Part 32

60 7 1
                                    

"Apakah mencintaimu harus sesakit ini?"

Pagi sejuk itu, langit biru seperti lautan, dan awan putih tebal seperti bulu domba
Ertus merapihkan rambutnya dan memakai jaket kasual sembari membawa sebuah boneka monyet

Ertus berjalan menyusuri anak tangga dan menemui ayah dan ibunya sedang makan di ruang makan

"Kamu gak sekolah?" tanya Bu Ime

"Sekolah gak ada pelajaran. Cuman lomba-lomba biasa. Pasti gak di absen"

"Kamu mau kemana?" tanya Ayahnya bernama Zuga

"Ke rumah sakit"

"Sapa yang sakit?" tanya ayah itu lagi

"Temen"

"Siapa? Iqbal? Malik?" detail Zuga

"Bukan"

"Perempuan itu lagi? siapa namanya? Sia?" tanya Zuga sinis

Ertus menatap laki-laki paruh baya itu dengan wajah datar

"Iya. Kenapa emangnya?"

"Sudah ayah bilang, kamu sama Ama. Perusahaan ayah tuh mau bangkrut, perlu bantuan dari perusahaan Ama. Bisa gak sih kamu gak usah egois?!?" marah Zuga

Ertus tersenyum miring

"Saya tak salah dengar? Saya egois? Tuan, maafkan saya. Bukannya Anda ya yang egois? Selama ini yang ngerawat saya siapa? Anda kah? Pernah Anda menuruti keinginan saya? Pernah Anda memberi saya sebuah kasih sayang? Tidak! Anda sibuk dengan pekerjaan Anda. Saya dirawat sejak kecil hanya sama pembantu-pembantu rumah ini"

Plakkkk...

Satu tamparan kuat mendarat di pipi mulus Ertus. Bu Ime berusaha meleraikan keduanya namun sudah berapa kali kedua ayah anak itu bertengkar

"Maaf. Saya terlalu lancang dan terkesan durhaka" ucap Ertus memegang pipinya lalu melangkah pergi

"Ayah!" marah Bu Ime dengan wajah memerah menahan tangis

"Maaf bu. Ayah benar-benar tak mengerti, tangan ayah bergerak gitu aja. Maaf" sesal ayah Zuga
.
.
.

Ertus melajukan motornya dengan kencang dan memarkirnya di parkiran rumah sakit
Lekas ia menghampiri ruangan tempat gadisnya terbaring, ketika pintu ruangan itu dibuka
tak ditemukan Sia disana

Ertus berkeliling rumah sakit untuk mencari gadisnya itu, namun tak ditemukannya
Ia bertanya pada beberapa perawat namun tak ada yang mengetahuinya

Tiba-tiba ia merasa ada tarikan pada jaketnya, ia menoleh dan didapatinya seorang gadis kecil manis

"Kak Ertus? Lagi nyari Kakak cantik diruang sana ya?" tanyanya dengan suara anak-anak sambil menunjuk pada ruangan tempat Sia terbaring

Ertus berlulut untuk menyetarakan tingginya dengan anak itu

"Adek tau dimana kakak di ruangan itu?" tanya Ertus

Anak itu mengeluarkan kertas dan diberikannya pada Ertus

"Kakak cantik nitipin itu ke aku" ucapnya

Ertus membaca surat itu perlahan namun pasti

Ertus...
Aku tau kamu tak akan membiarkanku ikut lomba ini
Tapi ada yang harus aku perjuangkan
Aku egois ya Er? Maaf
Jangan khawatir tentang aku
Aku akan baik-baik saja

Asd,

Ertus melipat surat itu lalu ditaruhnya di saku celana. Ia berlari kencang menuju motornya yang terparkir rapi. Segera ia menaiki motor itu dan melajukannya

as White as CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang