55

1.4K 74 11
                                    

"Dia bohong! Lo jangan percaya!"

Skara menatap kedua mata Nantes lurus-lurus. Apa memang sebrengsek ini Nantes? Yang tidak mau mengakui perbuatannya pada Alora sehingga menuduh Alora berbohong? "Lo jangan kayak maling yang nggak mau ngaku."

Kata-kata pedas Skara membuat Nantes menatapnya tidak percaya. "Hah?"

"Udah deh, apa susahnya sih lo ngaku kalo emang lo ngehamilin Alora? Gue capek harus berantem kayak gini sama lo!" Skara mengibas tangannya. Dia yang tak tau harus bagaimana, akhirnya merasakan lelah. Lelah karena pikirannya sendiri.

"GUE NGGAK NGEHAMILIN DIA!" seru Nantes penuh emosi.

Skara berdecak. Dibentak seperti ini oleh Nantes membuatnya ikut terbawa emosi, "Lo inget kan, dulu-dulu lo sering nggak pulang? Bahkan berhari-hari? Itu lo ngapain? Ya tidur sama Alora, kan?!"

"Gu—"

Segera Skara potong kata-kata Nantes, "Itu baru Alora! Belom tante-tante girang di luaran sana yang juga doyan lo jajanin! Kalo mereka semua sampe bernasib sama kayak Alora, lo mau apa?!" mata Skara merah, nyalang. Terlihat seperti ada kobaran api di sana.

"Nggak—"

"Nggak apa?!" sentak Skara penuh emosi. Selama menjalani hubungan backstreet dengan Nantes, Skara memang tak pernah mempermasalahkan kebiasaan Nantes yang seperti itu. Bagi Skara, itu adalah bagian dari masa lalu Nantes yang sudah Nantes tinggalkan dan Skara terima. Tak apa. Tetapi saat ini, karena apa yang menimpa Alora, membuat Skara terpaksa membuka masa lalu kelam Nantes itu.

"Gue nggak hamilin Alora atau siapapun! Iya, gue emang beberapa kali having sex sama Alora, juga tante-tante girang! Tapi nggak ada satupun yang pernah gue bikin hamil!" tegas Nantes tak kalah emosi. Karena Skara membuka masa lalunya, Nantes jadi ikut terpaksa membukanya. Hal yang sekarang sudah dia sesali sejak menjalin hubungan dengan Skara.

Sakit. Sakit. Sungguh sakit. Walaupun Skara sudah mengetahuinya, tetapi mendengar kata-kata itu sekarang langsung dari Nantes rasanya sungguh amat sakit.

"Kepala gue pusing. Gue ma—" Sudah tak tahan lagi, Skara yang berniat untuk segera pergi dari hadapan cowok itu menuju kamarnya, gagal karena tiba-tiba muncul Sri dengan tergopoh-gopoh.

"Mas Ganteng, cepet turun, Mas!"

*

Di ruang tamu, Edgar ada bersama Raya. Selain itu hadir pula tiga tamu yang yang salah satunya mempunyai wajah familier bagi Nantes. Nantes langsung menghembuskan nafasnya kasar. Belum ada satu jam dia bertengkar dengan Skara, kini dia harus berhadapan dengan Pavel dan keluarganya.

"Itu dia! Yang sudah menghancurkan mobil anak saya dan memukuli anak saya hingga seperti ini!" serang Emili to the point begitu Nantes muncul di ruang tamu. Skara yang batal ke kamar, memutuskan untuk ikut turun bersama Nantes karena penasaran sekaligus khawatir.

Sesakit-sakitnya Skara karena Nantes, Skara masih peduli padanya.

Wajah Edgar tampak sekali bingung dan panik. Sedangkan Raya? Kalau saja bisa, Raya ingin menghajar dan membuat Nantes babak belur sama seperti yang telah Nantes lakukan pada Pavel yang sekarang duduk diapit orang tuanya. Baik wajah Emili maupun Andy sama-sama marah dan tidak terima atas apa yang telah dilakukan Nantes terhadap Pavel, putra semata wayangnya.

"Nantes, apa benar yang Tante Emili katakan? Ka-kamu..." Edgar sampai tidak bisa meneruskan kata-katanya.

Selagi Nantes tetap tenang, yang takut dan gelisah justru Skara. Skara yang paling tau tentang semua ini. Nantes melakukannya bukan tanpa alasan. "Iya." Jawab Nantes malas. Otak Nantes sedang tidak untuk memikirkan Pavel saat ini. Dia hanya memikirkan Skara dan bagaimana cara untuk meyakinkannya kalau Alora tidaklah benar.

Your WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang