29

1.5K 79 20
                                    

Skara mengerutkan keningnya melihat sepagi ini Sri sedang ribut sendiri di dapur.

"Ah, Neng Galak! Neng, Neng, Neng tau nggak kemana Mas Ganteng Nantes pergi?" tanya Sri.

Kerutan di kening Skara bertahan. Gadis itu menggeleng.

"Duh, pergi kemana duhai Mas Ganteng! Nggak pulang semalaman sampe sekarang! Padahal Sri pikir kebiasaan buruknya yang dulu udah ilang, ternyata masih sama. Duh, Mas Ganteng! Sri paling nggak bisa diginiin."

Oh, Nantes belum pulang sampai sekarang? Skara baru tau. Soalnya Skara kalau di rumah kan jarang keluar kamar. Skara kemudian mendengus. Jadi ingat lagi dengan insiden di depan tempat hiburan malam kala itu. Ah, pasti! Pasti Nantes tidak pulang karena nge-room sama tante girang di hotel! Membayangkannya sendiri membuat Skara bergidik ngeri. Ternyata saudaranya itu tidak hanya brengsek, tapi juga bejat!

Yang bertanya kemana Nantes pergi, rupanya bukan hanya Sri. Setibanya di sekolah, Skara langsung diburu oleh dua sahabat Nantes yang juga menanyakan hal yang sama. Daren bahkan sampai membawakan ransel Nantes yang kemarin siang ditinggalkan begitu saja.

"Jadi kemana kakak tercinta lo itu?" tanya Reki.

"Kalian yang kentel sama dia aja nggak tau, apalagi gue?" sinis Skara.

"Kalo kita tau, kita nggak bakal tanya sama lo, Ara." Ujar Daren gemas.

"Paling juga lagi happy-happy sama tante girang." Sinis Skara lagi.

Reki dan Daren saling tatap. Bisa jadi sih, mengingat Nantes memang sedikit berbeda dari Reki maupun Daren yang—ehem—suka bermain dengan cewek yang lebih tua darinya.

Akan tetapi, Reki menyanggah pernyataan itu. "Selama gue kenal tuh anak, nggak pernah deh dia sange siang bolong tiba-tiba pas lagi pelajaran pula."

Skara melotot mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Reki.

"Tapi emang dia agak aneh sih, Rek." Imbuh Daren.

"Aneh gimana?"

"Sebelum ilang, dia banyakan bengong."

Skara berdecak. "Bodo amatlah! Minggir!" Skara memilih untuk pergi.

Tapi satu lengannya Daren tahan. "Nih, titip bawain tasnya Nates."

Sampai pulang sekolah dan Skara hendak pergi ke tempat les, kabar Nantes masih belum terdengar.

"Tas siapa itu?" tanya Pavel yang kali ini terpaksa Skara loloskan untuk menjemput dirinya. Pavel menunjuk ransel yang ada di pangkuan Skara.

"Nantes." jawab Skara malas menyebut nama itu.

"Kemana orangnya? Kenapa tasnya bisa ada sama kamu?" Bahkan sampai Pavel saja menanyakannya. Kalau begini, mau tidak mau Skara jadi kepikiran.

Hingga malam pukul delapan, Sri masih kebingungan karena tanda-tanda kepulangan Nantes belum terlihat. Skara hanya menengoknya sekilas dari lantai dua, kemudian kembali ke kamar. Di dalam kamar, dia duduk di ranjang, dimana di sampingnya tergeletak ransel punya Nantes yang tidak dia letakkan di kamar Nantes. Skara melirik benda berwarna hitam itu. Tanpa pikir panjang, dia membuka ransel itu lalu memeriksa isinya. Skara terkejut melihat isinya.

Ini anak niat sekolah apa tidak sih? Bagaimana bisa dia hanya membawa satu buku tulis dan satu buku materi Biologi saja ke sekolah? Alat tulis juga tidak dia temukan sama sekali di tasnya. Yang ada, Skara malah menemukan kertas bekas ulangan yang sudah dilipat-lipat. Setalah Skara buka lipatan itu, rupanya itu kertas ulangan Matematika Nantes dengan nilai 48.

Skara geleng-geleng sendiri. Padahal soal ini menurutnya sangat mudah. Ini soal ulangan yang sama yang pernah dia kerjakan di kelasnya dan waktu itu Skara berhasil mendapatkan nilai sempurna, mengalahkan Gavin yang terpaksa puas mendapat nilai 97 saja.

Your WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang