Rasa lelah yang tadi malam saja belum kunjung hilang, sekarang baik Nantes maupun Skara sudah harus berlelah-lelahan lagi. Pasalnya, lelah yang mereka rasakan itu beda dengan lelah yang kedua orang tua mereka rasakan. Kalo Edgar dan Raya sih lelah tapi ada manis-manisnya. Lah Nantes dan Skara? Boro-boro! Selesai resepsi pernikahan Edgar dan Raya, Nantes baru bisa tidur selepas subuh, sementara Skara pukul tiga dini hari. Dan sekarang, mereka harus mengurus kepindahan Raya dan Skara ke rumah Edgar! Ke rumah Nantes!
Meskipun menggunakan jasa angkut barang, tetap saja Nantes diharuskan Edgar untuk bantu-bantu membawa barang dari mobil angkut ke kamar Skara. Saking malas dan lelahnya, Nantes asal main lempar saja barang-barang Skara ke kamar sang adik.
Otomatis hal itu memicu protesan Skara. "Hati-hati ntar barangnya pada rusak!"
"Bodo!" cuek Nantes sambil keluar kamar lagi untuk mengangkut barang-barang lagi.
Sri sampai tidak bisa menahan tawanya melihat kesibukan Nantes siang ini. Sri saja sekarang sedang nonton film India kesukaannya, masa tuan mudanya malah sibuk kerja keras bagai kuda? Kan lucu.
Dengan sengaja Nantes menjatuhkan kardus terakhir yang dia angkut ke kamar Skara. Skara yang sibuk menata kamar mengerutkan keningnya rapat. "Udah gue bilang ntar pada rusak!" Cewek itu cepat-cepat berjongkok, lalu membuka isi kardus yang Nantes banting cukup keras itu. Benar saja bola kristal salju miliknya pecah. Hiasan di dalamnya hancur, airnya meleber ke semua isi kardus.
Ada yang aneh. Skara yang Nantes kira akan meledak-ledak karena mainannya sudah dia rusak, ternyata malah terdiam. Bahkan menunduk.
"Dua puluh ribu doang kan?" kata Nantes enteng seolah tidak habis membuat kesalahan.
Skara mendongak, menatap cowok yang tidak tau diri ini. "Pergi, brengsek!"
Semula Nantes sudah mau membalas ucapan Skara. Akan tetapi dia melihat ada genangan air di mata Skara. Hal itu membuat niatnya surut.
Gadis itu lagi-lagi menangis karena Nantes.
*
Untuk kedua kalinya Nantes membuat Skara menangis. Nantes tidak habis pikir, itu karena memang Skara yang cengeng atau dirinya yang berlebihan? Eh, hey, berlebihan apanya? Untuk kasus yang tadi kan Nantes tidak tau. Lagipula di luar kardusnya tidak tertulis 'JANGAN DIBANTING'. Jadi bukan salah Nantes dong! Iya kan?
Meskipun Nantes sudah meyakinkan dirinya akan hal itu, namun tetap saja dia kepikiran. Ah menyebalkan! Kenapa hal tidak mengenakkan begini harus terulang lagi?
"Ara mana?" tanya Edgar yang baru selesai membereskan kamarnya bersama sang istri.
"Tau." Jawab Nantes masa bodo.
"Mungkin masih di kamar. Biar aku ke sana ya, Mas." Ujar Raya menepuk lengan Edgar pelan lalu segera naik ke lantai dua, kamar sang anak.
"Nantes Athlas Iskandariyah." Panggil Edgar sepeninggal Raya.
"Hm?"
"Kamu udah jadi anak Tante Raya. Di depan maupun di belakangnya, kamu harus bersikap layaknya seorang anak. Nggak boleh ketus, nggak boleh dingin, nggak boleh sinis, dan nggak boleh seenaknya. Hal ini juga berlaku ketika kamu bersikap pada adik kamu." Edgar memberikan Nantes nasehat dengan kelembutannya yang tidak mau Nantes dengarkan. "Kamu dengerin apa kata Papi kan?"
"Capek." Seru Nantes cuek dan malas dan segera pergi ke kamarnya di lantai dua. Sebelum dia masuk ke kamarnya, dia sempat melirik kamar Skara di sebelah kamarnya yang selama hampir sepuluh tahun ini kosong tidak ada yang menempati.
*
"Kamu kenapa nangis? Apa anak itu gangguin kamu?" Raya terkejut mendapati Skara yang menangis di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Worst
Teen FictionJudul sebelumnya : Your Boy (Spin Off Mikaela) (COMPLETE) Nantes yang menjalani kehidupannya bersama sang papi kesayangan, Edgar diharuskan menerima anggota baru di keluarganya. Raya sebagai mamanya, serta Skara sebagai adiknya. Satu persatu masalah...