Mobil Raya tiba-tiba mogok di perjalanan mengantar Skara ke sekolah. Padahal tinggal sepuluh menit lagi bel masuk sekolah Skara akan berbunyi. Tapi ini sudah mogok belum separuh perjalanan.
"Ara naik taksi aja." Putus Skara malas menunggu Raya yang sok pintar membuka-buka kap mobil. Seolah paham sekali hal-hal begituan.
"Nggak!" seru Raya melarang niat putrinya.
"Ya udah, kalo gitu naik bus."
Raya melotot seketika. "Jangan becanda kamu. Mahal-mahal Mama bayarin perawatan kulit kamu, kamu mau ngerusak dengan naik bus?"
Skara memutar bola matanya sambil menghembuskan nafasnya berat. "Sejak kapan naik bus bisa bik—"
"Diam disitu! Mama akan carikan bantuan buat kamu." Raya tersenyum simpul sambil menyalakan handphone lalu membuat panggilan.
Waktu yang sama di rumah Edgar.
Edgar yang sedang menikmati sarapannya bersama Nantes, dengan cepat mengunyah sisa makanan yang ada di mulutnya begitu melihat nama Bebeb Raya terpampang di layar ponselnya.
"Halo, Beb—Raya? Ada apa? Tumben sekali kamu telepon pagi-pagi begini? Kamu udah kangen sama aku?" ucap Edgar sambil tersipu malu dan nyaris kelepasan memanggil Raya dengan panggilan sayangnya di depan Nantes.
Nantes yang saking jijiknya karena sudah terlanjur mendengar, sampai kehilangan selera makannya.
"Mas, bisa minta tolong bantu aku?"
"Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Raya?"
"Begini, Mas. Ini aku sedang di jalan nganterin Ara ke sekolah. Tapi tiba-tiba mogok di jalan. Jadi, aku minta tolong Mas buat kesini. Bisa, Mas?"
"BISA! Tentu bisa! Katakan, dimana kamu sekarang?" Edgar berdiri seketika. Menyudahi sarapannya.
"Masih deket rumah, Mas. Di pertigaan merah."
"Tunggu disitu, aku segera tiba disitu. Oke?"
Nantes hanya bisa keheranan melihat Edgar kalang kabut tiba-tiba begini setelah mendapat telepon dari Raya. Nantes sempat berpikir kalau jangan-jangan Raya kecelakaan terus koma atau lebih parah, gitu. Tapi, ah, kalau begitu mana bisa Raya sendiri yang telepon?
"Papa berangkat duluan, boy! Kamu hati-hati di jalan ya? Belajar yang bener di sekolah!" pamit Edgar sambil berlalu.
"Hadeh-hadeeh, Si Bos, gitu tuh kalo udah kesengsem sama wanita. Segala yang ada di pikiran pria seketika ambyar ketika udah denger sesuatu dari wanitanya." Komentar Sri yang sedang di balik dapur, menyaksikan Edgar bergegas pergi. "Iya kan, Mas Ganteng? Eh, lupa ding. Mas Ganteng kan jomblo, mana tau rasanya. Ckck, duh kasian amat Mas ini. Mubah gantengnya." Lanjut Sri sambil menatap iba Nantes.
Sayangnya Nantes selalu ingat, coba dia lupa siapa Sri ini. Mungkin sudah akan benar-benar disobek itu mulut.
"Nantes!" belum ada semenit pergi, Edgar kembali ke dapur. Membuat Nantes maupun Sri tidak mengerti.
"Papi lupa, Papi nggak bisa ngebut. Kamu suka kebut-kebutan kan? Ayo, ajak Papi kebut-kebutan!" Edgar menyeret paksa Nantes untuk masuk ke mobilnya.
"Apaan sih?!" dumel Nantes begitu berada di dalam mobil Edgar.
"Kita harus jemput calon sodara kamu, Ara. Dia dalam bahaya."
"Hah?" bukan terkejut karena khawatir jika Skara dalam bahaya, ini sekedar tanggapan Nantes yang kurang lebih artinya 'terus apa urusannya sama gue?'
"Udah, buruan! Kamu juga kan, harus ke sekolah?"
"Ya ini mau—"
"Udah cepet!" desak Edgar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Worst
Teen FictionJudul sebelumnya : Your Boy (Spin Off Mikaela) (COMPLETE) Nantes yang menjalani kehidupannya bersama sang papi kesayangan, Edgar diharuskan menerima anggota baru di keluarganya. Raya sebagai mamanya, serta Skara sebagai adiknya. Satu persatu masalah...