"Tas siapa ini, Tes?" tanya Alora yang baru saja masuk ke mobil Nantes. Siang ini, kembali Alora menemui Nantes di sekolahnya. Ini adalah pertemuan mereka yang pertama setelah satu minggu tidak berjumpa.
Dengan cepat Nantes merebut ransel yang sedang Alora pegang itu, lalu melemparnya ke jok belakang tanpa menjawab pertanyaan Alora.
"Punya Skara ya?" Alora mencoba menebak.
Nantes hanya berdehem.
"Oh, ya, ngomong-ngomong Skara itu sekolah kelas berapa, Tes? Dimana sekolahnya?"
HP Nantes berbunyi, menyelamatkannya dari pertanyaan Alora yang terlalu malas dia jawab. Rupanya itu dari Daren yang sudah menunggunya untuk berlatih band. Setelah selesai menerima telepon Daren, Nantes menengok jam tangannya. "Satu jam cukup." Katanya.
Jadi, sebelum berlatih band, Nantes menyempatkan diri untuk menemani pacarnya berbelanja kebutuhan sekolah. Semula Nantes ingin menolaknya, tapi tidak jadi karena cewek itu membawa-bawa liburan ke Jepang Nantes yang menyebabkan seminggu dia tidak bertemu dengannya, Nantes meluluskannya.
Sesuai perkataannya waktu itu, cewek ini serius ingin kembali ke sekolah.
"Jadi lo mau sekolah di SMA mana?" tanya Nantes sedikit was-was. Nantes masih berpikiran bahwa jika Alora bersekolah di SMA yang sama dengannya bukanlah hal yang menyenangkan. Bisa-bisa Nantes tidak punya waktu lagi untuk bermain dengan Reki dan Daren karena harus menghabiskan waktu di sekolahnya dengan Alora. Selain itu, di SMA Nantes yang sekarang, masih ada orang itu. Yang membuat insiden itu terjadi.
"Aku udah minta om aku daftarin ke sekolah kamu, tapi aku nggak diterima di sekolah kamu. Sekolah kamu cuma nerima siswa yang nilainya gede."
Alhamdulillah. Tanpa sadar Nantes bernafas lega.
"Padahal kamu kan nggak pinter-pinter amat ya, kok bisa sih masuk ke SMA Adhyaksa?"
"Gue pinter." Sesumbar Nantes yang membuat Alora tertawa.
"Ya deh, kamu pinter. Pinter ngambil hati aku." Alora mengecup pipi kiri Nantes dengan jahil, lalu berlari kecil meninggalkan Nantes yang masih terpaku di deretan rak pulpen.
*
Pukul setengah sembilan malam, Nantes baru pulang berlatih band di rumah Reki, meskipun Nantes belum mengkonfirmasi kebersediaannya untuk ikut tampil di acara pensi SMA Gajah Mada. Sebelum naik hendak ke kamarnya, dia mendengar seperti ada suara gelombang air. Setelah dia tengok, dia melihat Skara sedang berenang. Lagi-lagi mengenakan kaos dan celana pendek yang membuat Nantes mendengus kecewa.
"Oi!" panggil Nantes dari tepi kolam. Namun Skara masih asyik berenang kesana kemari, tidak mempedulikan panggilan Nantes padahal dia sudah tau ada Nantes berdiri di sana. "Oi, denger gue nggak?" ulang Nantes lagi yang lagi-lagi no respon. Nantes berdecak kesal dan dia yang membawa ransel Skara, bersiap untuk menceburkan ransel Skara ke kolam.
Barulah Skara berhenti berenang dan menatapnya. "Kenapa tas gue ada sama lo?" tanyanya sengit.
"Itu cara lo nyambut kepulangan orang yang udah bawain tas lo?" sinis Nantes.
Skara naik ke permukaan dan berdiri di samping Nantes, "Sini." Pintanya untuk ranselnya.
Nantes menyeringai sambil melempar tas Skara ke kolam yang sontak membuat Skara berteriak.
"Kenapa lo lempar tas gue ke kolam?!"
"Tangan gue licin."
"Lo sengaja kan?!"
"Gue bilang tangan gue licin, bego!" Nantes menonyor kepala Skara, tapi belum sempat. Karena Skara yang sudah hafal dengan kebiasaan Nantes itu, sehingga sebelum tangan Nantes berhasil menggapai kepalanya, Skara lebih dulu menepis tangan Nantes cukup keras.
"Apa segitu begonya gue di mata lo sampe lo segampang itu mainin gue?!" sentak Skara dengan emosi yang meninggi.
Nantes sampai terkejut.
"Atau lo yang benci banget sama gue?!" lanjut Skara. Mata gadis itu menatap tajam kedua mata Nantes. Tajam dan penuh luka.
Tatapan Skara ini mengingatkan Nantes pada tatapan Skara ketika dia membuatnya menangis untuk pertama kali.
"Atau emang dua-duanya?!" Perasaan Skara yang kacau karena merasa rendah di mata Nantes, ditambah kecaman dari anak-anak di sekolah tadi siang, membuat jiwanya tergoncang.
"Lo ngomong apa sih?" tukas Nantes tidak suka dengan sikap Skara yang mendadak meledak begini. Jika ini bukan hanya masalah ransel yang dia lempar ke kolam, Nantes tidak mau menjadi samsak kemarahan Skara.
"Lo sengaja nyium gue waktu itu karena menurut lo gue nggak lebih dari mainan lo kan?" akhirnya Skara mengutarakan juga apa yang menjadi beban pikiran dan perasaannya.
"Hah?"
"Lo udah nyamain gue kayak tante girang di luaran sana yang sering lo mainin!"
"Gue nggak nyamain lo sama tante girang karena jelas lo lebih cantik. Gue tanya satu hal sama lo, apa harus ada alesan buat ciuman selain karena emang pengen?" suara Nantes berubah. Yang semula biasa, jadi terkesan dingin. Skara amat menyadari itu.
Dan mendengarnya, membuat perasaan Skara makin kacau. Hanya karena memang ingin?
"Apa harus ada hubungan asmara buat sekedar ciuman?" lanjut Nantes makin-makin membuat Skara kacau. Saking kacaunya, Skara sampai ingin melampiaskannya dalam bentuk tangis.
Skara kini benar-benar menangis. Menangis karena mengingat moment-moment kebersamaannya bersama Nantes yang lebih sering menyebalkan namun setiap kali Skara hendak tidur, Skara sering mengingatnya kembali, kadang sambil tersenyum tanpa sadar. Entah sejak kapan hal itu dimulai, Skara tidak tau pastinya. Akan tetapi, mengingatnya sekarang hanya membuatnya sakit dan makin terluka. Apa yang Skara anggap membahagiakan buatnya, ternyata tidak demikian di mata Nantes. Bagi Nantes, Skara tak ada artinya. "Apa begini cara lo mainin perasaan cewek?"
Alis Nantes terangkat satu.
Skara tersenyum sinis, sambil membuang muka dan mengelap air matanya yang menyatu dengan air karena baru saja berenang. "Gue emang bego. Bego karena gue tau lo brengsek, penjahat, tapi gue... gue..." Skara menggigit bibir bawahnya.
Tidak salah kalau Nantes menilai Skara sebagai gadis yang ceplas ceplos. Sebab memang begitulah Skara di depan Nantes. Di depan cowok itu, Skara bisa berkata-kata sesuai apa yang dia mau. Dan itu menjadi kebiasaan yang menyebalkan bagi Skara saat ini. Karena sekarang, Skara tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak mengungkapkan perasaannya pada Nantes.
"Gue suka sama lo."
Mata Nantes melebar. Gadis di depannya menyatakan suka padanya? Adiknya bilang suka padanya? Suka dalam konteks apa? Hanya sekejap Nantes termenung dengan pengakuan Skara. Sekarang Nantes diam memperhatikan gadis di depannya. Gadis yang tadi marah-marah, menangis, kemudian tiba-tiba dan secara mengejutkan mengatakan suka padanya. "Gue juga,"
Ucapan pelan Nantes membuat Skara mengangkat wajahnya. Menatap cowok yang tersenyum dingin, "I like me too."
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Worst
Teen FictionJudul sebelumnya : Your Boy (Spin Off Mikaela) (COMPLETE) Nantes yang menjalani kehidupannya bersama sang papi kesayangan, Edgar diharuskan menerima anggota baru di keluarganya. Raya sebagai mamanya, serta Skara sebagai adiknya. Satu persatu masalah...