Part 9

68 11 0
                                    

"Kamu boleh mengingat bahwa Cinta membuatmu menangis. Tapi jangan lupa mengingat bahwa Cinta sempat membuatmu bahagia"

Kini pagiku mendung. Menggambarkan pikiran dan suasana hatiku. Angin kencang seakan meniupku mengikuti arah angin kan menuju.

Dingin banget. Coba tadi aku ikutin kata-kata mama untuk bawa jaket

Hingga aku sampai di depan gerbang sekolahku. Ku tatap nanar gerbang yang tinggi

Kumasuki jalan yang mulai sepi. Tiba-tiba tubuhku merasakan sebuah kehangatan karna sebuah jaket terbalut di tubuhku. Ku menoleh untuk mencari siapa yang melakukannya. Ertus
Namun hatiku masih terasa sakit mengingat semua yang dia lakukan kemarin.
Tanpa menyemangatiku sekalipun

Kulepas jaketnya dan kuberikan lagi padanya

"Terima kasih"

Ia memakaikan kembali jaket itu padaku

"Pakai"

Air mata yang sempat ku bendung namun keluar juga. Aku menutup mulutku berusaha agar isakan tangis itu tak terdengar oleh Ertus

"Si... kamu nangis?"

Aku menghapus air mataku. Mendongakkan kepalaku memberanikan diri menatapnya.

"Siapa kamu? Peduli?"

"Si kamu kenapa? Aku pacar kamu. Jelas aku peduli" ucap Ertus lembut

"Pacar? Pacar mana yang gak dateng saat pacarnya sendiri butuh penyemangat. Ertus dengerin aku, aku gak minta yang berlebihan. Aku cuman pengen kamu datang semangatin aku. Dan menjadi salah satu saksi kemenanganku. Aku pengen kamu liat aku bawa piala itu. Tapi kamu kemana?"

"Aku liat kamu bawa piala kok. Fotonya kamu upload kan" ucap Ertus berusaha menenangkanku

"Terserah"

Sekali lagi dia mampu membuat hatiku hancur

Aku berlalu pergi meninggalkannya.

Kenapa pagi sekali dia sudah mampu membuatku menangis

***

Bel istirahat yang ditunggu pun datang. Banyak anak yang sibuk membereskan buku-buku maupun anak yang sudah kabur ke kantin

"Si kantin yuk" ajak Zia

"Lagi gak laper. Kalian aja"

"Kenapa? Lagi berantem sama pangeran?" tanya Esti

"Gigit juga ntar kepalamu. Diem dikit napa" geram Sia

"Aelah... Baru pacaran berapa minggu. Udah berantem aja"

"Pergi gak? Ku gigit beneran kepalamu"

"Iya tuan putri, kita permisi dulu ya"

Esti menarik tangan Zia dan berlalu pergi ke kantin

Tak lama datang dihadapanku seseorang laki-laki menyodorkan sebuah bingkisan. Malik.

"Si... Ini titipan untuk kamu"

"Dari siapa?"

"Taulah dari sapa. Yaudah aku balik ya. Cuman nganter itu doang"

Kubuka bingkisan itu. Sebuah nasi uduk. Dan surat

Dia ngapain lagi ngirim beginian

Kubuka surat itu dan membacanya

Si... maafin aku
Aku gak akan ngulangin
Maaf yang nganter bukan aku
Aku nanti datang kalok kamu udah maafin aku
Dimakan ya nasi uduknya
Aku gak mau kamu sakit

as White as CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang