ini tertunda." Lanjut Nantes.
Skara kembali mengangguk. "Jadi, papi udah tau yang sebenernya?"
Dengan sangat terpaksa, Nantes menjawab, "Ya."
Kemarin malam, Nantes menjemput Edgar di rumah sakit dan mengantarnya pulang hingga ke kamar. Di kamar itulah, Edgar kembali bertanya tentang kejelasan yang selama ini terjadi.
"Ya, aku udah bohong. Skara nggak hamil."
"Syukurlah. Papi benar-benar khawatir kalo itu sampe ter—"
"Tapi soal aku yang sayang sama dia bukan sebagai adik, itu bener." Aku Nantes.
Edgar diam sejenak memperhatikan putranya yang kini menundukkan kepala. "Setelah apa yang mamanya lakukan sama Papi, kamu masih menyayanginya?" tanya Edgar.
Dengan pelan dan perasaan yang berkecamuk, Nantes mengangguk. Nantes tau, dengan pengakuannya ini mungkin akan membuat Edgar kembali kecewa dan sedih padanya.
"Karena itu kamu masih belum bisa pulang?"
"Papi... benci banget sama gue ya?" tanya Skara dengan senyum pahitnya.
Nantes tidak bisa menjawab. Masalahnya meskipun Edgar tidak pernah secara langsung mengatakan bahwa dia membenci Skara karena Skara adalah anak Raya, tapi Edgar mengatakan bahwa dia hanya ingin hidup berdua bersama Nantes di rumah itu.
Skara menghirup nafasnya dalam-dalam. Skara memahami posisi Nantes saat ini yang harus membagi waktu untuk menemaninya dan menemani Edgar. Jika memang keberadaannya hanya menjadi penghalang kebahagiaan Nantes dan papinya, maka Skara tau apa yang harus dia lakukan.
*
Kedatangan Edgar di sekolah untuk memenuhi panggilan kepsek seketika menjadi gosip terhangat dan terbaru di sekolah. Jika sebelumnya sekolah gempar dan bertanya-tanya tentang kebenaran kabar Nantes yang menghamili Skara, sekarang mereka telah memperoleh kepastian. Nantes tidak menghamili Skara, tetapi mereka saling mencintai. Itu faktanya.
Dalam kesempatan ini, Skara memberanikan diri menemui Edgar yang selama beberapa hari ini hanya dia tanyai keadaannya lewat Nantes saja. Mungkin rasanya sudah tidak pantas menampakkan diri di depan Edgar setelah rentetan kejadian memalukan dan mengenaskan terjadi. Tapi Skara merasa sangat perlu sebelum dia menjalankan keputusannya. "Terima kasih, Om, udah jadi papi yang baik dalam waktu yang cukup singkat ini. Maaf buat semua kesalahan yang pernah Ara dan mama lakukan." Ucap Skara sangat menyesal sekaligus sedih.
Edgar tergelitik ketika Skara kembali memanggilnya om. Apa Skara sudah tidak lagi menganggapnya sebagai seorang ayah? Memang Edgar kecewa pada Skara karena bersama Nantes telah sama-sama menyimpang. Namun kecewa yang berlarut-larut tidak bisa menghasilkan apapun kecuali luka. Untuk itu, Edgar akan mencoba membuka hatinya kembali. "Ka—"
"Tolong beri Ara waktu sedikit lagi, Om. Ara janji, Ara pastiin, pasti Nantes akan kembali ke rumah itu. Hidup bahagia kayak dulu lagi sama Om." Potong Skara cepat.
Edgar mengernyit. Kenapa Skara tiba-tiba berbicara seolah dirinya akan pergi?
*
"Gue denger dari Reki, lo nemuin papi di sekolah tadi. Bener?" selidik Nantes. Keduanya sedang berada di dalam mobil untuk pulang ke apartement.
Skara mengangguk.
"Apa ada hal yang lo sampein ke papi? Apa?" tanya Nantes ingin tau dan penasaran.
"Lo masih punya uang nggak?" Bukannya menjawab pertanyaan Nantes, Skara malah meminta Nantes untuk mampir ke supermarket.
Di dalam supermarket, Skara dengan riang memilih-milih camilan lalu dimasukkan ke keranjang belanja. Ada snack ringan, minuman kaleng, permen, keripik dan coklat.
"Lo nggak lagi nyidam karena hamil kan?" Tanya Nantes heran.
Skara berdecak. "Hamil-hamil mulu yang lo bahas. Lo mau gue beneran hamil?"
"Lo siap?"
Malamnya, dengan jajanan segala rupa, dengan hanya menyalakan lampu redup, lalu menonton film Netflix, ruangan TV yang ada di apartment itu kini sudah terlihat seperti bioskop mini ala kadarnya. "Malam ini aja, kita habisin bareng-bareng sambil nonton film."
Nantes mengernyit heran. Sungguh dia masih tidak habis pikir dengan Skara yang tiba-tiba beride seperti ini. "Lo baik-baik aja?"
Skara menyikut rusuk Nantes, lalu segera mengambil susu kotak. Dia siap menyaksikan tayangan film. "Ssst, jangan berisik. Nonton aja yang tenang."
Meski masih sedikit heran, Nantes pun memutuskan untuk menuruti apa kata Skara. Duduk diam, tidak berisik dan menonton film dengan tenang.
Film yang mereka tonton itu ada adegan lucu-lucunya yang bisa membuat Skara tertawa—tapi Nantes tidak. Ada juga adegan sedih-sedihnya yang membuat Skara manyun—tapi Nantes tidak. Serta ada adegan romantis yang membuat Skara terdiam—tapi Nantes tidak.
Pelan namun pasti, Nantes mulai menggerakkan jari kelingkingnya, menggapai jari kelingking Skara yang ada di sebelahnya. Ketika jari kelingking mereka saling bertaut, kini Nantes berganti menjadi menggenggam kelima jari Skara yang dibalas hal yang sama. Hingga jari-jari mereka saling terpaut, erat.
Setelahnya, perhatian Nantes mulai tertuju pada Skara. Film yang sedang dia tonton menjadi tak menarik lagi begitu sekarang dia melihat wajah Skara yang hanya disinari sinar lampu yang temaram.
Kenapa malam ini gadis itu terlihat lebih cantik? Apa karena efek penyinaran yang minim? Atau karena apa? Entahlah. Nantes tidak tau. Yang dia tau hanya saat ini Skara terlihat benar-benar cantik. Sampai Nantes tak bisa berhenti membelai wajahnya.
"Tes, maaf—" bisik gadis itu lembut ketika wajah mereka sudah saling mendekat.
Namun belum selesai perkataannya terucap, Nantes sudah menempelkan telunjuknya ke bibir gadis itu. "Ssst, jangan berisik. Tenang."
Tanpa sadar mata Skara memanas. Akan dia ingat selama hidupnya wajah cowok yang mulai mendekatkan wajah padanya, lalu berciuman untuk kesekian kali dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Worst
Teen FictionJudul sebelumnya : Your Boy (Spin Off Mikaela) (COMPLETE) Nantes yang menjalani kehidupannya bersama sang papi kesayangan, Edgar diharuskan menerima anggota baru di keluarganya. Raya sebagai mamanya, serta Skara sebagai adiknya. Satu persatu masalah...