38

1.4K 79 4
                                    

Liburan telah usai. Sekarang semua telah kembali pulang ke Indonesia. Selama perjalanan pulang, Raya melihat ada yang aneh dengan putrinya. Skara jadi banyak diam. Wajah Skara juga seringkali memerah ketika diam-diam mengamati kakaknya. Selama waktu itu, Raya belum bisa menanyakan langsung pada Skara akan keanehan dan kejanggalan itu. Tetapi Raya mulai merasa takut dengan asumsi yang dia buat sendiri.

Sia-sia sudah usaha Skara untuk menghindari Nantes selama di Jepang. Sia-sia sudah tekad Skara untuk mengubur dalam-dalam perasaannya pada Nantes. Setelah apa yang Nantes lakukan padanya, otak Skara jadi makin parah dalam memikirkan Nantes. Terutama ketika Nantes menciumnya saat festival kembang api waktu itu.

Saat itu, Skara tidak bisa bergerak sama sekali. Skara juga tak dapat menghindarinya!

'My God! Apa bedanya gue sama tante girang yang Nantes mainin kalo gitu?' Skara melotot sejadinya menyadari satu hal itu. Dia bentur-benturkan kepalanya ke pintu berulang kali hingga Nantes yang kebetulan hendak ke kamarnya dibuat heran.

"Ngapain lo?" tegurnya.

Skara langsung berhenti membenturkan kepalanya dan membalikkan badannya. Wajahnya langsung memerah lantaran malu sekaligus marah melihat Nantes. "Aaaargh!!!" tanpa diduga, Skara menjerit dan langsung masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Nantes sendiri di luar.

Di dalam kamar, Skara menenggelamkan kepalanya di bawah bantal. Perasaannya benar-benar kacau. Sekarang dia sudah kehilangan wajah di depan Nantes. Malu sejadinya. Menyesal tapi tak sepenuhnya.

Karena pada saat Nantes menciumnya, dirinya tak bisa berbuat apa-apa. Benar seperti pemikirannya tadi, dirinya tak lebih dari tante girang yang pernah dijadikan mainan Nantes. Yang mau-maunya dicium padahal tidak ada hubungan apa-apa selain kakak-adik tiri.

Lihat sendiri tadi Nantes kan? Cowok itu bersikap biasa saja! Seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Brengsek memang!

Jika saat itu Skara sempat terbang karenanya, sekarang justru sebaliknya. Skara merasa marah pada dirinya sendiri yang dengan mudahnya dijadikan mainan oleh Nantes. Juga pada Nantes yang telah menjadikannya mainan.

"Ara, buka pintunya!" seru Raya memanggil sambil mengetuk pintu kamar yang sengaja Skara kunci.

Ara hanya menengok pintunya. Tidak ada niat untuk membukanya.

"Ara, Mama mau bicara. Cepat buka pintunya."

Tidak! Malam ini Skara tidak ingin berbicara atau bertemu dengan siapapun. Malam ini Skara hanya ingin sendirian. Untuk itu, Skara menarik selimutnya penuh hingga menutupi kepalanya yang pusing memikirkan Nantes.

*

Kembali ke Indonesia, kembali ke rumah, tentu saja Skara dan Nantes harus kembali juga ke sekolah. Nantes sih senang, banyak yang menunggu kedatangannya di sekolah, banyak yang kangen padanya dan banyak yang menyambutnya antusias. Skara? Cicak saja ogah.

Perasaan Skara yang masih kacau karena ciuman itu, membuat harinya di sekolah jadi terasa lebih berat. Bohong kalau selama ini Skara terlihat baik-baik saja dan tegar jika berada di sekolah. Yang selama ini terjadi sesungguhnya adalah Skara yang berusaha agar terlihat baik-baik saja dan tegar di depan semua orang. Kenyataan bahwa dia tidak mempunyai satu orangpun teman di sekolah—maupun di tempat lain—membuatnya tidak nyaman dan tidak jarang membuatnya sedih.

Skara ingin seperti gadis-gadis sebayanya. Yang mempunyai teman, sahabat, atau kekasih. Yang bisa untuk berbagi cerita, bercanda tawa dan lainnya. Tau tidak? Kalau kontak telepon di HP Skara hanya ada berapa? Ya, hanya ada 6. Satu Raya. Dua Pavel. Tiga Edgar. Empat guru les. Lima tutor pianonya dan yang paling baru yaitu Nantes yang dia namai Si Brengsek. Karenanya, Skara sudah tidak tertarik membuat akun sosial media apapun karena dia tau dia pasti tidak akan punya banyak teman disana.

Your WorstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang